Senin, 18 Juni 2012

Kesenjangan Sosial di Balik Megahnya Gedung Pemkab Tuban


Nunuk bersama anak asuhnya saat belajar bersama dialun-alun Tuban

Sindiran kata-kata ‘orang miskin dilarang sekolah dan orang miskin dilarang sakit’ ternyata ada kalanya betul. Di tengah kesulitan ekonomi seperti sekarang ini, membuat anak jalanan makin bertambah banyak. Hal tersebut terlihat jelas di tempat-tempat keramaian Kota Tuban, tepatnya di alun-alun dan terminal wisata Tuban Jalan AKBP Suroko.
Hal tersebut sangat tidak wajar, ketika Kantor Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tuban berdiri megah dengan 3 lantai yang full AC, namun kontradiksi dengan pemandangan di depan dan sebelah barat. Di mana terdapat banyak kaum Rombongan Muka Susah (Romusa) yang berkeliaran membutuhkan uluran tangan kaum-kaum elit.
Melihat ketimpangan sosial yang sangat tidak wajar tersebut, membuat mantan aktivis Perempuan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Nunuk Fauziyah terketuk hatinya untuk membuat Taman Belajar atau yang sering disebut ‘sekolah anak jalanan’ yang dilakukan dalam seminggu sekali bertempat di Alun-alun Tuban.
“Kegiatan seperti ini, sudah kami lakukan sejak tahun 2011 lalu bersama teman-teman yang tergabung dalam Koalisi Perempuan Ronggolawe (KPR) Tuban,” ujar Nunuk Fauziyah di sela-sela kegiatan sosialnya itu, Minggu (17/6/12) sore.
Memang tidak semua pelajaran yang ada di sekolah diajarkan oleh Nunuk dan kawan-kawannya, namun Nunuk dan kawan-kawannya lebih memfokuskan kepada apa yang menjadi kebutuhan anak di zaman yang serba modern ini. Seperti belajar bagaimana mengoperasikan komputer, Bahasa Inggris, dan yang lebih fokus diajarkan Nunuk dan kawan-kawannya adalah belajar membaca, agar nantinya, meskipun mereka hidup di jalanan namun tidak buta huruf. Sehingga di manapun mereka berada bisa membaca, meskipun itu hanya sesobek koran yang tidak terpakai.
Perempuan kelahiran Lamongan 10 Juni tersebut, membuat kegiatan belajar itu tidak hanya untuk anak jalanan dan pengamen yang memang itu tidak pernah mengenyam pendidikan di bangku sekolah, tapi sampai anak putus sekolah pun ikut bergabung dalam kegiatan belajar itu.
Pasalnya, kebanyakan anak yang putus sekolah ini adalah anak yang di sekolahnya terdapat kesenjangan sekolah antara anak orang miskin dan anak orang kaya. “Saya tidak punya teman kalau di sekolah dan terkadang sering dihina oleh teman-teman saya yang anaknya orang kaya. Kalau di sini saya lebih nyaman,” ujar salah satu murid Sekolah Anak Jalanan.
Nunuk Fauziyah juga menambahkan, bahwa salah satu penyebab anak putus sekolah itu dikarenakan di sekolahnya mereka selalu terkucilkan oleh teman-teman. Sehingga mereka tidak betah dan lebih memilih menjadi pengemis di jalanan.
“Sebenarnya anak-anak ini sangat berpotensi semua, dan sangat mempunyai kemauan keras. Namun mereka kurang perhatian dari Pemerintah dan arahan oleh orang tua juga,” tambah Nunuk Fauziyah yang juga Ketua KPR itu.
Saat dikonfirmasi lebih detail mengenahi dana kegiatan tersebut, Nunuk mengatakan bahwa semua dana yang mereka keluarkan itu murni dana dari iuran temen-teman KPR. “Dana ini murni dari iuran sahabat-sahabat yang peduli dengan keadaan nasib anak jalanan,” jelasnya.
Nunuk berharap, Pemerintah lebih peka terhadap rakyat-rakyat yang masih membutuhkan uluran tangan untuk mengenyam pendidikan yang layak, daripada selalu memperbaiki gedung Pemkab yang sebenarnya masih layak. Masih banyak orang-orang yang membutuhkan uluran tangan di sekeliling megahnya Gedung Putih itu (sebutan gedung Pemkab Tuban).
»»  Baca Selanjutnya...

Pengedar Pil Karnopen di Lokalisasi Dibekuk Polisi


Tuban - Seorang penyuplai dan pengedar pil daftar G jenis Karnopen di tempat lokalisasi Gandul, Desa Wonorejo, Kecamatan Semanding, Kabupaten Tuban berhasil dibekuk oleh petugas Kepolisian Polres Tuban. Dari tangan pelaku petugas berhasil menyita ratusan butir pil Karnopen, Minggu (17/06/2012).

