Jumat, 22 Juni 2012

Wayang, Budaya Seni yang Luhur



Pada tanggal 7 November 2003, UNESCO memberikan peng hargaan pada kesenian wayang Indonesia sebagai Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity. Hal ini karena wayang memiliki kelebihan sebagai seni budaya Indonesia yang kaya akan karya seni, seperti seni peran, seni suara, seni music, seni sastra, seni lukis, seni pahat, dan juga seni perlambang.
  
Para pecinta wayang tentu mengenal tokoh-tokoh pewayangan seperti Pandawa Lima, Punakawan, Astina, Amarta, Bima, dan lain sebagainya. Wayang adalah pagelaran seni tradisional yang banyak digemari oleh masyarakat Jawa dan sekitarnya. Bahkan kesenian ini memiliki nama yang berbeda-beda di tiap daerah.

Adalah para sunan Walisongo yang telah memberikan makna menarik untuk kesenian wayang. Sunan Kalijaga adalah salah satu tokoh Walisongo yang mengatur sedemikian rupa kesenian ini menjadi tiga bagian. Pertama, Wayang Kulit di Jawa Timur, member isyarat dan makna kepada masyarakat, mana yang hanya kulit (Wayang Kulit). Kedua, Wayang Wong atau Wayang Orang di Jawa Tengah, member isyarat pada masyarakat, mana yang berisi (Wayang Wong). Ketiga adalah Wayang Golek di Jawa Barat, yang member isyarat, mana yang harus dicari (Golek).

Di tangan Walisongo, wayang bisa dijadikan sebagai alat da’wah yang sarat makna. Kendari masyarakat Jawa pada waktu itu masih banyak yang menganut kepercayaan animism dan dinamisme, namun para pentebar ajaran Islam di tanah Jawa tidak kurang akal untuk mendekatkan ajaran-ajaran Islam melalui kesenian yang digandrungi oleh masyarakat Jawa pada waktu itu.

Sunan Kalijaga atau Raden Said misalnya. yang tak lain adalah putera dari Adipati Tuban, selalu memilih tempat yang tidak jauh dari masjid ketika menggelar pagelaran wayang. Di sekeliling tempat pagelaran wayang itu ia lalu  membuat parit yang mengalir di dalamnya air yang jernih. Parit ini dibuat untuk melatih para penonton wayang agar mencuci kaki sebelum masuk masjid. Sebuah makna simbolis tentang widhu yang disampaikan dengan bijak.

Dengan kehadiran para Walisongo ini, wayang yang dulunya masih menggambar wujud manusia utuh diubah polanya agar tidak menyerupai manusia lagi. Para wali kemudian membuat wayang yang dibuat dari kulit kambing sednga kedua tangan sejajar kedua kakinya. Maka wayang juga diubah sehingga tak menyerupai manusia.

Penggunaan Istilah Arab

Menurut penelitian para ahli sejarah kebudayaan, wayang merupakan budaya asli Indonesia. Meski cerita wayang populer saat ini banyak diadaptasi dari karya-karya sastra Insia, namun induk ceritanya banyak  mengalami perubahan ketika bertemu dengan da’wah Islam di Jawa.

Perubahan ini terlihat pada kehadiran sosok Punakawan. Punakawan adalah konsep filsafat yang memperkuat bahwa di dunia ini tak ada makhluk yang benar-benar baik, dan tak ada yang benar-benar jahat. Setiap makhluk selalu menyandang unsur kebaikan dan kejahatan sesuai sifat dan tabiatnya masing-masing.

Figur Punakawan dalam tokoh pewayangan (Semar, Gareng, Petruk, Bagong) memiliki makna yang berbeda-beda dan mendalam, Bahkan jika nama-nama Punakawan itu dirangkai dalam satu kalimat akan menjadi sebuah kalimat yang cukup bermakna “Sammir Ilal Khairi Fatruk Minal Bagho”

Ketika ditelusuri dan diteliti, nama-nama Punakawan seperti Semar, Gareng, Petruk, Bagong,  sebenarnya berasal dari bahasa Arab. Semar/Sammir berarti siap sedia. Gareng/Khair berarti kebaikan/kebagusan, Petruk/Fatruk berarti meninggalkan, sedangkan Bagong/Bagho artinya lalim atau kejelekan.

Secara tak langsung ini adalah ajakan (da’wah) yang diserukan para wali zaman dahulu agar meninggalkan kepercayaan animisme, dinamisme, dan kepercayaan-kepercayaan lain menuju ajaran Islam. Maka wajar jika Punakawan ini disusun secara berurutan, Semar, Gareng Petruk, dan Bagong, akan terbaca arti maknanya : “Berangkatlah menuju kebaikan maka kamu akan meninggalkan kejelekan.

