Kamis, 12 Juli 2012

Pemkab Tuban Buat Format Baru Teknis ADD


Usai ditemukan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) soal keterlambatan pelaporan Alokasi Dana Desa (ADD). Hingga pemanggilan Komisi A DPRD Tuban, nampaknya diseriusi oleh Pemkab Tuban untuk menata pemerintahan.

Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan (Bappeda) Kab. Tuban, Budi Wiyana, Selasa (10/07/2010) mengatakan pihaknya sudah menyiapkan sejumlah langkah strategis perbaikan.

Diantaranya dengan problem pencairan dana ADD yang menjelang akhir tahun. Mantan Kepala Dinas Perekonomian dan Pariwisata ini mengungkapkan bersama dengan satuan kerja perangkat daerah (SKPD) yang terkait, akan mengawalkan pedoman pelaksanaan ADD.

“Kita targetkan efektif 2013. Pedoman harus sudah jadi awal tahun sehingga akan dapat segera dilakukan sosialisasi hingga tingkat desa,” jelasnya.

Disoal dikaitkanya pencairan dana ADD dengan pelunasan pungutan pajak yang tidak memiliki dasar undang-undang tidak ditampiknya. “Memang benar itu hanya sebuah kebijakan. Tapi kalau sadar bayar pajaknya sudah tinggi tidak menutup kemungkinan tidak dikaitkan. Dan perlu diketahui kedepan ADD sudah dimasukkan dalam APBDES,” tegasnya.

Diketahui dalam temuan BPK RI atas pemeriksaan Laporan Keuangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) tahun 2011 awalnya ditemukan ratusan pemerintah desa belum menyampaikan Laporan Pertanggung Jawaban (LPJ).

Pada perkembanganya tinggal sekitar 62 desa yang belum mempertanggung jawabkan ADD. Hingga Komisi A memanggil dinas terkait untuk melakukan klarifikasi terkait persoalan pengelolaan dana hibah Pemkab ini.
»»  Baca Selanjutnya...

Tempe Mampu Menghambat Proses Penuaan Dini


Tak hanya murah dan mudah didapat, Tempe ternyata memiliki kandungan isoflavon yang kaya dan terbukti mampu menghambat proses penuaan dini, khususnya untuk wanita menjelang masa menopause.

Hal ini diperkuat dengan riset yang dilakukan staf pengajar Fakultas Kedokteran Undip Semarang, DR. dr. Prasetyowati, Sp.KK. yang menguji sekitar 30 responden wanita yang diminta mengkonsumsi kapsul berisi ekstrak isoflavon kedelai tempe selama tiga bulan.

Dari hasil yang dicatat, ternyata kulit mereka lebih kenyal dibandingkan dengan responden yang tidak diberi ekstrak isoflavon. Menurut Prasetyowati hormon ekstrogen dalam isoflavon kedelai bisa menghambat penuaan. Selain itu mengonsumsi kedelai untuk menjaga kecantikan selain murah juga aman, dibanding bahan kimiawi yang menjanjikan hasil cepat namun beresiko.

Dokter yang meraih penghargaan atas penelitiannya ini menyarankan kaum hawa agar menggunakan bahan alami sebagai resep menjaga badan tetap sehat dan cantik di usia paruh baya. Menurutnya, wanita paruh baya setiap hari paling tidak membutuhkan 50-100 miligram isoflavon.

Bila setiap 60 gram tempe mengandung 10 mg isoflavon, maka perempuan pada usia senja harus lebih banyak mengonsumsi tahu dan tempe. Sepotong tempe mengandung berbagai unsur bermanfaat, seperti karbohidrat, lemak, protein, serat, vitamin, enzim, daidzein, genisten, serta komponen antibakteri bermanfaat untuk kesehatan.
»»  Baca Selanjutnya...

Sedekah Laut Warga Karangsari Layak Jadi Daya Tarik Wisata



Sedekah laut Warga Karangsari layak jadi daya tarik wisata. Daya tarik wisata memang bukan hanya panorama alam atau tempat-tempat bersejarah. Budaya dan adat masyarakat juga memiliki daya tarik wisata yang tidak kalah potensialnya dengan obyek-obyek wisata tersebut. Sedekah ini, salah satunya. Rabu (11/7).

