Selasa, 24 Januari 2012

Gaji Kades di Lingga Naik 100 Persen

Kabupaten Lingga – Kepulauan Riau : Kepala Desa di Kabupaten Lingga di tahun 2012 mendapatkan kegembiraan tersendiri karena gaji mereka dinaikkan hingga 100 persen.
Ketua Komisi I DPRD Lingga, Rudi Purwonugroho menyampaikan kenaikan gaji bagi kepala desa ini juga akan diikuti dengan kenaikan gaji bagi aparatur desa lainnya hingga RT dan RW.
“Kenaikan gaji ini telah kami setujui dan diharapkan dapat meningkatkan kinerja aparatur desa hingga tingkat RT dan RW,” kata Rudi kepada wartawan Kamis (19/1).
Dijelasakan Rudi semula gaji kepala Desa Rp1,5 juta pada tahun lalu kini naik menjadi Rp 3 juta per bulan untuk tahun 2012. Kaur Desa dari Rp 950 ribu naik menjadi Rp 1,1 juta, kepada dusun semula Rp 800 ribu naik menjadi Rp 1,050 juta dan gaji bendahara desa dari Rp 850 ribu naik menjadi Rp1 juta.
Total anggaran tunjangan tetap bagi Kades dan perangkat desa se-Kabupaten Lingga pada tahun 2012, totalnya mencapai Rp7,809 miliar.
Badan Permusyawaratan Desa (BPD) juga mendapat kenaikan. Ketua BPD yang sebelumnya bergaji Rp 1 juta per bulan naik menjadi Rp 1,1 juta. Wakil Ketua BPD, sebelumnya Rp 800 ribu menjadi Rp 900 ribu dan untuk Sekretaris BPD dari Rp 700 ribu naik menjadi Rp 800 ribu. Sedangkan untuk para anggotanya dari Rp 600 ribu menjadi Rp 700 ribu.
“Dengan kenaikan tunjangan tetap untuk keseluruhan Anggota BPD se Kabupaten Lingga, jumlah total tunjangannya pada tahun ini mencapai Rp 4.141.200.000,” ujar Rudi.
Untuk tunjangan insentif  RW dan RT pada tahun ini juga ditingkatkan. Untuk tunjangan Ketua RW semula dari Rp 400 ribu menjadi Rp 450 ribu per bulan dan bagi Ketua RT mendapat kenaikan sebesar Rp400 ribu yang sebelumnya hanya Rp 350 ribu per bulan dan dibayar per triwulan, dengan jumlah total insentif  RT dan RW se-Kabupaten Lingga mencapai Rp. 5.571.600.000.
“Bantuan bagi LPM Kelurahan dan Desa telah kita setujui besaran angkanya,  yaitu Rp276 juta, dibagi untuk 6 kelurahan dikalikan Rp4 juta berjumlah Rp24 juta serta sebanyak 63 desa yang ada dikalikan Rp4 juta berjumlah Rp252 juta,” jelasnya.
Sedangkan untuk Alokasi Dana Desa (ADD) pada tahun ini naik dari Rp7,65 miliar menjadi Rp12,3 miliar.

Jumlah bantuan Dana Pendamping untuk Tingkat Kabupaten Lingga tahun 2012 ini dari mulai bantuan LPM Kelurahan/Desa, serta bantuan Penyelenggaraan Pilkades dan Alokasi Dana Desa sebesar Rp12.853.500.000.
“Total anggaran yang kita alokasikan adalah Rp 30.375.300.000,” pungkasnya.


»»  Baca Selanjutnya...

Kemiskinan Dan Pembangunan Partisipatif

Banyak kalangan yang akhir-akhir ini mempertanyakan peran Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) dalam mengentaskan kemiskinan. Diberbagai kesempatan diskusi, dialog dan pertemuan yang diselenggarakan oleh kalangan LSM, birokrasi, akademisi yang mempertanyakan tentang “ketidakmampuan” program PNPM dalam menanggulangi kemiskinan, padahal anggaran untuk PNPM yang bersumber dari pinjaman Bank Dunia cukup besar.
PNPM intinya dianggap gagal dalam peran mengentaskan kemiskinan melalui kegiatan program-programnya. PNPM kegiatan programnya tidak mampu menuntaskan salah satu atau beberapa indikator “jarum jam” penunjuk angka kemiskinan yang ditetapkan BPS. Indikator yang sebenarnya lebih bersifat artifisial (kulit luar) dibanding substansial. Semacam indikator kemiskinan adalah rumah lantai, belum punya MCK, tidak menggunakan listrik, dsb.
Benarkah PNPM gagal dalam relasi pengentasan kemiskinan? benar, dari kacamata kaum teknokrat developmentalis yang memiliki paradigma kemiskinan dan kesejahteraan dilihat dari dimensi fenomenologis. Dimensi “bentuk” kemiskinan dan bukannya menelisik akar kemiskinan.
PNPM dalam sudut pandang pemikiran liberatif tidaklah gagal mengentaskan kemiskinan, dan justru PNPM menjadi bagian program pembangunan yang berorientasi masyarakat untuk memperkuat kapasitas sumber daya manusia, organisasi dan inisiasi kegiatan sektor ekonomi masyarakat berbasis perencanaan partisipatif.
Yang menganggap PNPM gagal mengentaskan kemiskinan adalah mereka yang menggunakan “pisau tumpul” analisa sosial yang konservatif. Ada tiga hal mengapa PNPM diasumsikan gagal mengentaskan kemiskinan yang salah kaprah logikanya:
Pertama, jumlah kemiskinan diarea program PNPM bertambah dan sementara program PNPM jalan terus dengan anggaran yang cukup besar. Kedua, PNPM tidak klop kegiatan programnya dalam menuntaskan 18 indikator kemiskinan ala BPS. Ketiga, PNPM tidak bersentuhan programnya dengan orang miskin.
Jumlah kemiskinan memang niscaya akan selalu bertambah baik ada program PNPM atau tidak, Kemiskinan di Indonesia adalah terkategori kemiskinan struktural yang diciptakan oleh sistem ekonomi neoliberalisme yang dipraktekkan oleh negara (rezim) sejak zaman soeharto sampai kini. Sistem ekonomi yang mengacu kepada ekonomi pasar bebas dengan dogmanya liberalisasi,privatisasi, penghapusan subsidi. sistem ekonomi tersebut melahirkan konglomeratisasi yang menghancurkan fondasi ekonomi kerakyatan dan menciptakan dominasi ekonomi (modal) korporasi terhadap realitas ekonomi rakyat. Output yang diciptakan adalah kemiskinan abadi yang dialami kelompok mayoritas yang nir akses modal dan tidak memiliki ketahanan ekonomi.
Sektor sosial yang mengalami kemiskinan adalah petani akibat liberalisasi impor pangan dan liberalisasi impor sarana produksi yang menguras daya beli mereka. Komunitas buruh yang mengalami pemiskinan abadi karena liberalisasi investasi dengan konsesi upah murah. komunitas nelayan yang terjarah eksistensi ekonominya karena pasar bebas produk kelautan.
selama sistem ekonomi yang anti konstitusi (pasal 33 UUD 45) dijalankan maka kemiskinan akan terus terjadi. PNPM dan program penanggulangan kemiskinan yang lain—-apalagi yang berwatak birokratis—–hanya seperti “obat merah” untuk luka yang telah membusuk.
Indeks dan jumlah angka kemiskinan jelas terus meningkat jika data statistik jujur, termasuk dilokasi PNPM karena kemiskinan diciptakan oleh struktur ekonomi nasional / internasional yang tidak adil dan anti rakyat. Bukan PNPM yang harus disalahkan karena program PNPM telah berada dalam jalur on the track, namun sistem dan kebijakan ekonomi negara yang kapitalistik.
Program PNPM tidak klop dengan program penanggulangan kemiskinan berindikator 18 hal model BPS? yang harus disalahkan jelas 18 indikator model BPS yang wataknya kulit luar (artifisial). Karena indikator kemiskinan sesungguhnya adalah ketika masyarakat semakin rendah daya beli dan semakin menurun pendapatannya yang tidak mampu untuk membiayai kehidupan sosial mereka. Kemiskinan ketika rasio pendapatan masyarakat menurun sementara biaya kebutuhan dasar termasuk kebutuhan sosial diberbagai bidang—-pendidikan, kesehatan—–semakin mahal. kemiskinan adalah ketika masyarakat tidak mampu menyekolahkan anak-anaknya karena biaya sekolah mahal, tidak mampu berobat yang layak karena ongkos kesehatan mahal, tidak mampu membeli sembako karena harga sembako mahal.
Indikator kemiskinan ala BPS adalah bercorak developmentalis neoliberal. Indikator yang mengabaikan prinsip dasar kesejahteraan masyarakat dan tidak jujur terhadap definisi kemiskinan yang substansial.
Sedangkan anggapan PNPM tidak bersentuhan dengan orang miskin adalah asumsi yang salah kaprah, karena program PNPM menjangkau hampir 90 % perdesaan dinegeri ini. PNPM sebagai bentuk pembangunan partisipatif sebagaimana konsep pembangunan di Porto Allegre, Brazil melibatkan peran serta masyarakat dalam perencanaan pembangunan. Mekanisme PNPM paling demokratis dan popular. sedangkan jika program PNPM dianggap 60 % kepada pembangunan fisik hal tersebut disebabkan mindset masyarakat yang terbentuk oleh politik pembangunan orba selama 32 tahun. sehingga rumusan kegiatan programnya adalah pembangunan sarana dan prasarana umum.
Investasi sosial PNPM yang terpenting adalah perencanaan berbasis kepentingan masyarakat dan datangnya dari bawah. PNPM tidak bersifat teknokratis dan birokratis yang penuh kebocoran, pungli dan upeti.
PNPM memang banyak kelemahan dalam pelaksanaan program-programnya, namun kelemahan tersebut disebabkan oleh ketidaksiapan struktur sosial masyarakat, kerelaan birokrasi dan politik pembangunan yang tidak pro publik. PNPM memang ada titik kerawanan dan kebocoran anggaran, namun titik rawan dan kebocoran PNPM relatif terkontrol dan tidak menjadi akar kemiskinan baru.
Yang paling penting ditingkatkan dari PNPM saat ini meski akan berakhir tahun 2014 adalah PNPM harus lebih menjadi program pro rakyat yang progresif dengan menjadikan masyarakat sebagai subjek pembangunan. Gagasan dan realisasi integrasi perencanaan yang diperkirakan akan menghilangkan ruh partisipasi masyarakat bisa disiasati dengan memperkuat kapasitas organisasi rakyat dan melakukan proyek edukasi politik demokrasi masyarakat. sehingga masyarakat bisa menuntut hak anggaran untuk pembangunan dari bawah. masyarakat bisa mempengaruhi kebijakan politik anggaran dengan kekuatan sosiologisnya.
PNPM adalah pembelajaran partisipasi pembangunan yang mahal harganya dan menjadi antitesa dari pembangunan kapitalistik ala orde baru yang koruptif dan tidak memiliki akar fondasi yang kuat sehingga hancur diterjang krisis global. LANJUTKAN...!!!

