Jumat, 18 Mei 2012

Waspadai Pestisida pada Buah Impor



Pakar Keamanan Pangan dan Gizi Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof Ahmad Sulaeman mengingatkan masyarakat untuk mewaspadai buah-buahan impor. Ia menilai, buah-buahan impor berisiko mengandung pestisida yang dapat memengaruhi kesehatan terutama perkembangan organ reproduksi.


"Harga buah impor yang dijual di supermarket Indonesia kadang lebih murah dibanding harga di negara asalnya. Hal ini tentu saja membuat kita heran sekaligus bertanya, mengapa buah tersebut bisa dijual dengan harga murah?," kata Sulaeman seperti dilansir Antara di Bogor, Rabu (16/5/2012).



Ia menjelaskan lebih lanjut soal kecurigaan pada buah-buahan impor ini. Ia mengemukakan, satu terminal buah di Rotterdam Belanda yang luasnya hampir sama dengan Bandara Soekarno Hatta di Cengkareng terdapat gudang pendingin sebagai tempat menyimpan buah. Buah dimaksud, kata dia, usia penyimpanannya ada yang mencapai dua tahun, dan yang paling muda adalah enam bulan.



Agar buah tahan di suhu dingin, tidak kering dan tidak keriput, katanya, maka kulit buah dilapisi lilin. Dalam lilin itu juga ditambahkan fungisida agar buah tidak berjamur. Menurut dia, hasil dari berbagai penelitian menunjukkan bahwa fungisida yang biasa ditambahkan adalah jenis Vinclozolin yang bersifat anti-androgenik yang sama sifatnya seperti DDT (Dichloro-Diphenyl-Trichloroethane).



Anti-androgenik ini, kata Sulaeman, dapat menimbulkan efek mandul pada serangga. Ia menjelaskan, sebagaimana diketahui, DDT adalah insektisida "tempo dulu" yang pernah disanjung setinggi langit karena jasa-jasanya dalam penanggulangan berbagai penyakit yang ditularkan vektor serangga.



"Tetapi kini penggunaan DDT di banyak negara di dunia terutama di Amerika Utara, Eropa Barat dan juga di Indonesia telah dilarang," katanya.



Menurut Sulaeman,  berbagai penelitian menunjukkan, konsumsi pangan yang mengandung residu pestisida, walaupun dalam kandungan yang rendah tenyata mampu menyebabkan demaskulinisasi, yang  mengganggu perkembangan organ reproduksi. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika sekarang banyak ditemukan kasus kelamin ganda atau transgender.



Sulaeman berpendapat, makin banyaknya kasus kelamin ganda sekarang ini adalah dampak dari revolusi hijau pertama. Kondisi tersebut tidak hanya terjadi di Indonesia, tapi juga terjadi di sejumlah negara.



Paparan pestisida dari buah juga bisa mengancam anak-anak. Ahmad menjelaskan, satu penelitian di negara Meksiko yang membandingkan anak yang biasa mengkonsumsi pangan organik (tanpa pestisida) dan non-organik (disemprot pestisida). Hasilnya, kata dia, anak yang selalu terpapar pestisida tidak mampu menggambar, sekalipun gambar garis yang sederhana. Sebaliknya, anak yang biasa mengkonsumsi pangan organik disebutkan mampu menggambar dengan bagus.



Kemudian, beberapa risiko penyakit juga dimungkinkan berkembang pada anak yang dilahirkan dari ibunya yang terpapar pestisida, seperti penyakit leukemia dan termasuk autisme. Untuk itu, ia mengimbau agar masyarakat kembali beralih ke buah-buahan lokal seperti manggis, bisbul, nangka dan masih banyak lagi.



"Sayangnya, pasar buah kita, terutama di supermarket, masih didominasi oleh buah impor," katanya.



Dari 225 jenis buah dan sayur segar yang dijual di swalayan, kata Sulaeman, 60-80 persen merupakan buah impor.



"Kecuali di Bali, komponen lokalnya masih tinggi. Tapi umumnya buah yang ada di ’supermarket’ di Indonesia, 60-80 persen masih impor," katanya.



Oleh sebab itu, ia menegaskan lagi bahwa penggemar buah segar perlu ekstra waspada, terutama pecinta buah impor, seperti anggur, pir dan apel.  "Apalagi jika sedang ada promo buah impor dengan harga yang sangat murah," katanya.



Sumber http://health.kompas.com/read/2012/05/17/12013727/Waspadai.Pestisida.pada.Buah.Impor
»»  Baca Selanjutnya...

Permintaan Meningkat, Harga Bawang Merah Naik


Kendati harga sayuran rata-rata turun, namun lain halnya dengan bawang merah dan bawang putih. Dalam beberapa hari ini, harga bawang merah di beberapa pasar tradisional di Kota Bojonegoro dan sekitarnya kembali melambung. Jika sebelumnya harga bawang merah lokal dijual Rp8.000 per kilogram (kg), sekarang naik menjadi Rp10.000 per kg.