Upacara adat pesisiran ini bahkan sangat mungkin menjadi mascot wisata Tuban yang memiliki wilayah pesisir paling luas dibanding daerah lain di Jawa Timur. Hanya saja, upacara adat ini belum tergarap. Bahkan menurut sesepuh masyarakat setempat, Kasmaran, pelaksanaannya pun semakin menurun dari tahun ke tahun. “Kalau dulu, ya tiap tahun, pada bulan Ruwah (sya’ban,red), hari Rabu Legi, pasti Upacara Sedekah Laut ini dilaksanakan. Tetapi sepuluh tahun ini nggak mesti. Kadang dua tahun baru dilaksanakan, malah pernah empat tahun baru sekali dilaksanakan,” jelas Kasmaran.

Faktor penyebabnya, lanjut Kasmaran, pendapatan nelayan terus merosot sepuluh tahun terakhir. Warga nelayan di tempat itu tidak lagi mampu membiayai pelaksanaan tradisi warisan nenek moyangnya itu lantaran kondisi perekonomiannya semakin memburuk. Selama ini seluruh biaya pelaksanaan upacara adat itu diperoleh melalui swadaya masyarakat. Warga nelayan, terutama pemilik perahu, diwajibkan menyisihkan sebagian pendapatannya untuk biaya pelaksanaan Sedekah Laut. “Ya semampunya, tidak ada ketetapan harus sekian ribu. Biasanya enam bulan sebelum pelaksanaan Sedekah Laut, warga mulai menabung ke panitia. Kalau punya Rp 5000 ya dikasih Rp 5000, kalau along (panen besar,red) ya kadang ada yang nabung sampai Rp 100 ribu,” kata Kasmaran.

Untuk pelaksanaan Sedekah Laut kali ini, kata Kasmaran, Rp 13,6 juta duit ludes. Uang sejumlah itu untuk pembiayaan pembuatan miniatur kapal pinisi yang hendak dilarung atau dihanyutkan ke tengah laut. Dalam miniatur kapal pinisi itu, termuat berbagai macam sesaji berupa jajanan pasar dan sirih, kemenyan serta boneka bayi yang disebutnya sebagai bekakak. Kata Kasmaran, bekakak itu symbol dari pengorbanan yang dipersembahkan nelayan untuk Kyai Manjung, penguasa wilayah perairan Tuban. “Dahulu kala bekakaknya manusia betulan, yaitu anak perawan yang lahir di tengah atau disebut pancuran kapit sendang. Anak pertama laki-laki, kedua perempuan ke tiga laki-laki lagi. Yang perempuannya itu yang jadi bekakak,” kisah Kasmaran.

Seiring berjalannya waktu, bekakak diganti boneka. Tetapi sesaji makhluk hidup lain berupa kepala kerbau masih tetap diikut sertakan. Namun karena biaya Sedekan laut kali ini tidak cukup untuk membeli kepala kerbau, maka kepala kerbau yang biasaya selalu ada itupun tidak diadakan kali ini. Rangkaian hiburannya pun sekarang hanya langen tayub. Padahal menurut adat yang telah berlaku sebelumnya, dalam Upacara Sedekah Laut itu selalu diiringi pagelaran Wayang Kulit dan Tayub.

Kasmaran dan warga tentu tidak sempat berpikir bahwa tradisi mereka yang kini diambang kepunahan tersebut memiliki potensi ekonomi luar biasa, apabila bisa dikemas lebih baik. Bahkan mereka khawatir apabila Sedekah Laut akan lebih kehilangan nilai sakralnya jika disulap menjadi daya tarik wisata yang bisa mendatangkan keuntungan ekonomis.