Selain Punakawan, istilah-istilah lain dalam pewayangan juga banyak berasal dari istilah Arab. Misalnya, kata Astina yang diistilahkan sebagai nama kerajaan para penguasa yang lalim, lebih dekat dengan kata Asy-Syaithan. Rajanya, Duryudana, lebih dekat dengan kata Durjana. Setiap orang jahat (durjana), pasti akan menemukan kekalahan dan menjadi teman setan di neraka.

Ketika seorang dalang memerankan Bala Astina dalam pentas wayang, tentu merek adi sebelah kiri bergabung dengan para raksasa. Sedangkan Pandawa selalu di sebelah kanan. Hal ini menggambarkan bahwa yang baik dan yang buruk itu berbeda.
Karena itu, dalam cerita wayang, Kurawa dan Astina selalu berbuat jahat pada Pandawa Lima. Astina merampas semua hak Pandawa, dan mencoba menghabisi nyawa para Pandawa dengan berbagai cara.

Sementara itu, tokoh pewayangan yang dikenal kuat, perkasa, dan berjiwa ksatria adalah, Bima atau Werkudara. Ia memiliki kekuatan yang disebut Dodot Bangbang Tulu Aji dan Kuku Pancanaka. Maksud ajian itu adalah Bima diselimuti tiga ilmu, yaitu Iman, Islam, dan Ihsan. (kata Tulu aji bermakna tiga aji, atau tiga kekuatan)

Sedangkan Kuku Pancanaka merupakan kekuatan untuk melengkapi Dodot Bangbang Tulu Aji. Kuku Pancanaka memiliki arti kekuatan Lima Waktu. Apabila kedua kekuatan itu digunakan, maka itu merupakan simbolisasi yang berarti apabila telah memiliki Iman, Islam, dan Ihsan, maka tak akan pernah meninggalkan shalat lima waktu.

Kata dalang sendiri diambil dari kata dalla’ yang berarti menunjukkan jalan yang benar. Wayang-wayang ini akan digerakkan dalam beberapa cerita islami karya walisongo, seperti cerita Jimat Kalisada (Kalimat Syahadat), Dewa Ruci, Petruk jadi Raja, dan Wahyu Hidayat (Wahyu petunjuk).

Peranan wayang ini bergantung pada kemahiran seseorang dalang dalam menyuguhkan pagelaran wayang yang  sarat muatan moral. Ia memiliki amanat sebagai juru bicara dalam menyampaikan kritik, saran, pendidikan agama, dan lain sebagainya. Karena itu, seorang dalang hendaknya tak hanya pandai memainkan tokoh wayang dan senda gurau saja, tetapi harus menguasai ilmu, khususnya ilmu agama.

Jika seorang dalang tidak menguasai ilmu tersebut, maka tak heran jika dalam pegelaran wayang tak ditemukan lagi muatan moral, kejujuran, akhlak, dan nilai-nilai Islam sesuai dengan harapan Sunan Kalijaga dulu.
»»  Baca Selanjutnya...

Biografi Brandal Lokajaya alias Sunan Kalijaga


Raden Said

Sunan Kalijaga itu aslinya bernama Raden Said. Putra Adipati Tuban Tumenggung Wilatikta. Tumenggung Wilatikta seringkali disebut Raden Sahur, walau dia termasuk keturunan Ranggalawe yang beragama Hindu tapi Raden Sahur sendiri sudah masuk agama Islam.Sejak kecil Raden Said sudah diperkenalkan kepada agama Islam oleh guru agama Kadipaten Tuban. Tetapi karena melihat keadaan sekitar atau lingkungan yang kontradiksi dengan kehidupan rakyat jelata maka jiwa Raden Said berontak.Gelora jiwa muda Raden Said seakan meledak-ledak manakala melihat praktek oknum pejabat Kadipaten Tuban di saat menarik pajak pada penduduk atau rakyat jelata.Rakyat yang pada waktu itu sudah sangat menderita dikarenakan adanya musim kemarau panjang, semakain sengsara, karena mereka harus membayar pajak yang kadangkala tidak sesuai dengan ketentuan yang ada. Bahkan jauh dari kemampuan mereka.

Seringkali jatah mereka untuk persediaan menghadapi musim panen berikutnya sudah disita para penarik pajak.Walau Raden Said putra seorang bangsawan dia lebih menyukai kehidupan yang bebas, yang tidak terikat oleh adat istiadat kebangsawanan. Dia gemar bergaul dengan rakyat jelata atau dengan segala lapisan masyarakat, dari yang paling bawah hingga yang paling atas. Justru karena pergaulannya yang supel itulah dia banyak mengetahui seluk-beluk kehidupan rakyat Tuban.Niat untuk mengurangi penderitaan rakyat sudah disampaikan kepada ayahnya. Tapi agaknya ayahnya tak bisa berbuat banyak. Dia cukup memahaminya pula posisi ayahnya sebagai adipati bawahan Majapahit. Tapi niat itu tak pernah padam. Jika malam-malam sebelumnya dia sering berada di dalam kamarnya sembari mengumandangkan ayat-ayat suci Al-Qur'an maka sekarang dia keluar rumah.Di saat penjaga gudang Kadipaten tertidur lelap, Raden Said mengambil sebagian hasil bumi yang ditarik dari rakyat untuk disetorkan ke Majapahit.

