Sabtu, 19 Mei 2012

Hari Ini Tim Labfor Polda Jatim Turun ke Pasar Prambontergayang, Soko, Tuban


Tim Laboratorim Forensik (Labfor) Polda Jatim, hari ini dijadwalkan akan  turun ke lokasi kebakaran Pasar Desa Prambontergayang, Kecamatan Soko, Tuban. Kedatangan tim Labfor untuk mencari penyebab kebakaran hebat yang meludeskan 94 lapak, kemarin.

Kapolsek Soko, AKP Subagyo mengatakan, sampai sekarang pihaknya belum bisa menyimpulkan hasil temuan di lapangan. Menurutnya dari pada asal menjawab, lebih baik menunggu hasil identifikasi di lapangan oleh petugas Labfor. Polsek Soko hanya sebatas membantu mengumpulkan keterangan saksi-saksi.

"Kita belum bisa menyampaikan, kita masih kumpulkan dulu semuanya," terang Kapolsek Soko.

Selain meludeskan 90-an lapak, kebakaran tersebut juga menelan kerugian mencapai Rp3 miliar. Kebakaran ketiga kalinya itu cukup meresahkan para pedagang. Warga menduga kebakaran disebabkan arus pendek seperti kejadian sebelumnya. Meskipun belum pasti, tetapi selama ini Desa Prambontergayang terbilang cukup kondusif.

Senada, Kades Prambontergayang, Ahmad Saerozi menepis ada muatan politis yang ingin menjatuhkan dirinya. Selama menjabat, perjalanan pemerintahan ia pimpin jauh dari konflik. Kades enggan berandai-andai mengenai penyebab kebakaran, semuanya diserahkan kepada penyidik kepolisian.

»»  Baca Selanjutnya...

Asa Tradisi di Tengah Industrialisasi


Masa paceklik adalah masa sulit yang tak diharapkan oleh siapa pun. Namun, dibalik masa yang jadi momok ini, muncul sebuah tradisi jawa yang patut dilestarikan, yakni tradisi "Manganan atau Nyadran" ditempat khusus yang dianggap keramat.  

Tradisi yang kian pudar karena perkembangan zaman itu seringkali dianggap ketinggalan zaman bahkan sebagian kaum agamawan menganggapnya sebagi sesuatu hal yang tak lazim.  Lain halnya dengan masyarakat di sekitar lapangan Migas Blok Cepu, mereka masih mempertahankan budaya ini.

Saat melaksanakan ritual manganan, masyarakat menyediakan aneka jajanan tradisional seperti tape, cucur, onde-onde, lepet, dan apem ditaruh di atas daun jati yang agak lebar. Tak ketinggalan, jajanan itu dicampur dengan nasi putih dan mie kering. 

Makanan di atas daun jati itu dibiarkan tergeletak di atas tanah kering yang ditumbuhi alang-alang. Di sekelilingnya para perempuan paruh baya nampak bersimpuh dengan takzim. Di dekatnya, puluhan lelaki juga tampak bersimpuh di atas tanah.

Tidak berselang lama, salah seorang diantara mereka mengucapkan doa dan mereka lalu menengadahkan tangan. Setelah itu, para perempuan mendekati makanan di atas daun jati itu lalu membagi-bagikannya.  Namun, hidangan yang tersedia tak seketika mereka makan di tempat itu melainkan dibawa pulang. Bungkusan daun jati itu ditaruh dalam rinjing-rinjing lalu mereka menggendongnya dengan gendongan.

Menurut salah seorang yang mengikuti ritual sedekah bumi itu, Sukijah (70) warga Dukuh Mojodelik, Desa Mojodelik, Kecamatan Ngasem, Kabupaten Bojonegoro,  sedekah bumi yang digelar di dekat makam pedukuhan yang dikelilingi hamparan sawah yang hijau dan tampak subur itu dilaksanakan satu tahun sekali. “Ritual sedekah bumi ini sebagai ungkapan terima kasih kami atas keberhasilan panen padi pada musim ini,” ucapnya. 

Dikatakan, tradisi sedekah bumi itu telah turun temurun dilakukan. Bahkan, di setiap pedukuhan ada acara sedekah bumi sendiri-sendiri. Untuk diketahui, Desa Mojodelik mempunyai enam pedukuhan yaitu Sogo, Gledekan, Keket, Dawung, dan Rambitan. Di setiap dukuh itu ada sebuah makam yang dipakai untuk sedekah bumi itu.