Sunaryo, Kepala Bagian Pariwisata dan Kebudayaan, Dinas Perekonomian dan Pariwisata (Disperpar) Pemkab Tuban, sendiri mengaku telah berulang kali mencoba melakukan pendekatan dengan masyarakat pesisir tersebut agar tradisi Sedekah Laut mampu mendatangkan minat wisatawan. Tetapi usaha itu belum membuahkah hasil hingga kini karena masyarakat menghendaki upacara tersebut tetap berlangsung sebagaimana adanya dulu. “Kami tidak pernah diajak ngomong oleh para sesepuh masyarakat setempat. Bahkan Lurahnya juga nggak ngasih pemberitahuan kalau akan ada upacara Sedekah Laut. Kalau upacara adat itu bisa kita kemas dengan baik, saya yakin manfaat ekonomi langsung juga akan didapat masyarakat setempat,” kata Sunaryo.

Karena itulah, lanjut Sunaryo, pihaknya hingga kini tidak bisa mengalokasikan anggaran untuk membantu pembiayaan atau pembinaan. Tetapi Sunaryo berjanji tetap akan berupaya mendekati para sesepuh masyarakat setempat, agar bisa dilakukan upaya-upaya pembinaan lebih baik lagi ke depannya. Bukan saja untuk kepentingan industri pariwisata, tetapi juga untuk upaya pelestarian agar adat dan tradisi seperti Sedekah Laut tersebut tidak lenyap tertelan zaman.
»»  Baca Selanjutnya...

Perajin Anyaman Bambu Merakurak Eksodus ke Luar Negeri


Perajin anyaman bambu Merakurak eksodus ke luar negeri. Nasib kerajinan anyaman bambu Dusun Pangklangan, Desa Mandirejo, Kecamatan Merakurak, dipastikan berakhir mengenaskan. Para perajin memilih hijrah ke negeri jiran Malaysia lantaran semakin sepinya pesanan. Menurut pengakuan Darmi (49), perajin anyaman bambu di Dusun Pangklangan, Desa Mandirejo, Kecamatan Merakurak, tidak lagi ceria seperti lima tahun lalu, lima tahun lalu ia sempat kuwalahan menerima pesanan. Bahkan sempat pula ia melayani pesanan turis dari Belanda, Australia dan Inggris.

Namun keadaan itu berbalik 180 derajat saat ini. Sebulan, kata Darmi, hanya ada satu pesanan yang datang. “Malah dua bulan lalu tidak ada sama sekali,” keluhnya saat penulis berkunjung, Selasa (10/7) kemarin. Akibatnya jelas, penghasilan Darmi merosot tajam. Lima tahun lalu, katanya, sangat mudah mendapatkan uang Rp 1 juta sebulan. Namun sekarang, Rp 100 ribu saja harus menunggu tiga bulan lamanya. Untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, Darmi terpaksa bekerja serabutan. Saat musim tanam padi, ia menjadi buruh tanam padi. Kadang juga menjadi buruh cuci pakaian dan tukang masak. Menganyam bambu ia kerjakan sore atau malam hari, setelah ia pulang dari kerja serabutannya itu. “Kerja apapun yang penting halal. Lha mau menganyam saja ya bisa mati kelaparan,”katanya.

Nasib serupa dialami Tasri (47), warga setempat. Ibu tiga anak ini bahkan sudah lama tidak lagi menganyam bambu. Ia memilih membantu suaminya menggarap sawah karena anyaman bambu karyanya sudah sepi peminat. “Dulu sebulan bisa ratusan tenong terjual. Sekarang numpuk di dalam itu,” katanya sambil menunjuk tumpukan tenong, tempat tisyu, tempat buah dari anyaman bambu hasil karyanya yang menumpuk di ruang tamu.

Untuk menghasilkan karya-karya yang sebenarnya memiliki keunikan dan daya tarik tersebut, Tasri mengaku butuh ketekunan dan ketelitian. Bahan-bahannya pun harus dipilih. Beruntung bahan-bahan tersebut tidak didatangkan dari tempat jauh, sehingga mereka masih bisa menekan biaya produksi. “ Satu tenong seperti ini saya jual Rp 25 ribu. Sedang tudung lampu dan tempat buah Rp 15 ribu per biji,” kata Tasri.