Bahan makan itu dibagi-bagikan kepada rakyat yang sangat membutuhkannya. Hal ini dilakukan tanpa sepengetahuan mereka.Tentu saja rakyat yang tak tahu apa-apa itu menjadi kaget bercampur girang menerima rejeki yang tak diduga-duga. Walau mereka tak pernah tahu siapa gerangan yang memberikan rejaki itu sebabnya Raden Said melakukannya di malam hari secara sembunyi-sembunyi.Bukan hanya rakyat yang terkejut atas rezeki yang seakan turun dari langit itu. Penjaga gudang Kadipaten juga merasa kaget, hatinya kebat-kebit, soalnya makin hari barang-barang yang hendak disetorkan ke pusat kerajaan Majapahit itu makin berkurang.Ia ingin mengetahui siapakah pencuri barang hasil bumi di dalam gudang itu. Suatu malam ia sengaja mengintip dari kejauhan, dari balik sebuah rumah, tak jauh dari gudang Kadipaten.

Dugaannya benar, ada seseorang membuka pintu gudang, hampir tak berkedip penjaga gudang itu memperhatikan, pencuri itu. Dia hampir tak percaya, pencuri itu adalah Raden Said, putra junjungannya sendiri.Untuk melaporkannya sendiri kepada Adipati Wilatikta ia tak berani. Khawatir dianggap membuat fitnah. Maka penjaga gudang itu hanya minta dua orang saksi dari sang Adipati untuk memergoki pencuri yang mengambil hasil bumi rakyat yang tersimpan di gudang.Raden Said tak pernah menyangka bahwa malam itu perbuatannya akan ketahuan. Ketika ia hendak keluar dari gudang sambil membawa bahan-bahan makanan tiga orang prajurit Kadipaten menangkapnya beserta barang bukti yang dibawanya.

Raden Said dibawa kehadapan ayahnya. Adipati Wilatikta marah melihat perbuatan anaknya itu. Raden said tidak menjawab untuk apakah dia mencuri barang-barang hasil bumi yang hendak disetorkan ke Majapahit itu. Tapi untuk itu Raden Said harus mendapat hukuman, karena kejahatan mencuri itu baru pertama kali dilakukannya maka dia hanya mendapat hukuman cambuk dua ratus kali pada tangannya. Kemudian disekap selama beberapa hari, tak boleh keluar rumah. Jerakah Raden Said atas hukuman yang sudah diterimanya? Sesudah keluar dari hukuman dia benar-benar keluar dari lingkungan istana. Tak pernah pulang sehingga membuat cemas ibu dan adiknya. Apa yang harus dilakukan Raden Said selanjutnya?Dia mengenakan topeng khusus, berpakaian serba hitam dan kemudian merampok harta orang-orang kaya di Kabupaten Tuban. Terutama orang kaya yang pelit dan para pejabat Kadipaten yang curang.Harta hasil rampokan itupun diberikan kepada fakir miskin dan orang-orang yang menderita lainnya. Tapi ketika perbuatannya ini mencapai titik jenuh ada saja orang yang bermaksud mencelakakannya.

Ada seorang pemimpin perampok sejati yang mengetahui aksi Raden Said menjarah harta pejabat kaya, kemudian pemimpin rampok itu mengenakan pakaian serupa dengan pakaian Raden Said, bahkan juga mengenakan topeng seperti topeng Raden Said juga.Pada suatu malam, Raden Said yang baru saja menyelesaikan shalat Isya’ mendengar jerit tangis para penduduk desa yang kampungnya sedang dijarah perampok. Dia segera mendatangi tempat kejadian itu. Begitu mengetahui kedatangan Raden Said kawanan perampok itu segera berhamburan melarikan diri. Tinggal pemimpin mereka yang sedang asyik memperkosa seorang gadis cantik.Raden Said mendobrak pintu rumah si gadis yang sedang diperkosa. Didalam sebuah kamar dia melihat seseorang berpakaian seperti dirinya, juga mengenakan topeng serupa sedang berusaha mengenakan pakaiannya kembali. Rupanya dia sudah selesai memperkosa gadis itu.Raden Said berusaha menangkap perampok itu. Namun pemimpin rampok itu berhasil melarikan diri. Mendadak terdengar suara kentongan bertalu-talu, penduduk dari kampung lain berdatangan ke tempat itu.