Opini ini dikirim oleh :
Satya Sandhatrisa Gunatmika
satyasandhatrisagunatmika@yahoo.com
Adalah Analis pembangunan partisipatif.
Tinggal di Perum Puro Asri Blok D1/11 A, Puro, Karangmalang, Sragen

Sumber Berita :
»»  Baca Selanjutnya...

RUU Desa Jauh dari Harapan Banyak Pihak

Mencermati RUU Desa yang disampaikan pemerintah beberapa waktu lalu, Sumaryoto dari Fraksi PDI Perjuangan menilai jauh dari harapan. ”Tidak ada satu pasalpun yang mengakomodir harapan beberapa elemen masyarakat desa yang kemarin melakukan aksi” kata Sumaryoto saat ditemui Desa Merdeka.
Pasal-pasal yang diharapkan oleh elemen masyarakat antara lain masa jabatan, alokasi anggaran langsung ke desa dan perangakt desa di PNS kan tidak ada dalam RUU Desa usulan Pemerintah. ”Masa Jabatan tetap 6 tahun dan hanya boleh dua periode, anggaran desa tidak ada angka persentasenya bahkan tidak ada menyebutkan ketentuan besaran dan ketentuan Alokasi Dana Desa seperti UU 32/2004 dan PP 72/2005, dan untuk perangkat sekarang diangkat oleh camat atas usulan kepala desa dan tetap tidak PNS” kata Politisi PDI Perjuangan mencermati usulan RUU Desa dari pemerintah yang telah diterimanya.
Dalam hal pembangunan perdesaan, RUU Desa saat ini jauh lebih buruk dari pada RUU Percepatan Pembangunan Perdesaan yang dulu pernah diusulkan DPR. ”Dalam hal pembangunan perdesaan memang diakomodir dalam RUU Desa kali ini, tapi menurut saya jauh lebih baik saat DPR mengusulkan 2009 lalu” kata anggota DPR yang dulu menjadi pansus RUU Percepatan Pembangunan Perdesaan ini.
Bamus sepertinya mengarah pembahasan hanya dilakukan oleh komisi II, dan bila itu terjadi sangat mungkin pembahasan menjadi tidak komperehensif. ”Dari informasi yang saya terima Bamus akan mengarahkan pembahasan hanya di Komisi II, ini sangat membuka peluang tidak komperehensif. RUU Desa selayaknya dibahas oleh pansus yang terdiri dari beberapa komisi karena tidak hanya bicara pemerintahan tetapi juga hukum, aparatur negara, infrastrukstur, anggaran, pembagunan ekonomi desa, dll yang membutuhkan masukan dari komisi-komisi lain” katanya.
Komisi II sudah memiliki beban UU yang cukup tinggi, sangat mungkin RUU Desa akan menjadi lambat. ”Komisi II telah memiliki kewajiban memproduk 4 UU, dan ini adalah beban kerja yang berat. Jadi kalau RUU Desa hanya dibahas di Komisi II, saya tidak yakin bisa selesai dalam 2012 ini” kata Sumaryoto yang anggota komisi XI DPR RI ini.
Hal senada juga diungkapkan oleh salah satu staff ahli DPR RI di Komisi II, yang memperkirakan RUU Desa bisa diundangkan di 2013. ”Seperti yang pernah saya perkirakan, RUU Desa mungkin diundangkan di tahun 2013” kata Fikri Staff Ahli Arief Wibowo, anggota DPR RI komisi II dari fraksi PDI Perjuangan.

Sumber diambil dari :
»»  Baca Selanjutnya...

Keajaiban Sedekah (The Miracle Of Giving)


Sedekah bisa mendatangkan ampunan Allah, menghapus dosa dan menutup kesalahan dan keburukan. Sedekah bisa mendatangkan ridha Allah, dan sedekah bisa mendatangkan kasih sayang dan bantuan Allah. Wuh, inilah sekian fadilah sedekah yang ditawarkan Allah bagi para pelakunya.

Sebagaimana kita ketahui, hidup kita jadi susah, lantaran memang kita banyak betul dosanya. Dosa-dosa kita mengakibatkan kehidupan kita menjadi tertutup dari Kasih Sayangnya Allah. Kesalahan-kesalahan yang kita buat, baik terhadap Allah, maupun terhadap manusia, membuat kita terperangkap dalam lautan kesusahan yang sejatinya kita buat sendiri. Hidup kita pun banyak masalah. Lalu Allah datang menawarkan bantuan-Nya, menawarkan kasih sayang-Nya, menawarkan ridha-Nya terhadap ikhtiar kita, dan menawarkan ampunan-Nya. Tapi kepada siapa yang Allah bisa berikan ini semua? Kepada siapa yang mau bersedekah. Kepada yang mau membantu orang lain. kepada yang mau peduli dan berbagi.