Seminggu, kata Tasri, empat orang bisa menghasilkan 150-an tenong. Namun karena sepinya pesanan, waktu sekian hari itu hanya mampu menghasilkan 2 sampai 4 tenong. Karena kerajinan bambu tidak lagi bisa dijadikan sandaran ekonomi, banyak perajin yang memilih hijrah ke Malaysia, menjadi Tenaga Kerja Wanita (TKW). Saat ini, dari 120 perajin yang pernah ada, tinggal 5 orang saja yang masih tekun dengan kerajinan bamboo tersebut.

Kepala Desa Mandirejo, Ali Shobri, mengaku prihatin terhadap nasib perajin bambu yang berbalik 180 derajat tersebut. Ia membenarkan banyak perajin yang menjadi TKW karena menurunnya pesanan. “ Dulu sempat ada koprasi-nya segala. Sekarang perajin mengerjakan sendiri-sendiri, tidak berkelompok, sehingga pesanan menurun,” kata Ali Shobri.

Hal senada disampaikan Kepala Bidang Perindustrian Dinas Perekonomian dan Pariwisata Tuban, Heru Purnomo. Ia mengaku pihaknya belum bisa berbuat banyak untuk menyelamatkan nasib kerajinan bambu yang ditinggal banyak perajinnya itu. Namun ia berjanji akan terus melakukan pembinaan dan membantu mempromosikan karya-karya tangan terampil wanita Dusun Pangklangan tersebut ke berbagai daerah. “Setiap pameran pasti mereka kita ajak. Kami juga berupaya mencarikan bantuan modal agar para perajin bisa tetap bertahan,” kata Heru Purnomo.
»»  Baca Selanjutnya...

Hadapi Kemarau Dianjurkan Tanam Palawija


Memasuki musim kemarau yang ditandai dengan mengeringnya lahan pertanian membuat Dinas Pertanian Kabupaten Tuban, mengeluarkan himbauan kepada para petani agar menanam tanaman palawija dan holtikultura. Hal itu dilakukan agar petani tidak merugi dengan bersepkulasi tetap menanam padi.
Kepala Bidang Tanaman Pangan Dinas Pertanian Tuban, Sudarmuji, menyatakan, saat ini beberapa daerah memang menanam padi. Seperti daerah bantaran Sungai Bengawan Solo dengan memanfaatkan sistem pompanisani. Namun, di daerah lain hal tersebut tidak dapat dilakukan mengingat daerahnya yang berada di dataran tinggi,
“Kita sudah menghimbau kepada para petani, Khsusnya yang jauh dari sumber air untuk menanam tanaman palawija saja dan holtikultura serta tidak berspekulasi dengan tetap menanam padi, untu menghindari kerugian,” kata Sudarmuji, Rabu (11/7).
Menurutnya, di tengah musim kemaru ini, idealnya petani menanam palawija seperti kacang hijau, kedelai, jagung atau menanam komoditas hortikultura seperti Semangka. Yang tidak membutuhkan terlalu banyak air.
Sementara itu terkait banyaknya warga di Kecamatan Meraukrak yang masih menanam padi pada musim kemarau ini, menurut Sudarmuji, daerah tersebut merupakan daerah dataran cukup rendah dan dilalui sungai untuk irigasi. Untuk daerah Kecamatan Merakurak seperti di Desa Kapu memang dataran rendah dan rata-rata petani disana menggunakan sumur bor, sehingga masih aman untuk menanam padi.
Sedangkan, daerah yang rawan kekeringan adalah Kecamatan Grabagan, Kerek, Kenduruan dan Rengel serta Soko di sebagian daerah pegunungan. Di beberapa kecamatan tersebut petani dihimbau untuk tidak menanam padi karena daerahnya yang cukup kering.
»»  Baca Selanjutnya...

Moratorium Berakhir, Pemprov Jatim Buka Pendaftaran CPNS


Pemprov Jatim melalui Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Provinsi Jatim mengusulkan 500 CPNS baru ke Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemen-PAN dan RB). Usulan ini sudah dilayangkan ke pusat satu bulan lalu dan kemungkinan ada jawaban setelah lebaran nanti.