Pada saat itulah si gadis yang baru diperkosa perampok tadi menghamburkan diri dan memegang erat-erat tangan Raden Said. Raden Said pun jadi panik dan kebingungan. Para pemuda dari kampung lain menerobos masuk dengan senjata terhunus. Raden Said ditangkap dan dibawa ke rumah kepala desa.Kepala desa yang merasa penasaran mencoba membuka topeng di wajah Raden Said. Begitu mengetahui siapa orang dibalik topeng itu sang kepala desa jadi terbungkam.Sama sekali tak disangkanya bahwa perampok itu adalah putra junjungannya sendiri yaitu Raden Said. Gegerlah masyarakat pada saat itu. Raden Said dianggap perampok dan pemerkosa. Si gadis yang diperkosa adalah bukti kuat dan saksi hidup atas kejadian itu.Sang kepala desa masih berusaha menutup aib junjungannya. Diam-diam ia membawa Raden Said ke istana Kadipaten Tuban tanpa diketahui orang banyak.Tentu saja sang Adipati menjadi murka.

Raden Said yang selama ini selalu merasa sayang dan selalu membela anaknya kali ini juga naik pitam. Raden Said diusir dari wilayah Kadipaten Tuban.“Pergi dari Kadipaten Tuban ini! Kau telah mencoreng nama baik keluargamu sendiri! Pergi! Jangan kembali sebelum kau dapat menggetarkan dinding-dinding istana Kadipaten Tuban ini dengan ayat-ayat Al-Qur'an yang sering kau baca di malam hari!”.Sang Adipati Wilatikta juga sangat terpukul atas kejadian itu. Raden Said yang diharapkan dapat mengggantikan kedudukannya selaku Adipati Tuban ternyata telah menutup kemungkinan kearah itu. Sirna sudah segala harapan sang Adipati. Hanya ada satu orang yang tak dapat mempercayai perbuatan Raden Said, yaitu Dewi Rasawulan, adik Raden Said itu berjiwa bersih luhur dan sangat tidak mungkin melakukan perbuatan keji. Dewi Rasawulan yang sangat menyayangi kakaknya itu merasa kasihan, tanpa sepengetahuan ayah dan ibunya dia meninggalkan istana Kadipaten Tuban untuk mencari Raden Said untuk diajak pulang.Kemanakah Raden Said sesudah diusir dari Kadipaten Tuban? Ternyata ia mengembara tanpa tujuan pasti.

Pada akhirnya dia menetap di hutan Jatiwangi. Selama bertahun-tahun dia menjadi perampok budiman. Mengapa disebut perampok budiman? Karena hasil rampokan itu tak pernah dimakannya. Seperti dulu, selalu diberikan kepada fakir miskin.Yang dirampoknya hanya para hartawan atau orang kaya yang kikir, tidak menyantuni rakyat jelata, dan tidak mau membayar zakat.Di hutan Jatiwangi dia membuang nama aslinya. Orang menyebutnya sebagai Brandal Lokajaya.Pada suatu hari, ada seorang berjubah putih lewat di hutan Jatiwangi. Dari jauh Brandal Lokajaya sudah mengincarnya. Orang itu membawa sebatang tongkat yang gagangnya berkilauan.Terus diawasinya orang tua berjubah putih itu. Setelah dekat dia hadang langkahnya. Tanpa banyak bicara lagi direbutnya tongkat itu dari tangan lelaki berjubah putih. Karena tongkat itu dicabut dengan paksa maka orang berjubah putih itu jatuh tersungkur.Dengan susah payah orang itu bangun, sepasang matanya mengeluarkan air walau tak ada suara tangis dari mulutnya. Raden Said pada saat itu sedang mengamat-amati gagang tongkat yang dipegangnya.

Ternyata tongkat itu bukan terbuat dari emas hanya gagangnya saja terbuat dari kuningan sehingga berkilauan tertimpa cahaya matahari, seperti emas. Raden Said heran melihat orang itu menangis. Segera diulurkannya kembali tongkat itu, “Jangan menangis, ini tongkatmu kukembalikan”.“Bukan tongkat ini yang kutangisi”, ujar lelaki itu sembari memperlihatkan beberapa batang rumput ditelapak tangannya. “Lihatlah! Aku telah berbuat dosa, berbuat kesia-siaan. Rumput ini tercabut ketika aku jatuh tersungkur tadi”. “Hanya beberapa lembar rumput. Kau merasa berdosa?” tanya Raden Said heran.“Ya, memang berdosa! Karena kau mencabutnya tanpa suatu keperluan. Andaikata kucabut guna makanan ternak itu tidak mengapa. Tapi untuk suatu kesia-siaan benar-benar suatu dosa!” jawab lelaki itu.