Kita memang susah. Tapi pasti ada yang lebih susah. Kita memang sulit, tapi pasti ada yang lebih sulit. Kita memang sedih, tapi barangkali ada yang lebih sedih. Terhadap mereka inilah Allah minta kita memperhatikan jika ingin diperhatikan. Insya Allah, hari demi hari, saya akan menulis tentang sedekah, dan segala apa yang terkait dengan sedekah. Di website ini. Saudara yang melihat, Saudara yang membaca, Saudara yang bisa memetik hikmahnya, saya mempersilahkan membagi kepada sebanyak-banyaknya keluarga, kawan dan sahabat Saudara. Barangkali ada kebaikan bersama yang bisa diambil. Di website ini pula, Saudara akan bisa mengambil petikan hadits hari per hari dan ayat hari per hari, yang berkaitan dengan sedekah dan amaliyah terkait, dengan pembahasan singkatnya.

Di pembahasan-pembahasan tentang sedekah, saya akan banyak mendorong diri saya dan saudara, untuk melakukan sedekah, dengan mengemukakan fadilah-fadilah/keutamaannya. Insya Allah pembahasan akan sampai kepada Ihsan, Mahabbah, Ikhlas dan Ridha Allah. Apa yang tertulis, adalah untuk memotivasi supaya tumbuh keringanan dalam berbagi, kemauan dalam bersedekah. Sebab biar bagaimanapun, manusia adalah pedagang. Ia perlu dimotivasi untuk melakukan sebuah amal. Kepada Allah juga semuanya berpulang.

Akhirnya, mintalah doa kepada Allah, agar Allah terus menerus membukakan pintu ilmu, hikmah, taufiq dan hidayah-Nya hingga sampai kepada derajat “mukhlishiina lahuddien”, derajat orang-orang yang mengikhlaskan diri kepada Allah.

Matematika Dasar Sedekah

Apa yang kita lihat dari matematika di bawah ini?
10 – 1 = 19
Pertambahan ya? Bukan pengurangan?
Kenapa matematikanya begitu?

Matematika pengurangan darimana?
Kok ketika dikurangi, hasilnya malah lebih besar?
Kenapa bukan 10-1 = 9?

Inilah kiranya matematika sedekah. Dimana ketika kita memberi dari apa yang kita punya, Allah justru akan mengembalikan lebih banyak lagi. Matematika sedekah di atas, matematika sederhana yang diambil dari QS. 6: 160, dimana Allah menjanjikan balasan 10x lipat bagi mereka yang mau berbuat baik.
Jadi, ketika kita punya 10, lalu kita sedekahkan 1 di antara yang sepuluh itu, maka hasil akhirnya, bukan 9. Melainkan 19. Sebab yang satu yang kita keluarkan, dikembalikan Allah sepuluh kali lipat.

Hasil akhir, atau jumlah akhir, bagi mereka yang mau bersedekah, tentu akan lebih banyak lagi, tergantung Kehendak Allah. Sebab Allah juga menjanjikan balasan berkali-kali lipat lebih dari sekedar sepuluh kali lipat. Dalam QS. 2: 261, Allah menjanjikan 700x lipat.
Tinggallah kita yang kemudian membuka mata, bahwa pengembalian Allah itu bentuknya apa? Bukalah mata hati, dan kembangkan ke-husnudzdzanan, atau positif thinking ke Allah. Bahwa Allah pasti membalas dengan balasan yang pas buat kita.

Memberi Lebih Banyak, Menuai Lebih Banyak
Kita sudah belajar matematika dasar sedekah, dimana setiap kita bersedekah Allah menjanjikan minimal pengembalian sepuluh kali lipat (walaupun ada di ayat lain yg Allah menyatakan akan membayar 2x lipat). Atas dasar ini pula, kita coba bermain-main dengan matematika sedekah yang mengagumkan. Bahwa semakin banyak kita bersedekah, ternyata betul Allah akan semakin banyak juga memberikan gantinya, memberikan pengambalian dari-Nya.

Coba lihat ilustrasi matematika berikut ini:
Pada pembahasan yang lalu, kita belajar:
10 – 1 = 19
Maka, ketemulah ilustrasi matematika ini:
10 – 2= 28
10 – 3= 37

10 – 4= 46
10 – 5= 55
10 – 6= 64
10 – 7= 73
10 – 8= 82
10 – 9= 91
10 – 10= 100
Menarik bukan? Lihat hasil akhirnya? Semakin banyak dan semakin banyak. Sekali lagi, semakin banyak bersedekah, semakin banyak penggantian dari Allah.
Mudah-mudahan Allah senantiasa memudahkan kita untuk bersedekah, meringankan langkah untuk bersedekah, dan membuat balasan Allah tidak terhalang sebab dosa dan kesalahan kita.

Sedekah bisa mendatangkan ampunan Allah, menghapus dosa dan menutup kesalahan dan keburukan. Sedekah bisa mendatangkan ridha Allah, dan sedekah bisa mendatangkan kasih sayang dan bantuan Allah. Wuh, inilah sekian fadilah sedekah yang ditawarkan Allah bagi para pelakunya. Sebagaimana kita ketahui, hidup kita jadi susah, lantaran memang kita banyak betul dosanya. Dosa-dosa kita mengakibatkan kehidupan kita menjadi tertutup dari Kasih Sayangnya Allah. Kesalahan-kesalahan yang kita buat, baik terhadap Allah, maupun terhadap manusia, membuat kita terperangkap dalam lautan kesusahan yang sejatinya kita buat sendiri. Hidup kita pun banyak masalah. Lalu Allah datang menawarkan bantuan-Nya, menawarkan kasih sayang-Nya, menawarkan ridha-Nya terhadap ikhtiar kita, dan menawarkan ampunan-Nya. Tapi kepada siapa yang Allah bisa berikan ini semua? Kepada siapa yang mau bersedekah. Kepada yang mau membantu orang lain. kepada yang mau peduli dan berbagi.

Kita memang susah. Tapi pasti ada yang lebih susah. Kita memang sulit, tapi pasti ada yang lebih sulit. Kita memang sedih, tapi barangkali ada yang lebih sedih. Terhadap mereka inilah Allah minta kita memperhatikan jika ingin diperhatikan. Insya Allah, hari demi hari, saya akan menulis tentang sedekah, dan segala apa yang terkait dengan sedekah. Di website ini. Saudara yang melihat, Saudara yang membaca, Saudara yang bisa memetik hikmahnya, saya mempersilahkan membagi kepada sebanyak-banyaknya keluarga, kawan dan sahabat Saudara. Barangkali ada kebaikan bersama yang bisa diambil. Di website ini pula, Saudara akan bisa mengambil petikan hadits hari per hari dan ayat hari per hari, yang berkaitan dengan sedekah dan amaliyah terkait, dengan pembahasan singkatnya.

Di pembahasan-pembahasan tentang sedekah, saya akan banyak mendorong diri saya dan saudara, untuk melakukan sedekah, dengan mengemukakan fadilah-fadilah/keutamaannya. Insya Allah pembahasan akan sampai kepada Ihsan, Mahabbah, Ikhlas dan Ridha Allah. Apa yang tertulis, adalah untuk memotivasi supaya tumbuh keringanan dalam berbagi, kemauan dalam bersedekah. Sebab biar bagaimanapun, manusia adalah pedagang. Ia perlu dimotivasi untuk melakukan sebuah amal.
Kepada Allah juga semuanya berpulang. Akhirnya, mintalah doa kepada Allah, agar Allah terus menerus membukakan pintu ilmu, hikmah, taufiq dan hidayah-Nya hingga sampai kepada derajat “mukhlishiina lahuddien”, derajat orang-orang yang mengikhlaskan diri kepada Allah.

2.5 % Tidaklah Cukup
Saudaraku, barangkali sekarang ini zamannya minimalis. Sehingga ke sedekah juga hitung-hitungannya jadi minimalis. Angka yang biasa diangkat, 2,5%. Kita akan coba ilustrasikan, dengan perkalian sepuluh kali lipat, bahwa sedekah minimalis itu tidak punya pengaruh yang signifikan.