Pelaku pengedar pil Karnopen di area lokalisasi yang berhasil dibekuk oleh petugas Sat Reskoba Polres Tuban adalah Kusmiyanto (49), asal jalan Sumurgempol, Kelurahan Kingking, Kecamatan Kota, Kabupaten Tuban. Pelaku berhasil ditangkap saat sedang menunggu transaksi penjualan pil tersebut dengan pelanggannya.
Penangkapan terhadap pelaku pengedar pil daftar G tanpa memiliki ijin edar tersebut berawal saat petugas Kepolisian dari Polres Tuban mendapatkan informasi dari warga sekitar bahwa pelaku akan melakukan transaksi.

Mendapatkan informasi tersebut sejumlah anggota dari Sat Reskoba Polres Tuban sudah bersiap-siap sejak awal untuk melakukan penangkapan terhadap Kusmiyanto yang sudah lama menjadi incaran petugas. Akhirnya petugas melakukan pengintaian dilokasi yang akan dijadikan tempat transaksi oleh pelaku.

"Kemudian setelah mengetahui pelaku datang dan akan melakukan transaksi petugas yang sudah berada di lapangan langsung menyergap pelaku. Saat mendatangi pelaku petugas langsung menggeledah pelaku dan barang bawaannya," terang AKP Noersento, Kasubbag Humas Polres Tuban.

Dari hasil penggeledahan terhadap pelaku pengedar pil Karnopen tersebut yang memang terkenal sangat licin itu petugas berhasil menemukan barang bukti berupa 400 butir pil Karnopen yang belum sempat dijual oleh pelaku dan sejumlah barang bukti yang lainnya.

"Pelaku beserta barang bukti langsung dibawa dan diamankan oleh petugas ke Mapolres Tuban untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut, petugas masih melakukan penyelidikan lebih lanjut untuk mengetahui dari mana pelaku mendapatkan barang tersebut dan untuk mengungkap jaringan pelaku," pungkasnya.
»»  Baca Selanjutnya...

Wabup Ngunduh Mantu, Resepsi Pernikahan Memadukan Batak Dan Jawa


seputartuban.com – Acara resepsi pernikahan putra Wakil Bupati Tuban (Wabup) di Graha Sandiya, komplek perumahan PT Semen Gresik, Desa Bogorejo, Kec. Merakurak, sabtu (16/06/2012) malam belangsung meriah.
Sebelumnya, scara Ijab kabul dilaksanakan sebelumnya oleh Aditya Nugroho (Putra Wabup) dengan Anne Silva Monoro (Menantu Wabup) putri dari Monoro, diadakan di kediaman rumah Noor Nahar Husain di Jl. Teuku Umar, Tuban.
Kemudian dilanjutkan acara resepsi pada malam harinya dimulai sekitar pukul 07.00 WIB. Dengan memadukan dua adat, yaitu adat Timur Tengah dan Batak, mempelai mengenakan gaun pengantin berwarna hijau muda yang dipadukan warna hijau tua.
Sambil diiringi musik jawa dan gambus, menambah keromantisan dan keakraban suasana pernikahan. tidak ketinggalan perpaduan dekorasi pernikahan yang kental akan nuansa jawa dan bathak menambah keselarasan acara putra orang nomor dua di Kabupaten Tuban ini.
Terlihat para tamu undangan diantaranya Bupati Tuban, Fathul Huda beserta istrinya, Kapolres Bojonegoro beserta keluarga, Wakapolres Bojonegoro dan pejabat lainya nampak antri untuk mengucapkan selamat kepada mempelai dan keluarganya.
Saat dikonfirmasi seputartuban.com, salah satu panitia pernikahan mengatakan bahwa, dari 2000 undangan yang telah disebar hampir 90 persen datang. Selain itu juga para undangan tidak diperkenankan untuk membawa sumbangan atau hadiah berupa apapun.
“Pernikahan agung ini, digelar dengan dua adat jawa dan bathak, sehingga terkesan elegan banget,”tuturnya.
»»  Baca Selanjutnya...