Hati Raden Said agak tergetar atas jawaban yang mengandung nilai iman itu.“Anak muda sesungguhnya apa yang kau cari di hutan ini?”“Saya menginginkan harta”“Untuk apa?”“Saya berikan kepada fakir miskin dan penduduk yang menderita”. “Hem, sungguh mulia hatimu, Sayang......caramu mendapatkan-nya yang keliru”.“Orang tua......apa maksudmu?”.“Boleh aku bertanya anak muda”, desah orang tua itu, “Jika kau mencuci pakaianmu yang kotor dengan air kencing, apakah tindakanmu itu benar?”. “Sungguh perbuatan bodoh,” sahut Raden Said. “Hanya menambah kotor dan bau pakaian itu saja”.Lelaki itu tersenyum, “Demikian pula amal yang kau lakukan. Kau bersedekah dengan barang yang di dapat secara haram, merampok atau mencuri, itu sama halnya mencuci pakaian dengan air kencing”.Raden Said tercekat. Lelaki itu melanjutkan ucapannya, “Allah itu adalah Zat yang baik, hanya menerima amal dari barang yang baik atau halal”.Raden Said makin tercengan mendengar keterangan itu. Rasa malu mulai menghujam lubuh hatinya. Betapa keliru perbuatannya selama ini. Dipandangnya sekali lagi wajah lelaki berjubah putih itu.

Agung dan terasa berwibawa, namun mencerminkan pribadi yang welas asih. Dia mulai suka dan tertarik pada lelaki berjubah putih itu.“Banyak hal yang terkait dalam usaha mengentas kemiskinan dan penderitaan rakyat pada saat ini. Kau tidak bisa merubahnya hanya dengan memberi bantuan makan dan uang kepada para penduduk miskin. Kau harus memperingatkan para penguasa yang zalim agar mau merubah caranya memerintah yang sewenang-wenang, kau juga harus dapat membimbing rakyat agar dapat meningkatkan taraf kehidupannya!”.Raden Said semakin terpana, ucapan seperti itulah yang didambakannya selama ini. “Kalau kau tak mau kerja keras, dan hanya ingin beramal dengan cara yang mudah maka ambillah itu. Itu barang halal. Ambillah sesukamu!”.Berkata demikian lelaki itu menunjuk pada sebatang pohon aren. Seketika pohon itu berubah menjadi emas seluruhnya.

Sepasang mata Raden Said terbelalak. Dia adalah seorang pemuda sakti, banyak ragam pengalaman yang telah dikecapnya. Berbagai ilmu yang aneh-aneh telah dipelajarinya. Dia mengira orang itu mempergunakan ilmu sihir, kalau benar orang itu mengeluarkan ilmu sihir ia pasti dapat mengatasinya.Tapi, setelah ia mengerahkan ilmunya, pohon aren itu tetap berubah menjadi emas. Berarti orang itu tidak mempergunakan sihir. Ia benar-benar merasa heran dan penasaran, ilmu apakah yang telah dipergunakan orang itu sehingga mampu merubah pohon aren berubah menjadi emas?Selama beberapa saat Raden Said terpukau ditempatnya berdiri. Dia mencoba memanjat pohon aren itu. Benar-benar berubah menjadi emas seluruhnya. Ia ingin mengambil buah aren yang telah berubah menjadi emas berkilauan itu. Mendadak buah aren itu rontok, berjatuhan mengenai kepala Raden Said. Pemuda itu terjerembab ketanah. Roboh dan pingsan.Ketika ia sadar, buah aren yang rontok itu telah berubah lagi menjadi hijau seperti aren-aren yang lainnya. Raden Said bangkit berdiri, mencari orang berjubah putih tadi. Tapi yang dicarinya sudah tak ada di tempat.Ucapan orang tua itu masih terngiang ditelinganya.

Tentang beramal dengan barang haram yang disamakan dengan mencuci pakaian dengan air kencing. Tentang berbagai hal yang terkait dengan upaya memberantas kemiskinan.Raden Said mengejar orang itu. Segenap kemampuan dikerahkannya untuk berlari cepat akhirnya dia dapat melihat bayangan orang itu dari kejauhan.Sepertinya santai saja orang itu melangkahkan kakinya, tapi Raden Said tak pernah bisa menyusulnya. Jatuh bangun, terseok-seok dan berlari lagi, demikianlah, setelah tenaganya terkuras habis dia baru sampai dibelakang lelaki berjubah putih itu.Lelaki berjubah putih itu berhenti, bukan karena kehadiran Raden Said melainkan di depannya terbentang sungai yang cukup lebar. Tak ada jembatan, dan sungai itu tampaknya dalam, dengan apa dia harus menyeberang.“Tunggu........” ucap Raden Said ketika melihat orang tua itu hendak melangkahkan kakinya lagi.“Sudilah Tuan menerima saya sebagai murid......?” pintanya“Menjadi muridku?” tanya orang itu sembari menoleh. “Mau belajar apa?”“Apa saja, asal Tuan menerima saya sebagai murid...” “Berat, berat sekali anak muda, bersediakah kau menerima syarat-t-syaratnya?”“Saya bersedia....”Lelaki itu kemudian menancapkan tongkatnya di tepi sungai. Raden Said diperintahkan menungguinya.