Contoh berikut ini, adalah contoh seorang karyawan yang punya gaji 1jt. Dia punya pengeluaran rutin sebesar 2jt. Kemudian dia bersedekah 2,5% dari penghasilan yang 1jt itu. Maka kita dapat perhitungannya sebagai berikut:
Sedekah: Sebesar 2,5%
2,5% dari 1.000.000 = 25.000
Maka, tercatat di atas kertas:

1.000.000 – 25.000 = 975.000

Tapi kita belajar, bahwa 975.000 bukan hasil akhir. Allah akan mengembalikan lagi yang 2,5% yang dia keluarkan sebanyak sepuluh kali lipat, atau sebesar 250.000. Sehingga dia bakal mendapatkan rizki min haitsu laa yahtasib (rizki tak terduga) sebesar:
975.000 + 250.000 = 1.225.000
Lihat, “hasil akhir” dari perhitungan sedekah 2,5% dari 1jt, “hanya” jadi Rp. 1.225.000,-. Masih jauh dari pengeluaran dia yang sebesar Rp. 2jt. Boleh dibilang secara bercanda, bahwa jika dia sedekahnya “hanya” 2,5%, dia masih akan keringetan untuk mencari sisa 775.000 untuk menutupi kebutuhannya.

Coba Jajal Sedekah 10 %
Saudara sudah belajar, bahwa sedekah 2,5% itu tidaklah cukup. Ketika diterapkan dalam kasus seorang karyawan yang memiliki gaji 1jt dan pengeluarannya 2jt, maka dia hanya mendapatkan pertambahan 250rb, yang merupakan perkalian sedekah 2,5% dari 1jt, dikalikan sepuluh.
Sehingga “skor” akhir, pendapatan dia hanya berubah menjadi Rp. 1.225.000. Masih cukup jauh dari kebutuhan dia yang 2jt.

Sekarang kita coba terapkan ilustrasi berbeda. Ilustrasi sedekah 10%.
Sedekah: Sebesar 10%
10% dari 1.000.000 = 100.000
Maka, tercatat di atas kertas:

1.000.000 – 100.000 = 900.000
Kita lihat, memang kurangnya semakin banyak, dibandingkan dengan kita bersedekah 2,5%. Tapi kita belajar, bahwa 900.000 itu bukanlah hasil akhir. Allah akan mengembalikan lagi yang 2,5% yang dia keluarkan sebanyak sepuluh kali lipat, atau dikembalikan sebesar 1.000.000. Sehingga dia bakal mendapatkan rizki min haitsu laa yahtasib (rizki tak terduga) sebesar:
900.000 + 1.000.000 = 1.900.000
Dengan perhitungan ini, dia “berhasil” mengubah penghasilannya, menjadi mendekati angka pengeluaran yang 2jt nya. Dia cukup butuh 100rb tambahan lagi, yang barangkali Allah yang akan menggenapkan.

2.5 % Itu Cukup, Kalau …
Setiap perbuatan, pasti ada balasannya. Dan satu hal yang saya kagumi dari matematika Allah, bahwa Spiritual Values, ternyatab selalu punya keterkaitan dengan Economic Values. Kita akan bahas pelan-pelan sisi ini, sampai kepada pemahaman yang mengagumkan tentang kebenaran janji Allah tentang perbuatan baik dan perbuatan buruk. Kita sedang membicarakan bahwa sedekah 2,5% itu tidaklah cukup. Mestinya, begitu saya ajukan dalam tulisan terdahulu, sedekah kita, haruslah minimal 10%. Dengan bersedekah 10%, insya Allah kebutuhan-kebutuhan kita, yang memang kita hidup di dunia pasti punya kebutuhan, akan tercukupi.

Dari ilustrasi di dua tulisan terdahulu, saya memaparkan bahwa ketika seorang karyawan bersedekah 2,5% dari gajinya yang 1jt, maka “pertambahannya” menjadi Rp. 1.225.000. Yakni didapat dari Rp. 975.000, sebagai uang tercatat setelah dipotong sedekah, ditambah dengan pengembalian sepuluh kali lipat dari Allah dari 2,5% nya. Bila sedekah 2,5% ini yang dia tempuh, sedangkan dia punya pengeluaran 2jt, maka kekurangannya teramat jauh. Dia masih butuh Rp. 775.000,-. Maka kemudian saya mengajukan agar kita bersedekah jangan 2,5%, tapi lebihkan. Misalnya 10%.

Saudaraku, ada pernyataan menarik dari guru-guru sedekah, bahwa katanya, sedekah kita yang 2,5% itu sebenarnya tetap akan mencukupi kebutuhan-kebutuhan kita, di dunia ini, maupun kebutuhan yang lebih hebat lagi di akhirat, kalau kita bagus dalam amaliyah lain selain sedekah. Misalnya, bagus dalam mengerjakan shalat. Shalat dilakukan selalu berjamaah. Shalat dilakukan dengan menambah sunnah-sunnahnya; qabliyah ba’diyah, hajat, dhuha, tahajjud. Bagus juga dalam hubungan dengan orang tua, dengan keluarga, dengan tetangga, dengan kawan sekerja, kawan usaha. Terus, kita punya maksiat sedikit, keburukan sedikit. Bila ini yang terjadi, maka insya Allah, cukuplah kita akan segala hajat kita. Allah akan menambah poin demi poin dari apa yang kita lakukan.

Hanya sayangnya, kita-kita ini justru orang yang sedikit beramal, dan banyak maksiatnya. Jadilah kita orang-orang yang merugi. Skor akhir yang sebenernya sudah bertambah, dengan sedekah 2,5% itu, malah harus melorot, harus tekor, sebab kita tidak menjaga diri. Perbuatan buruk kita, memakan perbuatan baik kita.
Tambahi terus amaliyah kita, dan kurangi terus maksiat kita.

Sumber : http://www.wisatahati.com (Ustad Yusuf Mansur)
»»  Baca Selanjutnya...

Persaudaraan Petani Minta Pemerintah Naikkan Harga Gabah


Persaudaraan Petani dan Nelayan Sejahtera Indonesia meminta pemerintah menaikkan harga gabah pada 2012 lantaran terjadi kenaikan biaya produksi yang harus ditanggung petani. 


"Biaya produksi mengalami kenaikan signifikan, dari enam jutaan rupiah per hektare menjadi Rp7 juga-Rp8 juta, tergantung situasi yang dihadapi petani," kata Sekjen DPP PPNSI Riyono di Semarang, Jawa Tengah, Minggu (22/1/2012). 



Ia mengatakan masa panen akan dimulai Januari dan berlangsung hingga Maret 2012. Cuaca dan kondisi ekstrem yang dihadapi oleh petani menjadikan biaya produksi per hektare bertambah. 



Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No. 05/Permentan/PP.200/2/2011, harga pembelian pemerintah (HPP) gabah kering simpan Rp3.300/kg dan gabah kering panen Rp2.685/kg. 



Ia menambahkan, alasan HPP perlu naik karena pada 2011 tidak mengalami perubahan atau kenaikan sehingga tahun ini harus dinaikkan agar petani mendapatkan keuntungan yang cukup untuk persiapan musim tanam mendatang. 



Selain itu, katanya, kenaikan HPP juga akan memberi tambahan penghasilan petani sehingga mereka bisa menutup biaya pendidikan dan kesehatan keluarga mereka. 



"Harga gabah dan beras sepanjang 2011 memang cenderung naik dan itu bagus untuk petani," katanya. 



Ia mengakui kenaikan harga gabah kering panen di tingkat petani pada 2011 cukup bagus, dari rata-rata harga Rp3.500/kilogram pada September menjadi Rp3.800/kg pada Desember 2011. (Jogotirto/Jogoboyo)
»»  Baca Selanjutnya...

Sejarah Awal Mulanya Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW


Menurut catatan sejarah, peringatan maulid Nabi Muhammad SAW pertama kali diperkenalkan seorang penguasa Dinasti Fatimiyah (909-117 M). Jauh sebelum al-Barzanji lahir dan menciptakan puji-pujian kepada Nabi Muhammad SAW. Langkah ini secara tidak langsung dimaksudkan sebagai sebuah penegasan kepada khalayak, bahwa dinasti ini betul-betul keturunan Nabi Muhammad SAW. Setidaknya ada dimensi politis dalam kegiatan tersebut. Peringatan maulid kemudian menjadi sebuah upacara yang kerap dilakukan umat Islam di berbagai belahan dunia. Hal itu terjadi setelah Abu Sa'id al-Kokburi, Gubernur Irbil, Irak, mempopulerkannya pada masa pemerintahan Sultan Shalahuddin al-Ayyubi (1138-1193M). Waktu itu tujuannya untuk memperkokoh semangat keagamaan umat Islam umumnya, khususnya mental para tentara yang lengah bersiap menghadapi serangan tentara Salib dari Eropa, yang ingin merebut tanah suci Jerusalem dari tangan kaum Muslimin. 