Sampah Menumpuk, Pengunjung Pantai Kelapa Kecewa


Saat memasuki hari libur sekolah dan kantor, pantai kelapa panyuran dipenuhi pengunjung, Minggu (17/06/2012). Terlihat banyak warga yang datang bersama keluarga, teman bahkan siswa sekolah yang mengadakan kemah, ada pula warga dari luar Tuban juga mendatangi lokasi ini.
Pantai yang terletak di timur Kabupaten Tuban ini, tepatnya di Desa Panyuran, Kecamatan Palang, Tuban nampaknya menjadi alternatif warga untuk mengisi waktu libur. Namun sangat disayangkan, sampah yang berserakan di mana-mana di sepanjang bibir pantai, membuat para pengunjung merasa kurang nyaman ditambah bau tidak sedap membuat makin kecewa.
Ardi (33), warga Surabaya yang datang bersama teman club motornya dengan agenda pengukuhan anggota baru dipantai tersebut dengan harapan mencari suasana baru. Namun sesampainya dilokasi merasa kecewa, karena kondisinya tidak sesuai yang dia bayangkan.
“Alasan kami memilih pantai kelapa, karena biasanya kita selalu berkeliling ke arah barat, dan untuk hari ini kita keliling dari Surabaya ke arah timur, dan ditentukan di Tuban” terangnya.
Club motor yang berjumlah 20 pemuda ini, menyayangkan keadaan pantai kelapa yang sebenarnya bagus namun   tidak terawat. Dengan sampah yang dibiarkan berserakan dimana-mana dan mengundang bau yang tidak sedap.
“mungkin karena sering dibuat kemping atau liburan anak-anak muda, dan pengelola tidak merawatnya, sehingga sampah-sampah menumpuk dan mengganggu para pengunjung yang hadir,” ungkapnya kecewa.
Salah satu petugas Pantai Kelapa, Kecamatan Palang, mengatakan bahwa, setiap hari sudah dibersihkan oleh penjaga. Namun karena keterbatasan petugas dan banyaknya sampah, akhirnya terkadang tidak sampai bersih. “tiap hari juga dibersihkan, namun yang datang banyak,  jadi ya gak bisa seluruhnya dibersihkan,” tegasnya.
»»  Baca Selanjutnya...

Cuaca Buruk, Harga Ikan di Tuban Naik Tajam


Harga ikan di Kabupaten Tuban naik hingga 100%. Melonjaknya harga ini dipengaruhi oleh cuaca buruk yang mengakibatkan nelayan tidak berani melaut. Sehingga membuat stok ikan tangkapan nelayan menjadi berkurang, sementara permintaan konsumen tetap.
Para nelayan banyak yang mengeluhkan adanya ombak besar yang datangnya tidak dapat diperkirakan. Sehingga mereka mengurungkan melaut dan hanya memilih mencari ikan dikawasan pantai saja. Hal ini dilakukan karena dikawasan tersebut dinilai aman dari terjangan ganasnya ombak laut.
Sumiati (42), salah satu penjual ikan di Kelurahan Karangsari, Kec. Kota Tuban, minggu (17/06/2012) menuturkan harga ikan naik drastis. Seperti halnya ikan kakap merah semula harga 1 Kg harga Rp.30.000 saat ini naik menjadi Rp.60.000.
Sama halnya seperti ikan cumi- cumi yang semula harga tiap 1 Rp.60.000 sekarang menjadi Rp.115.000. Ikan tengiri, ikan Tongkol, ikan Layur dan lainnya juga mengalami kenaikan hampir kurang lebih 100%. “Saya beli dari nelayan ya sudah mahal kok mas, masak harus dijual murah, nanti rugi saya,” ujarnya.
Terpisah, Sri Lestari (36), salah pembeli ikan di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Kecamatan Palang, mengatakan banyak pedagang merasa kaget dengan mahalnya harga ikan ini. Saat membeli ikan tongkol segar 1 Kg seharga Rp.25.000. “Kemarin masih Rp. 15.000, sekarang kok mahal gini,” tuturnya sambil menawar ikan.
Sementara itu, Menurut Penjaga Pasar Ikan Kelurahan Karangsari, kecamatan Tuban, Suseno membenarkan bahwa naiknya harga ikan ini disebabkan karena pasokan ikan dari nelayan menurun, dan biaya bahan bakar untuk pemberangkatan disamping sulit, juga mahal. “biaya pemberangkatan mahal, hasilnya juga belum tentu, akhirnya ikannya juga dijual mahal,” tegasnya.
»»  Baca Selanjutnya...

Akibat Cuaca Buruk Nelayan Tuban Meradang

Para nelayan dipinggiran di Kabupaten Tuban meradang akibat cuaca buruk selama beberapa hari terakhir ini. Angin kencang mengakibatkan ombak besar sehingga para nelayan memilih banyak yang tidak berangkat untuk melaut demi menjaga keselamatannya.