Tak boleh beranjak dari tempat itu sebelum lelaki itu kembali menemuinya.Raden Said bersedia menerima syarat ujian itu. Selanjutnya lelaki itu menyeberangi sungai. Sepasang mata Raden Said terbelalak heran, lelaki itu berjalan di atas air bagaikan berjalan di daratan saja. Kakinya tidak basah terkena air. Ia semakin yakin bahwa calon gurunya itu adalah seorang lelaki berilmu tinggi, waskita dan mungkin saja golongan para wali.Setelah lelaki itu hilang dari pandangan Raden Said, pemuda itu duduk bersila dia teringat suatu kisah ajaib yang dibacanya di dalam Al-Qur'an yaitu kisah Ashabul Kahfi, maka ia segera berdo'a kepada Tuhan supaya ditidurkan seperti para pemuda di goa Kahfi ratusan tahun silam.

Do'anya dikabulkan. Raden Said tertidur dalam samadinya selama tiga tahun. Akar dan rerumputan telah merambati sekujur tubuhnya dan hampir menutupi sebagian besar anggota tubuhnya.Setelah tiga tahun lelaki berjubah putih itu datang menemui Raden Said. Tapi Raden Said tak bisa dibangunkan. Barulah setelah mengumandangkan adzan, pemuda itu membuka sepasang matanya.Tubuh Raden Said dibersihkan, diberi pakaian baru yang bersih. Kemudian dibawa ke Tuban. Mengapa ke Tuban? Karena lelaki berjubah putih itu adalah Sunan Bonang. Raden Said kemudian diberi pelajaran agama sesuai dengan tingkatannya, yaitu tingkat para waliullah. Di kemudian hari Raden Said terkenal sebagai Sunan Kalijaga.
»»  Baca Selanjutnya...

Sekdes di Tuban Masih Banyak yang Lowong


Jumlah kekosongan jabatan Sekretaris Desa (sekdes) sekarang turun dari angka 98 menjadi  91 desa yang tersebar pada sejumlah kecamatan di Kabupaten Tuban. Dari 20 Kecamatan yang ada, jumlah paling banyak ada pada kecamatan Tambakboyo.

Kabid Pemerintahan Desa, Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa dan KB Pemkab Tuban, Sugeng saat ditemui, Kamis (22/06/2012) mengatakan, jumlah Sekdes menurun dari jumlah semula yakni 98.

“Hal itu disebabkan karena beberapa Sekdes yang kini telah pensiun dari jabatanya, sudah digantikan dengan cara mengambil PNS dari beberapa SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) yang memenuhi persyaratan,” paparnya.

Dia juga menegaskan, berdasarkan ketentuan PP No.45 tahun 2007, penempatan Sekdes harus diusulkan oleh Pemerintah Desa yang akan ditempati. Selain itu calon Sekdes yang juga seorang PNS harus mendapat rekomendasi dari pimpinan instansi atau atasan untuk pindah tugas menjadi sekdes.

“Kami berharap masyarakat sabar menunggu, karena bukanlah pekerjaan gampang untuk mengatasi masalah ini,” harap Sugeng.

Lebih lanjut Kabid Pemerintahan ini menjelaskan keberadaan Sekdes sangat penting terhadap jalanya roda pemerintahan desa. Karena sangat berhubungan erat dengan administrasi desa dan pelayanan kepada masyarakat.

Diketahui, hingga saat ini kekosongan jabatan Sekdes di Kecamatan Jenu sebanyak 5 Desa. Kec. Kerek 7 desa, Kec. Jatirogo 3 desa, Kec. Soko 8 desa, Kec. Plumpang 2 desa, Kec. Grabagan 4 desa, Kec. Parengan 7 desa, Kec. Bancar 8 desa dan Kec. Tambakboyo 9 desa.

Kekosongan Sekdes juga terjadi di Kec. Senori 1 desa, Kec. Bangilan 6 desa, Kec. Merakurak 8 desa, Kec. Rengel 7 desa, Kec. Kenduruan 1 desa, untuk kecamatan Semanding, Kec. Widang, Kec. palang dan Kec. Singgahan masing-masing terdapat 4 desa dan Kec. Montong juga terjadi kekosongan jabatan Sekdes.
»»  Baca Selanjutnya...