Menurut sumber lain, orang pertama yang mencetuskan ide memperingati maulid Nabi SAW justru Malik Mudzaffar Abu Said, yang lebih dikenal sebagai Sultan Shalahuddin al-Ayyubi (orang Inggris menyebutnya Saladin). Pemuka Islam yang kharismatik ini pernah mengundang pujangga terkenal AI-Hafidz Ibnu Dahiah untuk menggubah naskah riwayat singkat perjuangan Nabi Muhammad SAW. Naskah itu kemudian diberi judul At-Janwir If Maulid al-Basyir an-Nashir dan Ibnu Dahiah diberi honorarium 1.000 dinar. Peringatan maulid perdana yang diadakan oleh Malik Mudzaffar ternyata menimbulkan surprise pada banyak kalangan. Betapa tidak, kala itu Malik mengundang para ulama, para sufi dan kalangan pemuka dan pembesar beserta masyarakat Islam lainnya untuk ikut menyemarakkan peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW tersebut. Dalam peringatan besar-besaran itu di sembelih 5.000 ekor kambing, 10.000 ekor ayam dan dimasak 1.000.000 roti bermentega. Konon biaya keseluruhan peringatan itu mencapai 3.000.000 dinar, selain honorarium penulisan naskah di atas. (HA Fuad Said, Yayasan Masagung, 1985).

Dalam peringatan itu seorang sufi terkenal. Syekh Hasan Bashri berkomentar: “Seandainya saya memiliki emas sebesar bukit Uhud niscaya akan saya sumbangkan seluruhnya untuk keperluan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW...." Banyak kalangan berpendapat bahwa ungkapan dan pujian tersebut tidak berlebihan kalau diukur dan dibandingkan dengan koberhasilan Nabi Muhammad SAW membawa manusia dari peradaban jahili menuju peradaban islami.


Al Quran memang tidak memerintahkan secara ekspiisit agar umat Islam memperingati maulid Nabi Muhammad setiap tanggal 12 Rabiul Awal dengan perayaan atau seremonial tertentu. Allah dan RasulNya juga tidak memerintahkan umat Islam setiap tahun mem peri ngati hari Hijrah, hari Isra' Mi'raj, hari watat Nabi dan hari-hari bersejarah lainnya. Namun andaikata peringatan maulid Nabi itu diadakan dengan cara-cara yang islami dan dengan tujuan yang postif untuk syi'ar dan dakwah agama, tentunya perbuatan itu bukan termasuk bid'ah. Sebab yang dapat dikatakan bid'ah menurut kesepakatan Ulama hanyalah melakukan rekayasa dalam ibadah mahdhah, seperti shalat fardhu, sedangkan memperingati maulid Nabi Muhammad bukan termasuk ibadah mahdhah. 


Pembaruan Pandangan Hidup
Nabi Muhammad merupakan sosok pemimpin yang diutus di tengah-tengah masyarakat 'barbar' yang sama sekali tidak mengenal kode etik kemanusiaan. Masyarakat kala itu tidak mempunyai pandangan hidup yang jelas. Akidah kabur, moral bejat, wanita hanya menjadi komoditi kepuasan natsu rendah dan serakah dan lain sebagainya. Tegasnya, abad itu di kenal dengan sebutan dark ages, di mana yang kuat menindas yang lemah, sementara yang berkuasa menunggang rakyatnya.


Dengan diutusnya Nabi Muhammad SAW oleh Allah dalam waktu yang relatif singkat, yaitu 23 tahun (13 tahun di Makkah, 11 di Madinah), masyarakat Arab yang sama sekali tidak mengenal tatakrama kehidupan itu dengan izin Allah ternyata berubah secara drastis. Mereka ternyata bersatu. Yang semula menjadi lawan akhirnya menjadi kawan dan bersaudara di bawah panji-panji Tauhid, Juga yang semula kacau dan bermusuhan, akhirnya menjadi tenang dan damai. Yang semula takabur akhirnya menjadi rendah hati. Mereka dapat bersatu bukan karena faktor nasionalisme, tetapi karena faktor akidah, di bawah panji-panji Islam yang memiliki prinsip ajaran universal dan kosmopolitan (rahmatan lil 'alamin).



Tak berlebihan apa yang dikatakan Syekh Khaiil Yasin di dalam bukunya, Muhammad 'Inda al- Viama-ial-Harb, dengan mengutip pendapat George Toldes bahwa dengan datangnya Muhammad, kebiadaban dan keliaran bangsa Arab berhasil diatasi. Muhammad dengan agama yang dibawanya ternyata berhasil memberikan pancaran cahaya kepada jutaan hati
manusia sehingga mereka hidup damai dalam naungan kepemimpiriannya.



Keberhasilan Nabi Muhammad mengubah struktur kehidupan bangsa Arab bukan melalui ayunan pedang sebagaimana dituduhkan oleh orientalis Barat, tetapi dilatarbelakangi oleh kepemimpinan yang bijak bestari. Nabi benar-benar menjadi panutan (uswah) dan idola serta tumpuan umat. Sang tokoh yang kharismatik dan sempurna itu ternyata merupakan pemimpin yang amat demokratis sepanjang sejarah, bukan penganut 'sistem kebangsaan' yang sempit apalagi sukuisme (nepotis) yang picik. la tidak pernah memihak secara membabi buta terhadap siapa pun, termasuk terhadap putri kandungnya sendiri, Itulah antara lain tipologi kepemimpinan Nabi Muhammad SAW, pemimpin terbesar dan tersukses
sepanjang zaman.



Kesuksesannya dalam membawa panji-panji Islam tidak terletak pada singgasana yang gemerlapan, tetapi pada beberapa kekuatan dan keistimewaannya, antara lain phbadinya yang sederhana, merakyat (populis) dan bersahaja, tetapi sekaligus mengandung kekuatan dan pesona tersendiri. Berbeda dengan pemimpin-peminpin kaliber dunia yang tidak merakyat sehingga kurang dicintai rakyat, Nabi Muhammad SAW merupakan seorang pemimpin yang senantiasa merasakan suka duka kehidupan bersama rakyat yang dipimpinnya, sangat memahami aspirasi urhatnya dan selalu melayani mereka. la bukan tipe pemimpin yang berwatak menara gading seperti kebanyakan pemimpin dan penguasa, yang hanya pandai berbicara dan menyalahkan orang lain yang dianggap tidak sesuai dengan jalan pikirannya sendiri. Nabi SAW benar-benar mau berintegrasi dengan umat tanpa pandang bulu.



Suri Tauladan Yang Terbaik
Lebih dari itu, beliau selalu mengunjungi orang sakit tanpa memandang status sosial, di samping selalu ikut mengantar jenazah. Undangan dari budak untuk makan di gubuknya yang teramat bersahaja, biasanya takkan dilayani seorang penguasa. Tetapi Nabi Muhammad SAW justru melayaninya. Bahkan pakaiannya yang koyak dijahitnya sendiri, walaupun kalau ia mau, ia dapat saja menyuruh orang mengerjakannya. Kalau berjabat tangan, Nabi tidak pernah lebih dulu menarik tangannya dari genggaman tangan orang lain. Nabi juga tidak pernah berpaling sebelum orang lain berpaling darinya. Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan

Al Quran: "Sungguh pada diri Rasulullah kamu dapatkan suti tauladan yang indah, (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap (rahmat)' Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah" (QS al-Ahzab : 21)


Dengan demikian menjadi jelas bagi kita bahwa integritas Nabi Muhammad sebagai utusan Allah benar-benar mengagumkan, sehingga Khurshid Ahmad di dalam bukunya The Religion of Islam, tegas-tegas menyatakan; "Saya yakin seyakin-yakinnya bahwa kalau orang seperti Muhammad diserahi tanggung jawab sebagai pimpinan tunggal dunia modern ini, dia pasti akan berhasil memecahkan semua persoalan yang pada gilirannya akan membawa dunia ke arah perdamaian dan kebahagiaan...".