Seperti disampaikan Sulastri, pedagang pracangan di Pasar Kota Bojonegoro. Ia mengungkapkan bahwa mulai kemarin bawang merah per kilogramnya dijual seharga Rp10.000. Sedangkan bawang putih naik dari Rp13.000 menjadi Rp14.000 per kg.



"Seminggu lalu masih Rp8.000 per kg, sekarang bawang merah naik Rp10.000 per kg ," ujarnya sambil melayani pembeli.



Terbatasnya pasokan bawang putih dan bawang merah dan ditambah dengan banyaknya permintaan menyebabkan harga bawang naik lagi.  Pedagang bawang putih mengaku bulan ini permintaan meningkat  lantaran banyak warga yang menggelar hajatan.



Selain harga bawang, harga bahan pokok lainnya yang ikut naik adalah telur, dari Rp13.500 menjadi Rp14.000 per kg. Meskipun naik Rp500,  tetapi para pedagang mengaku penjualannya tetap stabil. 
»»  Baca Selanjutnya...

Kebakaran Pasar Desa Prambontergayang, Jaringan Listrik Pasar Dipertanyakan


Kepala Desa (Kades) Prambontergayang, Kecamatan Soko, Kabupaten Tuban, Saerozi, ikut terjun ke lokasi beberapa saat pasca kebakaran pasar desa setempat. 

Ia membenarkan kalau kebakaran di Pasar Desa Prambontergayang itu diduga akibat korsleting listrik. Saat ini ia bersama warga masih berkonsentrasi mengamankan barang-barang milik pedagang yang masih bisa diselamatkan.

Sementara berdasarkan keterangan yang didapat dari beberapa saksi mata menyebutkan api pertama kali muncul dari tengah pasar kemudian merambat ke selatan. Separuh lapak dipastikan ludes terbakar. Api merambat begitu cepat sehingga tidak banyak yang bisa diselamatkan. Namun kebakaran itu dipastikan tidak ada korban jiwa.

"Untuk sementara kita simpulkan akibat korsleting listrik. Sebelum kebakaran, beberapa saksi melihat ada asap mengepul dari kios yang berada di tengah pasar," terang Kades.

Ia mengatakan, deretan kios yang terletak di bagian tengah pasar merupakan kios yang menjual sembako. Warga setempat menyesalkan karena Pasar Desa Pramontergayang ini sudah tiga kali terbakar. 

Kali ini termasuk paling besar dibandingkan sebelumnya. Selama ini penyebab kebakaran diduga karena korsleting. Untuk itu warga mempertanyakan jaringan listrik di sana.

"Sudah tiga kali ini mas, yang dulu-dulu juga karena konslet," ungkap Yudi, warga setempat.

Warga sekitar yang mengetahui sebelum mobil pemadam kebakaran datang berusaha memadamkan api dengan alat seadaanya. Tak lama mobil pemadam dari Pemkab Bojonegoro mendatangi TKP, karena lokasi kejadian lebih dekat dengan Kota Bojonegoro. 
»»  Baca Selanjutnya...

Pasar Desa Prambontergayang Dilalap Si Jago Merah



Kebakaran hebat melanda Pasar Desa Prambontergayang, Kecamatan Soko, Kabupaten Tuban pada Jumat (18/5/2012) dini hari tadi. Puluhan kios hangus dan diperkirakan puluhan lainnya rusak. Dugaan sementara, penyebab kebakaran akibat arus pendek.
Informasi yang dihimpun menyebutkan, api diduga berasal dari deretan lapak di barisan bagian selatan. Warga melihat api pertama kali muncul di deretan lapak penjual sayur. Bangunan kios yang sebagian besar terbuat dari kayu dan papan membuat api cepat membakar kios di sekitar tempat itu. Sejumlah warga dan pemilik kios pun sangat panik. Mereka bergegas menyelamatkan barang dagangannya. 

Belum ada keterangan resmi dari aparat Polsek Soko. Sementara, sejumlah warga mengatakan kalau saat kejadian itu sekitar pasar sangat sepi. Tiba-tiba warga mendengar suara gemuruh dan kobaran api di tengah pasar desa.



Yudi, salah satu warga setempat di lokasi kejadian mengatakan, kebakaran diperkirakan terjadi pukul 01.00 WIB. Api muncul dari bagian kios pasar yang berada di sebelah selatan yang kebanyakan digunakan berjualan sembako.



"Kalau tiga puluh lebih kios ada mas yang terbakar," ungkap Yudi.



Kebakaran di Pasar Desa Prambontergayang ini sudah kali ketiga. Warga sekitar yang mengetahui sebelum mobil pemadam kebakaran datang, berusaha memadamkan api dengan alat seadaanya. Tak lama mobil pemadam dari Pemkab Bojonegoro mendatangi TKP karena lokasi kejadian lebih dekat dengan Kota Bojonegoro.



Sementara itu, Kepala Desa (Kades) Prambontergayang, Saerozi saat dikonfirmasi belum bisa memastikan penyebab kebakaran. Pihaknya masih berkoordinasi dengan aparat setempat untuk mencari informasi yang pasti sambil mendata lapak yang terbakar.



"Nanti saya kabari lagi mas, belum lengkap datanya," kata Kades.
»»  Baca Selanjutnya...