Masuki Masa Liburan, Belum ada Lonjakan Pengunjung di Goa Akbar


Meski telah masuk libur panjang ahir tahun sekolah, namun hal tersebut belum mempengaruhi jumlah penguinjung lokasi wisata di Ttuban, seperti yang terlihat di lokasi wisata Goa Akbar.
Dari pantauan kami di lapangan menyebutkan, hingga Jumat (22/6) belum menunjkan adanya peningkatan pengunjung secara signifikan. Realitas  tersebut terlihat dari dari jumlah penjualan tiket yang rata-rata hanya 100 lembar hingga 3.000 lembar saja.
Petugas pintu masuk Goa Akbar, Agus, menyatakan memasuki awal libur panjang ahir tahun ini belum ada lonjakan pengunjung yang berarti. Diperkirakan lonjakan pengunjung Goa Akbar akan mulai menunjukkan kenaikan pada tawal Juli mendatang.
Menurut Agus, saat masa musim liburan nanti, dipastikan tidak akan ada kenaikan harga tiket, mengingat Goa Akbar adalah aset wisata daerah yang pengelolaanya diatur oleh perda.
“Tidak akan ada kenaikan harga tiket sekali pun pengunjung banyak. Harga tiket masuk tetap Rp 4.000 per orang,” tandas Agus.
»»  Baca Selanjutnya...

Persatu Betekad Petik Poin Penuh Lawan Perseden Denpasar


Kesebelasan Persatu Tuban siap hadapi Perseden Denpasar dalam laga lanjutan divisi dua putaran 3 di 16 besar,  yang akan di gelar di Stadion KarangaAnyar, Jawa Tengah, Minggu (24/6) mendatang.
Pelatih Persatu Tuban, Ali Sunan, menyatakan rencananya Persatu akan berangkat Sabtu pagi (23/6) dengan membawa 22 pemain dari total pemain yang ada berjumlah 26. Sesampainya di Karanganyar pemain akan langsung istirahat dan keesokan harinya lakukan pengenalan lapangan, sebelum sore harinya bertanding.
“Ada 4 pemain yang tinggal, sesuai kebutuhan kita akan membawa 22 pemain saja,” ujar Ali Sunan, Jumat (22/4) sore usai latihan di Stadion Lokajaya Tuban..
Dikatakan Ali Sunan, dalam pertandingan nanti timnya akan difokuskan dalam menyerang, selain memperkuat lini belakang, meski secara spesifik belum mengetahui kelemahan lawan Ali optimis anak-anak asuhanya mampu memberikan tekanan terhadap lawan..
Menyangkut persiapan Persatu dalam laga menghadapi Perseden Denpasar, Ali mengaku sudah mempersiapkan beberapa strategi selain memperkuat kerja tim.
“Latihan sebelum berangkat besok ini kita fokus ke teamwork serta mental, mengingat beberapa pekan ini pemain tak bertanding, selain beberapa kali kita lakukan uji coba bersama tim-tim lokal,” jelas Ali Sunan.
Ali berharap timnya bisa menjaga kekompakan dalam berlaga besok, serta bisa menjaga ritme permainan.
»»  Baca Selanjutnya...

5 Anggota Polres Disidang Pelanggaran Disiplin, Salah Satunya Akan Dipecat


Lima anggota Polres Tuban melakukan pelanggaran disiplin tugas saat digelar Sidang Pelanggaran Disiplin anggota Polri untuk Polres Tuban di ruang serbaguna, Polres Tuban, kamis (21/06/2012).
Dalam sidang yang dipimpin oleh Kabag Sumda Polres Tuban, Kompol Agus Pardjiyo, Kabag Ops Polres Tuban, Kompol Suhartono dan dibantu pendamping sidang, Kasat Narkoba, AKP Gatot Subagyo, ditemukan 5 anggota yang melanggar disiplin dalam pelaksanaan tugas kerja.
Disiplin kerja Polri diantaranya adalah disiplin dalam tugas sehari-hari maupun dalam penanganan perkara, melakukan penanganan sesuai Standart Operasional Prosedur (SOP), memperhatikan dan memeriksa tempat atau locus delicty dalam penanganan perkara, setiap ada kejadian harus diajukan berkas perkara ke Jaksa.
Adapun larangan dalam disiplin tugas diantaranya adalah, dilarang menerima suap atau dalam bentuk apapun didalam bekerja, sedangkan saat dikonfirmasi terkait adanya pelanggaran yang dilakukan oleh anggota Polres Tuban, Kabag Ops Polres Tuban, Kompol Suhartono menjelaskan bahwa pelanggaran yang dilakukan oleh anggota Polres Tuban ada yang berat dan ada yang ringan.
Adapun pelanggaran anggota Polres Tuban yang ringan diantaranya adalah tidak laporan kepada atasan saat ada kejadian perkara, melanggar peraturan dalam tugas, tidak disiplin masuk kerja. Adapun pelanggaran yang tergolong berat, diantaranya adalah melanggar peraturan perundang-undangan, semisal mencuri, merampok, membunuh dan sejenisnya.
Pelanggaran berat kali ini ditujukan kepada salah satu anggota Satuan Sabhara, Polres Tuban yang terancam diberhentikan secara tidak hormat dari anggota kepolisian, yaitu Aiptu E.H yang terlibat dalam aksi perampokan di Kantor Pegadaian Unit Pasar Jenu beberapa yang lalu.
Adapun untuk anggota lain, dijelaskan hanya melanggar Disiplin Polri kategori ringan, dan akan dikenai hukuman teguran hingga penempatan tugas khusus.
“lima orang terbukti melakukan pelanggaran dalam bertugas, adapun seperti E.H itu, sekarang masih dalam sidang tindak disiplin, secara umum akan dipecat tanpa hormat, karena melanggar etika kepolisian,” tegasnya.
»»  Baca Selanjutnya...