Tidak jauh dari Dukuh Mojodelik itu, puluhan warga terlihat mengumpul di sebuah makam di Dukuh Gledekan. Para perempuan, anak-anak, dan lelaki bersimpuh di antara cungkup makam. Berbagai makanan yang ditaruh di atas daun jati. 

Tak hanya itu, mereka juga terbiasa saling mengirim makanan saat perayaan sedekah bumi. Makanan yang ditaruh dalam bojok atau rinjing itu ditali dengan jarik lalu dibawa ke tempat yang dituju. Ada yang berjalan kaki, namun banyak pula yang mengantarnya naik sepeda angin atau sepeda motor. Melalui jalan setapak dan pematang sawah.

Menurut Minah (67) warga Dukuh Gledekan, Desa Mojodelik, perayaan sedekah bumi ini selain sebagai ungkapan rasa syukur kepada alam, juga bisa mengikat tali persaudaraan. Sebab, kata perempuan itu, sedekah bumi juga mengingatkan agar di antara penduduk saling memberi dan menolong. “Tradisi ini sudah bertahun-tahun kami lakukan,” ucapnya.

Sementara, tidak jauh dari tempat warga Mojodelik menggelar sedekah bumi itu, para pekerja juga tampak sibuk menggali dan menguruk tanah untuk proyek Banyuurip. Mereka sedang sibuk mengerjakan proyek pembuatan waduk dan fasilitas produksi pengolahan minyak mentah di lapangan Banyuurip, Blok Cepu. Dua hal yang saling berbanding terbalik, antara tradisi dan industrialisasi.
»»  Baca Selanjutnya...

PT Gasuma Mulai Tindaklanjuti Tuntutan Warga


PT Gasuma Federal Indonesia sebagai pihak yang bertanggungjawab atas peristiwa  keracunan gas yang diderita tujuh warga Dukuh Badegan, Desa Sokosari, Kecamatan Soko, Tuban mulai menindaklanjuti tuntutan warga.

Salah satu warga desa setempat, Solikin mengatakan, semua tuntutan warga belum semuannya terealisasi. Khususnya dalam hal tenaga kerja. Namun, mengenai kompensasi sudah dipenuhi. "Kompensasi ke warga sudah, untuk Ring I Rp250.000, Ring II Rp150.000," papar pria yang juga terlibat aktif saat aksi demo beberapa waktu lalu.

Dikatakan, untuk tenaga kerja lokal pihak Gasuma belum bisa menyanggupinya hingga saat ini. "Kalau masalah tenaga kerja masih dibicarakan lagi," ujarnya.

Selain itu, lanjut Solikin, tuntutan lain yang  sudah dipenuhi adalah mengenai kompensasi lahan yang terdampak  mendapat kompensasi Rp12 juta. Sementara, info yang diterima terkait korban keracunan, saat ini para korban sudah dipulangkan dari rumah sakit. "Korban sudah pulang, sedangkan semua soal biaya pihak Gasuma yang menanggungnya," pungkas Solikin.

Sebagaimana diberitakan sebelumnya, sedikitnya tujuh warga Dukuh Badegan, Desa Sokosari,  Kecamatan Soko, Kabupaten Tuban, dilarikan ke rumah sakit karena diduga keracunan gas busuk yang dikelola PT Gasuma. Akibat kejadian tersebut, warga setempat mengajukan tuntutan kepada PT Gasuma, termasuk biaya kompensasi kesehatan. 
»»  Baca Selanjutnya...

Setelah Dipotong, Pohon Pisang Berbuah Lagi Dari Batangnya


Sebuah pohon pisang unik tumbuh dihalaman belakang rumah milik Sukandar (34) warga Dukuh Mawot, Desa Sugiharjo, Kecamatan Kota, Tuban, nampak aneh dari umumnya.
Pohon pisang umumnya mulai berbuah hanya sekali, Namun berbeda lagi dengan pohon pisang milik suami Siti Masriah ini. Berbuah tidak pada tempatnya, istilah ini agak tepat disandangkan pada pohon pisang yang berbuah dari batangnya. Meski sebelumnya sisi atas pohon sudah dipotong.
Kondisi ini diketahui oleh pemiliknya waktu akan menggali pondasi rumah bagian belakangnya, namun karena mengganggu, akhirnya pohon pisang itu di pangkas bagian atasnya.
Hingga berita ini dirilis keadaan pohon itu masih terlihat baik dan segar, saat dikonfirmasi, Kamis (17/05/2012) terkait pohon yang berbuah 3 sisir ini pemiliknya mengatakan bahwa, pohon ini akan tetep dibiarkan tumbuh subur dan sampai berbuah tidak akan dirusak. “Pohon pisang ini tidak akan saya tebang, karena akan saya jadikan tetuah,”ujarnya.
 Foto : Sukandar (34) warga Dukuh Mawot, Desa Sugiharjo, Kecamatan Kota, Tuban saat bersama pohon pisang unik

»»  Baca Selanjutnya...