"Tahun ini moratorium sudah selesai. Kami diperbolehkan untuk merekrut CPNS baru lagi. Jumlah yang kami usulkan sebanyak 500 CPNS baru. Mudah-mudahan usulan Jatim bisa disetujui," kata Kepala BKD Jatim Akmal Boedianto, Rabu (11/07/2012).

Menurut Akmal, usulan sebanyak 500 CPNS itu tidak akan disetujui semua oleh Kemen-PAN dan RB. Namun, pihaknya berharap jumlah yang bisa disetujui bisa banyak atau mendekati 500 CPNS.

"Kami tak tahu berapa jumlah yang bakal disetujui. Kalau harapannya ya semua bisa disetujui, tapi itu kan tidak mungkin. Biasanya kalau kami ajukan, hanya disetujui kuota 300 orang saja. Sebab persetujuan itu melihat darianggarannya berapa dulu," ungkapnya.
Dari usulan 500 CPNS baru itu, semuanya yang dibutuhkan adalah tenaga teknis. Seperti tenaga kebidanan, dokter spesialis, tenaga IT, tenaga akuntansi dan lain-lain. "Kami sangat butuh tenaga teknis, makanya yang diprioritaskan rekrutmen tenaga teknis saja," tandasnya.

Seperti yang diketahui, larangan pemerintah pusat untuk melakukan rekrutmen CPNS tahun lalu membuat Pemprov Jatim cukup kelabakan melakukan penataan PNS. Meski saatini jumlah PNS di lingkungan pemprov sebanyak 23 ribu orang lebih, tetapi jumlah tersebut dirasa masih kurang.

Informasi yang diperoleh menyebutkan saat ini Pemprov Jatim membutuhkan 7 ribu PNS yang meliputi tenaga tekhnik dan medis. Diharapkan pada awal 2013, Pemprov Jatim membuka kembali rekrutmen CPNS untuk memenuhi kekurangan formasi yang ada.
Akmal Budianto menyatakan, saat ini telah melakukan pendataan sekaligus penataan PNS sesuai dengan latar belakang keilmuan.

Dari hasil tersebut nantinya akan terlihat mana dinas yang kekurangan dan kelebihan tenaga. Selanjutnya, akan ditempatkan orang sesuai dengan kompetensi. Dan didapatkan hasil Pemprov Jatim kekurangan 7 ribu PNS, sekitar 4 ribu PNS dibutuhkan di Dinas Kesehatan Jatim di antaranya perawat dan dokter spesialis. Sedang sisanya tenaga teknis.
"Untuk kekurangan tenaga teknis, khususnya di bidang pelayanan umum kami telah memberikan bekal skill lewat kursus hingga sekolah. Terobosan ini diharapkan mampu menambah jumlah pegawai yang fungsional tekhnis," tegasnya. Selain kekurangan PNS, pihaknya juga telah melakukan mutasi PNS di lingkungan Pemprov Jatim. Ini dimaksudkan untuk menyesuaikan kompetensi yang dimiliki pegawai dengan pekerjaannya.
»»  Baca Selanjutnya...

Pawai Karnaval TK, Tidak Dihadiri Bupati dan Wabup


Rabu (11/07/2012) Pukul 09.00 Wib, alun–alun kota Tuban dipadati masyarakat yang notabene ibu – ibu rumah tangga lantaran para ibu–ibu tersebut bermaksud mengantarkan anaknya mengikuti kegiatan pawai Karnaval Taman Kanak–Kanak yang diadakan Pemerintah Daerah Kabupaten guna memperingati atau merayakan HUT Kemerdekaan RI ke 67.

Tidak terlihat Bupati dan Wakil Bupati mengikuti kegiatan tersebut, menurut konfirmasi dari Dadang selaku Staf Humas Pemerintah Daerah Kabupaten Tuban yang bisa dihubungi mengatakan, orang nomor 1 di Bumi Ronggolawe tidak bisa hadir dikarenakan ada pembagian jadwal kegiatan. “Pak Bupati tidak bisa hadir karena jadwal sudah diatur mas, jadi untuk hari ini pelepasan Pawai di percayakan kepada Ibu Bupati, untuk jadwal Pak Huda nanti ketika Pawai Karnaval Umum” jelas Dadang.