Juga tidak berlebihan apa yang dikatakan 

Michael H, Hart dalam bukunya, The 100 : A Rangking on The Most Influential Person in History (1978): "He was the only man history who was supremely succesful on both the religious and secular level."

(Muhammad) adalah satu-satunya manusia dalam sejarah yang berhasil dengan gemilang, baik dalam bidang keagamaan maupun keduniaan). Komentar senada sebenarnya masih banyak sekali seperti komentar Sir Herbert Spencer (Inggris), Karl Henrich Baker (Jerman), Mahatma Gandi, Jawaharlal Nehru dan lain-lainnya. Tugas kita sebagai umat sekaligus pewaris agama yang dibawa Muhammad adalah meneladani secara kaffah segi-segi kepribadian dan kepemimpinannya untuk kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari yang penuh tantangan ini.


Ajang Dakwah
Dalam hubungan ini, kalangan yang sangat anti terhadap kegiatan mengkaji perjuangan Nabi (peringatan maulid Nabi), dimohon semoga tidak mencaci maki atau mencela kegiatan tersebut, Sebab pekerjaan lain yang bermanfaat masih sangat banyak. Daripada saling mengejek sesama saudara seiman, tentu lebih baik saling mengingatkan akan ancaman musuh-musuh Islam yang terus menerus mengerogoti umat Islam. Sudah tiba saatnya sesama umat Islam tidak saling mencurigai, saling mengejek, saling membid'ahkan dan saling membenci. Sebaliknya sudah tiba saatnya sesama umat Islam dari berbagai aliran menyatukan langkah. merapatkan barisan dan berjuang saling bahu membahu untuk meraih kemajuan.



Berdakwah merupakan salah satu perintah Allah yang tak dapat ditawar-tawar. Untuk dapat melaksanakan dakwah, semua kesempatan perlu dimanfaatkan. Bahkan kalau perlu diciptakan. Sebenarnya peluang dakwah ada yang sudah diciptakan sebelumnya, di antaranya melalui momentum peringatan hari-hari besar Islam, termasuk peringatan maulid Nabi. Kenyataan membuktikan belum pernah terjadi orang jadi mabuk atau gila atau rusak akidahnya hanya karena ia menghadiri dan memperhatikan tausiah melalui peringatan maulid Nabi, Bahkan sebaliknya dari peringatan maulid Nabi, seseorang atau banyak orang mendapatkan pelajaran, yang nilainya dapat mereka terapkan di dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan orang-orang yang setiap hari super sibukdan buta Islam sertatak sempat mempelajari Islam, bisa mengetahui banyak dari tausiah yang disampaikan pada peringatan maulid Nabi itu. Malah tak mustahil, seseorang langsung bertobat kepada Allah setelah mendengarkan tausiah yang benar-benar menghunjam ke dalam lubuk hatinya.



Melalui kegiatan peringatan maulid itu, masyarakat kembali diingatkan akan kelahiran seorang Nabi yang membawa manusia kepada keadaan yang terang benderang, dengan harapan memberikan kekuatan dan kesejukan jiwa kepada semua komponen masyarakat. Banyak pesan-pesan islami dapat disampaikan melalui peringatan maulid. Dan terkadang, di penghujung acara, dilakukan pemberian santunan untuk kalangan fakir miskin dan anak-anak yatim piatu yang tak mampu. Bukankah ini merupakan manifestasi dari perintah membantu fakir miskin dan kaum lemah lainnya? Yang dilakukan dalam memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW itu bukan hura-hura, tetapi umat Muslim berkumpul untuk mendengarkan pembacaan Al Quran, membaca kembali kisah-kisah perjuangan Rasulullah SAW, mukjizatnya, akhlaknya yang mulia dan seterusnya, Tujuannya antara lain adalah agar umat dapat meneladani sifat-sifat terpuji Rasulullah tersebut dan mengamalkannya secara nyata dalam kehidupan sehari-hari. Sebab pribadi dan kepemimpinan Nabi menjadi sangat relevan diterapkan pada masa sekarang. Bahkan bila dilaksanakan sungguh-sungguh oleh semua pribadi Muslim, maka akan membantu bangsa ini keluar dari keterpurukan.
»»  Baca Selanjutnya...

PT Holchim Akan Bangun Pelabuhan di Tuban


PT Holchim Indonesia tengah mempersiapkan pembangunan pelabuhan yang berlokasi di pesisir pantai utara, tepatnya di Desa Glondonggede, Kecamatan Tambakboyo, Tuban, Jawa Timur. Proyek ini dibangun untuk memperlancar pengiriman semen lewat jalur laut.  “Perencanaannya sudah siap,” kata Civil Enginering Pelabuhan Holcim, Johan Setiawan dalam acara jumpa pers di Tuban, Rabu, 18 Januari 2012, sore.


Dijadwalkan, proyek akan mulai dilaksanakan pada April mendatang. Pembangunan pelabuhan akan dibagi menjadi tiga bagian, yaitu cuseway sepanjang 115 meter, acces trestle 780 meter dan loading platform 175 meter atau total panjang sekitar 1,5 kilometer. 

Nantinya, proyek akan dikerjakan oleh perusahaan Belanda, BAM Decorient. Sesuai jadwal, seluruh kontruksi diperkirakan baru dapat selesai total Januari 2013. Meski dikerjakan oleh asing, pengerjaannya akan membutuhkan tenaga lokal di Tuban. Perkiraannya, tenaga yang dibutuhkan sekitar 100 orang. 

Pengerjaan pelabuhan untuk semen ini, akan menambah jumlah pelabuhan untuk kebutuhan serupa di Tuban. Sebelumnya, di Tuban juga berdiri Pelabuhan milik PT Semen Gresik Tbk. di Desa Socorejo, Kecamatan Jenu, Kabupaten Tuban Pelabuhan ini, juga menjadi penopang untuk transportasi pengiriman semen, dari Tuban ke sejumlah daerah di tanah air.

Dengan bertambahnya jumlah pelabuhan di perairan utara Kabupaten Tuban, itu akan berdampak pada menyempitnya areal penangkapan ikan nelayan. Dengan panjang pantai di Tuban sekitar 60 kilometer, nelayan di kabupaten ini, mulai menyisir ikan ke luar perairan di Tuban.

PT Holchim Indonesia mengaku sudah menyiapkan sejumlah program untuk mengatasi dampak berkurangnya hasil tangkapan ini. Di antaranya dengan program diversifikasi alat tangkap nelayan, pelatihan kewirausahaan, penguatan organisasi nelayan, pelatihan dan pengembangan usaha untuk nelayan dan warga sekitar. 

PT Holchim juga mengaku akan bertanggung jawab atas kerusakan rumpon dan jala ikan jika terganggu kapal . “Jelas kita akan bertanggung jawab,” ujar Juru Bicara PT Holchim Indonesia di Tuban, Indri, di Tuban. 
»»  Baca Selanjutnya...

BIOGRAFI K.H. ABDURRAHMAN WAHID (GUS DUR)


Kyai Haji Abdurrahman Wahid, akrab dipanggil Gus Dur lahir di Jombang, Jawa Timur, 7 September 1940 dari pasangan Wahid Hasyim dan Solichah. Guru bangsa, reformis, cendekiawan, pemikir, dan pemimpin politik ini menggantikan BJ Habibie sebagai Presiden RI setelah dipilih MPR hasil Pemilu 1999. Dia menjabat Presiden RI dari 20 Oktober 1999 hingga Sidang Istimewa MPR 2001. Ia lahir dengan nama Abdurrahman Addakhil atau "Sang Penakluk", dan kemudian lebih dikenal dengan panggilan Gus Dur. "Gus" adalah panggilan kehormatan khas pesantren kepada anak kiai.

Gus Dur adalah putra pertama dari enam bersaudara, dari keluarga yang sangat terhormat dalam komunitas muslim Jawa Timur. Kakek dari ayahnya, KH. Hasyim Asyari, adalah pendiri Nahdlatul Ulama (NU), sementara kakek dari pihak ibu, KH Bisri Syansuri, adalah pengajar pesantren.