Pasca Terbakar, Para Pedagang Sibuk Memindah Barang Dagangan


Pasca kebakaran yang meludeskan ratusan kios pasar dan ruko yang terjadi jumat (18/05/2012) pukul 01.30 dini hari tadi di Pasar Desa Prambon Tergayang, Kecamatan Soko, Kabupaten Tuban, padagang mulai membersihkan lapak yang terbakar.
Sebagian pedagang memilih berjualan di luar pasar, dan sebagian lagi memindahkan barang dagangan yang selamat dari musibah kebakaran. Sementara itu Tim Laboratorium Forensik dari Polda Jawa Timur, rencananya akan datang ke lokasi pada jum’at siang.
Sejumlah pedagang yang menjadi korban kebakaran yang terjadi di Pasar Desa Prambon Tergayang, Kecamatan Soko, Kabupaten Tuban jumat (18/05/2012) dini hari tadi, pada jumat pagi para pedagang mulai membersihkan puing-puing bekas kebakaran.
Sejumlah pedagang bahkan memindahkan barang dagangan yang masih bisa diselamatkan untuk dipindah ke rumahnya, sambil menunggu kiosnya diperbaiki.
Selain itu, para pedagang yang lain lebih memilih berjualan di luar lokasi pasar, karena lapaknya ludes dilalap si jago merah. Sementara para pedagang yang baru datang dan baru mengetahui bahwa lapaknya sudah ludes terbakar, hanya duduk-duduk di lokasi sambil melihat puing-puing bekas kebakaran dini hari tadi.
“ini barang barangnya saya pindah, sambil menunggu proses perbaikan kios saya ini mas,” kata Wahyuningsih, salah satu pedagang di pasar tersebut.
Tim Laboratorium Forensik dari Polda Jawa Timur, rencananya juga akan datang kelokasi kejadian, untuk menyelidiki penyebab kebakaran. Hingga saat ini penyebab kebakaran juga masih dalam penyelidikan kepolisian.
Hingga saat ini sejumlah Polisi dari Polsek Soko, juga masih bersiaga di lokasi kejadian. Lokasi kebakaran juga dipasangi garis polisi untuk mencegah warga agar tidak masuk ke lokasi kebakaran, karena masih dalam penanganan petugas Kepolisian.
“nanti tim Labfor mau kesini,” kata AKP Subagyo, Kapolsek Soko.
Foto : Kios pasar Desa Prambon Tergayang, Kec. Soko, Tuban luder terbakar
»»  Baca Selanjutnya...