Lucu dan menggemaskan terlihat dari tawa canda para penonton yang membanjiri lokasi Karnaval, bahkan dari kalangan pejabat yang duduk di bawah tenda kehormatan juga tak jarang melepaskan tawa.

Ika (27) warga Kelurahan Baturetno yang juga mengantarkan anaknya mengikuti Pawai tersebut mengatakan “saya saja sebenarnya juga ingin ketawa mas melihat anak saya memakai pakaian adat Madura, berhubung banyak orang terpaksa saya tahan” lanjutnya sambil ketawa.

Kelucuan yang lain menurut warga, ketika berjalan anak – anak tersebut tidak memperhatikan depan dan ada pula yang menangis ataupun Barner tulisan sekolahannya terjatuh sampai terseret, “namanya juga anak – anak,di suruh gurunya melambaikan tangan waktu melintas di depan tenda pejabat, ya mereka menurut saja sampai lupa apa yang dibawanya, tapi mereka ya tetap saja cuek mas” tandas beberapa warga yang menyaksikan karnaval tersebut.

Dari 44 (empat puluh empat) peserta, mengusung tema kebudayaan dari seluruh Provinsi di Indonesia, namun dari pantauan kami terlihat Peserta Pawai nomor 33 (tiga puluh tiga) dari RA. Nurul Falah Desa Sugiharjo Kecamatan Tuban yang mengangkat tema Kebudayaan asli Tuban salah satunya Langen Tayub, Legenda Joko Tarub dan lain–lain.
»»  Baca Selanjutnya...

Siswa SD Kritik Narkoba Di Karnaval Sepeda Hias


Untuk merayakkan HUT Kemerdekaan RI yang bertepatan dengan Bulan Ramadhan, Pemerintah Daerah Kabupaten Tuban memajukan jadwal karnaval, (10/07/2012) Sore hari, menggelar Pawai Sepeda Hias yang diikuti 37 (tiga puluh tujuh) peserta dari berbagai Sekolah Dasar di Tuban.

Pawai kali ini tidak seramai dan peserta tidak sebanyak tahun – tahun sebelumnya, Icha (26) warga Kelurahan Jalan Pemuda Kelurahan Kuturejo mengatakan dan merasa kemeriahan HUT Kemerdekaan RI di Tuban semakin lama semakin tidak meriah, “tidak tahu kenapa mas kok yang saya liat semakin tidak meriah seperti dulu, bahkan peserta karnaval hari ini yang saya lihat hanya 37 peserta, mungkin juga karena faktor mendekati Bulan Suci Ramadhan atau ada faktor yang lain saya tidak tahu”.

Menurut Kabag Humas Pemda Kabupaten Tuban Joni Martoyo ketika di konfirmasi, menjelaskan tentang keluhan masyarakat tersebut kemungkinan tidak meriahnya HUT Kemerdekaan RI yang bertepatan pada Bulan Ramadhan dan juga bertepatan dengan Tahun Ajaran Baru sehingga perayaan ini kita ajukan, “untuk tahun ini memang perayaan di ajukan mendadak, karena Tangal 17 Agustus bertepatan dengan Bulan Suci Ramadhan” tandas Joni.


Dari ke Tiga Puluh Tujuh peserta Karnaval tadi tampak salah satu Sekolah Dasar yang terlihat menarik perhatian masyarakat Tuban, pasalnya terlihat secara tidak langsung peserta tersebut secara tidak langsung menggkritik kondisi Kabupaten Tuban yang hingga saat ini semakin marak peredaran Narkoba sehingga mempunyai inisiatif yang bisa diacungi jempol, seorang anak yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar dengan percaya diri membawa symbol (Jarum suntik dan beberapa symbol pil Ekstasi atau sejenisnya yang bertuliskan Say No To Drugs) di taruh di depan Sepeda Onthel Hiasnya.


Kegiatan mengenai HUT Kemerdekaan RI yang lain kemungkinan juga akan di ajukan jadwalnya.
»»  Baca Selanjutnya...