Ayah Gus Dur, KH Wahid Hasyim, terlibat dalam Gerakan Nasionalis dan menjadi Menteri Agama pada 1949. Ibunya, Hj. Sholehah, adalah putri pendiri Pondok Pesantren Denanyar Jombang.

Setelah deklarasi kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945, Gus Dur kembali ke Jombang dan tetap berada di sana selama perang kemerdekaan Indonesia melawan Belanda.

Akhir 1949, dia pindah ke Jakarta setelah ayahnya ditunjuk sebagai Menteri Agama. Dia belajar di Jakarta, masuk ke SD KRIS sebelum pindah ke SD Matraman Perwari.

Gus Dur juga diajarkan membaca buku non Islam, majalah, dan koran oleh ayahnya untuk memperluas pengetahuannya. Pada April 1953, ayahnya meninggal dunia akibat kecelakaan mobil.

Pendidikannya berlanjut pada 1954 di Sekolah Menengah Pertama dan tidak naik kelas, tetapi bukan karena persoalan intelektual. Ibunya lalu mengirimnya ke Yogyakarta untuk meneruskan pendidikan.

Pada 1957, setelah lulus SMP, dia pindah ke Magelang untuk belajar di Pesantren Tegalrejo. Ia mengembangkan reputasi sebagai murid berbakat, menyelesaikan pendidikan pesantren dalam waktu dua tahun (seharusnya empat tahun).

Pada 1959, Gus Dur pindah ke Pesantren Tambakberas di Jombang dan mendapatkan pekerjaan pertamanya sebagai guru dan kepala madrasah. Gus Dur juga menjadi wartawan Horizon dan Majalah Budaya Jaya.

Pada 1963, Wahid menerima beasiswa dari Departemen Agama untuk belajar di Universitas Al Azhar, Kairo, Mesir, namun tidak menyelesaikannya karena kekritisan pikirannya.

Gus Dur lalu belajar di Universitas Baghdad. Meskipun awalnya lalai, Gus Dur bisa menyelesaikan pendidikannya di Universitas Baghdad tahun 1970.

Dia pergi ke Belanda untuk meneruskan pendidikannya, guna belajar di Universitas Leiden, tetapi kecewa karena pendidikannya di Baghdad kurang diakui di sini. Gus Dur lalu pergi ke Jerman dan Prancis sebelum kembali ke Indonesia pada 1971.

Gus Dur kembali ke Jakarta dan bergabung dengan Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES), organisasi yg terdiri dari kaum intelektual muslim progresif dan sosial demokrat.

LP3ES mendirikan majalah Prisma di mana Gus Dur menjadi salah satu kontributor utamanya dan sering berkeliling pesantren dan madrasah di seluruh Jawa.

Saat inilah dia memprihatinkan kondisi pesantren karena nilai-nilai tradisional pesantren semakin luntur akibat perubahan dan kemiskinan pesantren yang ia lihat.

Dia kemudian batal belajar luar negeri dan lebih memilih mengembangkan pesantren.

Abdurrahman Wahid meneruskan karirnya sebagai jurnalis, menulis untuk Tempo dan Kompas. Artikelnya diterima baik dan mulai mengembangkan reputasi sebagai komentator sosial.

Dengan popularitas itu, ia mendapatkan banyak undangan untuk memberikan kuliah dan seminar, sehingga dia harus pulang-pergi Jakarta dan Jombang.

Pada 1974, Gus Dur mendapat pekerjaan tambahan di Jombang sebagai guru di Pesantren Tambakberas. Satu tahun kemudian, Gus Dur menambah pekerjaannya dengan menjadi Guru Kitab Al Hikam.

Pada 1977, dia bergabung di Universitas Hasyim Asyari sebagai dekan Fakultas Praktik dan Kepercayaan Islam, dengan mengajar subyek tambahan seperti pedagogi, syariat Islam dan misiologi.

Ia lalu diminta berperan aktif menjalankan NU dan ditolaknya. Namun, Gus Dur akhirnya menerima setelah kakeknya, Bisri Syansuri, membujuknya. Karena mengambil pekerjaan ini, Gus Dur juga memilih pindah dari Jombang ke Jakarta.

Abdurrahman Wahid mendapat pengalaman politik pertamanya pada pemilihan umum legislatif 1982, saat berkampanye untuk Partai Persatuan Pembangunan (PPP), gabungan empat partai Islam termasuk NU.

Reformasi NU
NU membentuk Tim Tujuh (termasuk Gus Dur) untuk mengerjakan isu reformasi dan membantu menghidupkan kembali NU. Pada 2 Mei 1982, para pejabat tinggi NU bertemu dengan Ketua NU Idham Chalid dan memintanya mengundurkan diri. Namun, pada 6 Mei 1982, Gus Dur menyebut pilihan Idham untuk mundur tidak konstitusionil. Gus Dur mengimbau Idham tidak mundur.

Pada 1983, Soeharto dipilih kembali sebagai presiden untuk masa jabatan keempat oleh MPR dan mulai mengambil langkah menjadikan Pancasila sebagai ideologi negara. Dari Juni 1983 hingga Oktober 1983, Gus Dur menjadi bagian dari kelompok yang ditugaskan untuk menyiapkan respon NU terhadap isu ini.

Gus Dur lalu menyimpulkan NU harus menerima Pancasila sebagai Ideologi Negara. Untuk lebih menghidupkan kembali NU, dia mengundurkan diri dari PPP dan partai politik agar NU fokus pada masalah sosial.

Pada Musyawarah Nasional NU 1984, Gus Dur dinominasikan sebagai ketua PBNU dan dia menerimanya dengan syarat mendapat wewenang penuh untuk memilih pengurus yang akan bekerja di bawahnya.

Terpilihnya Gus Dur dilihat positif oleh Suharto. Penerimaan Wahid terhadap Pancasila bersamaan dengan citra moderatnya menjadikannya disukai pemerintah. Pada 1987, dia mempertahankan dukungan kepada rezim tersebut dengan mengkritik PPP dalam pemilihan umum legislatif 1987 dan memperkuat Partai Golkar.

Ia menjadi anggota MPR dari Golkar. Meskipun disukai rezim, Gus Dur acap mengkritik pemerintah, diantaranya proyek Waduk Kedung Ombo yang didanai Bank Dunia. Ini merenggangkan hubungannya dengan pemerintah dan Suharto.

Selama masa jabatan pertamanya, Gus Dur fokus mereformasi sistem pendidikan pesantren dan berhasil meningkatkan kualitas sistem pendidikan pesantren sehingga menandingi sekolah sekular.

Gus Dur terpilih kembali untuk masa jabatan kedua Ketua PBNU pada Musyawarah Nasional 1989. Saat itu, Soeharto, yang terlibat dalam pertempuran politik dengan ABRI, berusaha menarik simpati Muslim.

Pada Desember 1990, Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) dibentuk untuk menarik hati intelektual muslim di bawah dukungan Soeharto dan diketuai BJ Habibie. Pada 1991, beberapa anggota ICMI meminta Gus Dur bergabung, tapi ditolaknya karena dianggap sektarian dan hanya membuat Soeharto kian kuat.

Bahkan pada 1991, Gus Dur melawan ICMI dengan membentuk Forum Demokrasi, organisasi terdiri dari 45 intelektual dari berbagai komunitas religius dan sosial. Pada Maret 1992, Gus Dur berencana mengadakan Musyawarah Besar untuk merayakan ulang tahun NU ke-66 dan merencanakan acara itu dihadiri paling sedikit satu juta anggota NU.

Soeharto menghalangi acara tersebut dengan memerintahkan polisi mengusir bus berisi anggota NU begitu tiba di Jakarta. Gus Dur mengirim surat protes kepada Soeharto menyatakan bahwa NU tidak diberi kesempatan menampilkan Islam yang terbuka, adil dan toleran.

Menjelang Musyawarah Nasional 1994, Gus Dur menominasikan diri untuk masa jabatan ketiga. Kali ini Soeharto menentangnya. Para pendukung Soeharto, seperti Habibie dan Harmoko, berkampanye melawan terpilihnya kembali Gus Dur.

Ketika musyawarah nasional diadakan, tempat pemilihan dijaga ketat ABRI, selain usaha menyuap anggota NU untuk tidak memilihnya. Namun, Gus Dur tetap terpilih sebagai ketua NU priode berikutnya.