Kios Pasar Desa Prambon Tergayang Ludes Terbakar, Kerugian Sekitar Rp. 3 Milyar


Ratusan kios di Pasar Desa Prambon Tergayang, Kecamatan Soko, Kabupaten Tuban, jum’at (18/05/2012) sekitar pukul 01.30  dini hari tadi ludes terbakar. Api diduga dari arus pendek listrik, hingga api meluluh-lantakkan seluruh kios di pasar tersebut. Sedikitnya 8 mobil pemadam kebakaran dari Pemkab Tuban dan Bojonegoro, berhasil memadamkan api 5 jam kemudian. Tidak ada korban jiwa dalam kejadian ini, namun kerugian di taksir mencapai Rp. 3 milyar rupiah.
Api diketahui warga langsung membesar sekitar pukul 01.30 jumat (18/05/2012) dini hari tadi, saat warga sedang terlelap tidur. Api langsung merambat dan membakar ratusan kios di Pasar Desa Prambon, Kecamatan Soko, Kabupaten Tuban tersebut.
Menurut warga, warga sudah berusaha memadamkan api, namun api sulit dikendalikan. Sedikitnya 8 mobil pemadam kebakaran dari Pemkab Tuban dan Bojonegoro dikerahkan untuk memadamkan api. Api berhasil dipadamkan sekitar 5 jam kemudian, namun api sudah meluluh lantakkan seluruh isi kios pasar yang menjual kebutuhan pokok dan barang barang kelontong tersebut.
“ada banyak kios yang terbakar ini mas,” kata Suparjo, warga setempat di lokasi kejadian.
Api diduga berasal dari arus pendek listrik. Untuk melokalisir api agar tidak meluas ke bangunan ruko, warga dan petugas terpaksa menjebol pintu rolling door, agar tidak ikut terbakar. Sebagian warga juga berhasil mengevakuasi barang-barang dari dalam kios, yang belum sempat terbakar api.
Setelah api berhasil dipadamkan, petugas Kepolisian setempat langsung memasang police line, agar lokasi tidak dimasuki warga. Polisi hingga saat ini juga masih melakukan penyelidikan di lokasi kejadian, untuk mencari penyebab pasti kebakaran yang meludeskan ratusan kios pasar tersebut.
“saat ini kami masih melakukan penyelidikan,” ujar AKP Arief Kristanto, Kasat Reskrim Polres Tuban di lokasi kejadian.
Tidak ada korban jiwa maupun luka dalam kejadian ini, namun kerugian materi yang diderita para pedagang di taksir mencapai 3 milyar rupiah.
“tidak ada korban mas, tapi kerugian akibat pasar terbakar ini kira kira Rp. 3 milyar mas,” kata Syairozi, Kades Prambon Tergayang kepada wartawan.
Foto : Kondisi pasar Desa Prambon Tergayang, Kec. Soko terbakar.
»»  Baca Selanjutnya...

Dua SPBU Dihentikan Operasionalnya Oleh Pertamina


Dua Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di Kecamatan Jenu di hentikan pasokan Bahan Bakar Minyak (BBM) dari Pertamina sejak Senin (14/05/2012) lalu.
Hal ini dilakukan oleh petugas Pertamina karena, petugas SPBU telah tertangkap tangan telah melayani penjualan dengan jumlah besar kepada pembeli dengan menggunakan tangki buatan yang didalam bak kendaraan Pick Up jenis L300.
SPBU 54.623.6 di Desa Pereng dan SPBU 54.623.03 di Desa Beji Kecamatan Jenu, Tuban, terpaksa ditutup sementar oleh Pihak Pertamina selaku Operator Penyaluran BBM bersubsidi dari pemerintah, mulai dari jadwal pengiriman hingga pesanan BBM.
BBM bersubsidi yang kiranya untuk memperlancar Transportasi dan usaha Mikro atau Perikanan masyarakat kecil yang menggunakan BBM sebagai usahanya. Justru malah disalah gunakan untuk kepentingan perusahaan yang tidak ada surat Rekomendasi ataupun Verifikasi dari Surat Keterangan Pengusaha Daerah (SKPD) Tuban.
Selanjutnya pihak pertamina yang mempunyai salah satu tugas yaitu mengatur jadwal pengiriman untuk SPBU di Tuban, dengan tegas memberhentikan untuk sementar waktu pengiriman BBM jenis solar dan premium ini.
Adapun besar jumlah kuota pengiriman dari Pertamina untuk seluruh SPBU se-Kabupaten Tuban setiap harinya mencapai 290 kilo liter jenis Premium. Sedangkan untuk jenis solar sebanyak 380 kilo liter. Sementara itu untuk SPBU se-Jawa Timur sebanyak 10.500 kilo liter, dengan rincian bahan bakar jenis premium, 5.400 kilo liter untuk bahan bakar jenis Solar.
Peraturan mengenai pembatasan pengiriman BBM bersubsidi yang diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) No 15 Tahun 2012 mengenai siapa yang berhak menggunakan BBM bersubsidi.
Saat dikonfirmasi, Jumat (18/05/2012), Asisten Customer Relation Pertamina Regional V Jatim-Bali, Nusa Tenggara mengatakan bahwa, terkait masalah pemberhentian operaional 2 SPBU yang sedang dalam pembinaan Pertamina itu, hingga seminggu kedepan dipastikan tetap dinonaktifkan, sambil menunggu proses dari pihak Kepolisian.
“Karena 2 SPBU melanggar peraturan yang telah ditentukan akhirnya kami segel sementara, dan menunggu evaluasi dari perusahaan juga,” tegasnya.
Foto : Salah satu SPBU yang dihentikan pasokan BBM dari Pertmina, sehingga tidak lagi dapat melayani pembelinya
»»  Baca Selanjutnya...