Kondisi ini sudah hampir sepekan terakhir seperti yang dialami nelayan waga Desa Karangsari, Kecamatan Tuban. Karena tidak melakukan aktivitas mencari ikan, otomatis tidak lagi mendapatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Anton (40), salah satu nelayan warga Kelurahan Karangsari, Kecamatan Kota, minggu (17/06/2012) menuturkan dirinya mengaku hanya melaut tidak jauh dari pantai. Hal ini dilakukan karena kapal tangkapan ikan sangat kecil, sehingga tidak mampu menahan gelombang yang tinggi.
Penghasilan para nelayan karangsari, pada hari-hari normal biasanya mencapai 20 kg hingga 30 kg per-hari atau secara nominal satu orang bisa dapat Rp. 300.000. Namun selama cuaca buruk ini, para nelayan mengaku hanya memperoleh tangkapan ikan sebanyak 5 kg hingga 10 kg saja.
“kami terpaksa tidak melaut, karena ombaknya besar sehingga hanya mengambil ikan di pantai saja,” ungkapnya.
Kalau cuaca normal, biasanya para nelayan dalam mencari ikan hingga menginap di tengah laut sampai tiga hari. Satu hari perjalanan, satu hari untuk menangkap ikan dan satu hari untuk pulang. Namun pada cuaca buruk seperti ini bisa  melaut  dan langsung pulang karena hanya melaut dipinggir pantai, yang jaraknya hanya 1 mil dari bibir pantai.
“kami  membutuhkan biaya operasional yang tinggi karena harus membeli banyak persediaan bahan bakar solar. Sebab kapal tidak pernah berhenti,” ujarnya.
Karena tuntutan memenuhi kebutuhan hidup, para nelayan hanya akhirnya tetap menangkap ikan meski hanya di kawasan pesisir pantai. Karena gelombang laut tidak terlalu membahayakan perahu mereka.
“biasanya cuaca buruk seperti ini nelayan yang tidak melaut dengan mengisi waktu untuk memperbaiki jaring atau perahu. Ada sebagian nelayan terpaksa mengutang untuk memenuhi  kebutuhan sehari-hari. Utang tersebut dibayar setelah nanti bisa melaut kembali,” imbuh Anton.
»»  Baca Selanjutnya...

Tiap Bulan 200 Sampai 250 Pemohon Perceraian


Banyaknya perceraian di Kabupaten Tuban disebabkan oleh berbagai macam masalah. Diantaranya disebabkan karena masalah ekonomi, ketidakharmonisan dalam rumah tangga. Kekerasan dalam rumah tangga hingga perselingkuhan.
Dari data di Pengadilan Agama (PA) Tuban, kasus perceraian yang sudah diputuskan oleh Pengadilan Agama dari 20 Kecamatan selama Mei sebanyak 146 kasus. Sedangkan data sementara selama Juni sebanyak 107 keluarga resmi cerai.
Pejabat Panitra Muda Hukum Pengadilan Agama Tuban, M Bisril mengatakan bahwa pihaknya sudah menerima pengajuan kasus perceraian yang diakibatkan oleh beberapa Faktor, diantaranya karena Perselingkuhan, KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga). Faktor ekonomi, pendidikan, serta komunikasi keluarga yang tidak memperoleh titik temu sehingga muncul ketidak harmonisan didalam rumah tangga.
“Pada bulan Juni 2012 ini angka perceraian mencapai ada 33 kasus perceraian yang disebabkan karena ketidakharmonisan , 27 kasus karena cemburu, 18 kasus disebabkan karena perasaan cemburu dari masing-masing pasangan, 9 kasus karena krisis akhlak, 8 kasus karena kawin paksa, 7 kasus karena tidak ada tanggung jawab dari suami dan gangguan pihak ketiga , 1 cacat biologis dan lain-lain,” terangnya.
Dia juga menjelaskan bahwa angka cukup tinggi terjadi hampir setiap bulan banyak pihak pemohon mendaftarkan gugatan cerai ke Pengadilan Agama. “Hampir tiap bulan ada 200-250 pendaftar yang datang kesini,” tambahnya.
Bisril juga menegaskan bahwa dari 20 kecamatan yang ada ternyata Kecamatan Semanding menjadi daerah yang paling banyak  angka perceraianya. “Untuk bulan ini Semanding menduduki peringkat pertama dengan angka 11 yang sudah diputuskan oleh Majelis Hakim untuk resmi bercerai, diikuti dengan Kecamatan Montong  dengan 8 angka perceraian,” Jelasnya.
Pejabat yang bulan ini resmi dipindah ke PA Sidoarjo ini juga menyampaikan bahwa faktor pendidikan menjadi suatu hal yang penting untuk mengurangi angka perceraian di Kabupaten Tuban.
“Mungkin dengan pendidikan yang tinggi dapat mengurangi angka perceraian. Sebab, mereka bisa menyelesaikan masalah dengan dewasa serta menggunakan logika sehingga tidak segampang membalik telapak tangan dalam mengambil keputusan untuk bercerai,” pungkasnya.
»»  Baca Selanjutnya...