Selama masa ini, Gus Dur memulai aliansi politik dengan Megawati Soekarnoputri dari Partai Demokrasi Indonesia (PDI). Megawati yang popularitasnya tinggi berencana tetap menekan Soeharto.

Gus Dur menasehati Megawati untuk berhati-hati, tapi Megawati mengacuhkannya sampai dia harus membayar mahal ketika pada Juli 1996 markasnya diambilalih pendukung Ketua PDI dukungan pemerintah, Soerjadi.

Pada November 1996, Gus Dur dan Soeharto bertemu pertama kalinya sejak pemilihan kembali Gus Dur sebagai ketua NU. Desember tahun itu juga dia bertemu dengan Amien Rais, anggota ICMI yang kritis terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah.

Juli 1997 merupakan awal krisis moneter dimana Soeharto mulai kehilangan kendali atas situasi itu. Gus Dur didorong melakukan gerakan reformasi dengan Megawati dan Amien, namun terkena stroke pada Januari 1998.

Pada 19 Mei 1998, Gus Dur, bersama delapan pemimpin komunitas Muslim, dipanggil Soeharto yang memberikan konsep Komite Reformasi usulannya. Gus Dur dan delapan orang itu menolak bergabung dengan Komite Reformasi.

Amien, yang merupakan oposisi Soeharto paling kritis saat itu, tidak menyukai pandangan moderat Gus Dur terhadap Soeharto. Namun, Soeharto kemudian mundur pada 21 Mei 1998. Wakil Presiden Habibie menjadi presiden menggantikan Soeharto. Salah satu dampak jatuhnya Soeharto adalah lahirnya partai politik baru, dan pada Juni 1998, komunitas NU meminta Gus Dur membentuk partai politik baru.

Baru pada Juli 1998 Gus Dur menanggapi ide itu karena mendirikan partai politik adalah satu-satunya cara untuk melawan Golkar dalam pemilihan umum. Partai itu adalah Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Pada 7 Februari 1999, PKB resmi menyatakan Gus Dur sebagai kandidat presidennya.

Pemilu April 1999, PKB memenangkan 12% suara dengan PDIP memenangkan 33% suara. Pada 20 Oktober 1999, MPR kembali mulai memilih presiden baru. Abdurrahman Wahid terpilih sebagai Presiden Indonesia ke-4 dengan 373 suara, sedangkan Megawati hanya 313 suara.

Semasa pemerintahannya, Gus Dur membubarkan Departemen Penerangan dan Departemen Sosial serta menjadi pemimpin pertama yang memberikan Aceh referendum untuk menentukan otonomi dan bukan kemerdekaan seperti di Timor Timur. Pada 30 Desember 1999, Gus Dur mengunjungi Jayapura dan berhasil meyakinkan pemimpin-pemimpin Papua bahwa ia mendorong penggunaan nama Papua.

Pada Maret 2000, pemerintahan Gus Dur mulai bernegosiasi dengan Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Dua bulan kemudian, pemerintah menandatangani nota kesepahaman dengan GAM. Gus Dur juga mengusulkan agar TAP MPRS No. XXIX/MPR/1966 yang melarang Marxisme-Leninisme dicabut.

Ia juga berusaha membuka hubungan diplomatik dengan Israel, sementara dia juga menjadi tokoh pertama yang mereformasi militer dan mengeluarkan militer dari ruang sosial-politik. Muncul dua skandal pada tahun 2000, yaitu skandal Buloggate dan Bruneigate, yang kemudian menjatuhkannya.

Pada Januari 2001, Gus Dur mengumumkan bahwa Tahun Baru Cina (Imlek) menjadi hari libur opsional. Tindakan ini diikuti dengan pencabutan larangan penggunaan huruf Tionghoa. Pada 23 Juli 2001, MPR secara resmi memakzulkan Gus Dur dan menggantikannya dengan Megawati Soekarnoputri.

Pada Pemilu April 2004, PKB memperoleh 10.6% suara dan memilih Wahid sebagai calon presiden. Namun, Gus Dur gagal melewati pemeriksaan medis dan KPU menolak memasukannya sebagai kandidat. Gus Dur lalu mendukung Solahuddin yang merupakan pasangan Wiranto. Pada 5 Juli 2004, Wiranto dan Solahuddin kalah dalam pemilu. Di Pilpres putaran dua antara pasangan Yudhoyono-Kalla dengan Megawati-Muzadi, Gus Dur golput.

Agustus 2005, Gus Dur, dalam Koalisi Nusantara Bangkit Bersatu bersama Try Sutrisno, Wiranto, Akbar Tanjung dan Megawati mengkritik kebijakan pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono, terutama dalam soal pencabutan subsidi BBM.

Kehidupan pribadi
Gus Dur menikah dengan Sinta Nuriyah dan dikaruniai empat orang anak: Alissa Qotrunnada, Zanubba Ariffah Chafsoh (Yenny), Anita Hayatunnufus, dan Inayah Wulandari.

Yenny aktif berpolitik di PKB dan saat ini adalah Direktur The Wahid Institute.

Gus Dur wafat, hari Rabu, 30 Desember 2009, di Rumah Sakit Cipto Mangunkosumo, Jakarta, pukul 18.45 akibat berbagai komplikasi penyakit, diantarnya jantung dan gangguan ginjal yang dideritanya sejak lama.

Sebelum wafat dia harus menjalani cuci darah rutin. Seminggu sebelum dipindahkan ke Jakarta ia sempat dirawat di Surabaya usai mengadakan perjalanan di Jawa Timur.

Penghargaan
Pada 1993, Gus Dur menerima Ramon Magsaysay Award, penghargaan cukup prestisius untuk kategori kepemimpinan sosial.

Dia ditahbiskan sebagai "Bapak Tionghoa" oleh beberapa tokoh Tionghoa Semarang di Kelenteng Tay Kak Sie, Gang Lombok, pada 10 Maret 2004.

Pada 11 Agustus 2006, Gadis Arivia dan Gus Dur mendapatkan Tasrif Award-AJI sebagai Pejuang Kebebasan Pers 2006. Gus Dur dan Gadis dinilai memiliki semangat, visi, dan komitmen dalam memperjuangkan kebebasan berekpresi, persamaan hak, semangat keberagaman, dan demokrasi di Indonesia.

Ia mendapat penghargaan dari Simon Wiethemthal Center, sebuah yayasan yang bergerak di bidang penegakan HAM karena dianggap sebagai salah satu tokoh yang peduli persoalan HAM.

Gus Dur memperoleh penghargaan dari Mebal Valor yang berkantor di Los Angeles karena Wahid dinilai memiliki keberanian membela kaum minoritas.

Dia juga memperoleh penghargaan dari Universitas Temple dan namanya diabadikan sebagai nama kelompok studi Abdurrahman Wahid Chair of Islamic Study.

Gus Dur memperoleh banyak gelar Doktor Kehormatan (Doktor Honoris Causa) dari berbagai lebaga pendidikan, yaitu:
- Doktor Kehormatan bidang Kemanusiaan dari Netanya University, Israel (2003)
- Doktor Kehormatan bidang Hukum dari Konkuk University, Seoul, Korea Selatan (2003)
- Doktor Kehormatan dari Sun Moon University, Seoul, Korea Selatan (2003)
- Doktor Kehormatan dari Soka Gakkai University, Tokyo, Jepang (2002)
- Doktor Kehormatan bidang Filsafat Hukum dari Thammasat University,  Bangkok,  Thailand 
  (2000)
- Doktor Kehormatan dari Asian Institute of Technology, Bangkok, Thailand (2000)
- Doktor Kehormatan bidang Ilmu Hukum dan  Politik, Ilmu Ekonomi dan Manajemen, dan  Ilmu  
  Humaniora dari Pantheon Sorborne University, Paris, Perancis (2000)
- Doktor Kehormatan dari Chulalongkorn University, Bangkok, Thailand (2000)
- Doktor Kehormatan dari Twente University, Belanda (2000)
- Doktor Kehormatan dari Jawaharlal Nehru University, India (2000)
»»  Baca Selanjutnya...