Laga Perdana Divisi II, Persatu Vs Perseden Bali



Berdasarkan surat dari PSSI No. 1912/AGB/491/VI-2012 tentang jadwal pertandingan laga divisi II, Persatu akan bertanding dengan Perseden Bali pada 24 Juni mendatang.
Ali Sunan, Pelatih Persatu saat dikonfirmasi, Kamis (21/06/2012) mengatakan bahwa pasukannya sudah siap bertanding. Dengan pematangan mental dan kemampuan untuk meraih poin saat bertanding melawan tim asal pulau Dewata tersebut.“ Ya, kami siapkan pematangan tim,” ungkapnya.
Akan tetapi, pelatih asal Paciran ini mengaku belum mempunyai jurus jitu untuk mempermalukan tim lawannya. Pasalnya, tim kebanggaan warga Tuban tersebut baru kali pertama bermain di laga ini, setelah lolos dalam laga Divisi III lalu. "Kami belum tahu kalau hal itu, karena kami baru pertama main," tegas mantan pemain timnas tersebut.
»»  Baca Selanjutnya...

Musim Liburan, Pendapatan Tukang Becak Sunan Bonang Meningkat


Memasuki waktu liburan, pengunjung makam Sunan Bonang ramai. Hal ini membuat tukang becak tersenyum lebar, pasalnya berarti telah tiba musim rejeki untuk mereka untuk mendapatkan penghasilan lebih dari hari biasanya.
Beberapa hari terakhir, makam Sunan Bonang dipadati  pengunjung yang datang  dari berbagai kota bahkan dari luar negeri. Para tukang becak biasanya mengangkut penumpang 2 atau 3 kali saja  dalam sehari. Sekarang disaat musim liburan seperti ini para tukang becak bisa menarik 5 sampai 7 kali dalam sehari.
Penghasilan ketika dihari biasa para tukang becak perharinya hanya bisa mendapatan sekitar Rp. 20.000 hingga Rp. 30.000 dalam sehari. Akan tetapi disaat musim libur seperti ini mereka bisa mendapatkan hasil Rp. 60.000 bahkan sampai Rp. 150.000 per-hari.
Kamis (21/06/12), Darmin (46), warga kelurahan Kutorejo, Kecamatan Tuban, salah satu tukang becak yang biasa mangkal di parkiran makam Sunan Bonang, mengatakan bahwa apabila setiap musim liburan seperti ini, atau saat menjelang puasa, pengunjung ramai. Sehingga banyak yang menggunakan jasa becak."lumayan buat kebutuhan sehari – hari" ungkapnya.
Dengan membeludaknya para peziarah, setidaknya menjadi perhatian khusus bagi kepolisian dalam menertibkan jalan. Karena tidak sedikit tukang becak yang bersaing dengan temannya untuk cepat – cepat berebut penumpang, akhirnya mereka melanggar rambu – rambu lalu lintas, seperti saat lampu traffic light merah tetap diterobos, atau memakan badan jalan.
»»  Baca Selanjutnya...

Program Nasional, Rp. 5 Milyar Lebih Untuk Bangun Rumah Gakin


Program pemerintah pusat untuk masyarakat kurang mampu atau keluarga miskin (Gakin) yakni pembangunan rumah  tahun ini mulai dilaksanakan pada awaL bulan Juli 2012 mendatang. Berdasarkan data yang berhasil dihimpun dari Dinas Pekerjaan Umum Kab. Tuban menyebukan 340 lokasi rumah miskin akan direnovasi.
Setiap kecamatan mendapatkan jatah 17 unit bantuan dari pemerintah dan total dana yang dihabiskan untuk masing-masing rumah mencapai Rp. 17,5 juta rupiah , sehingga total anggaran mencapai Rp. 5.950.000.000.
Kepala Bidang Pemukiman, Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Tuban, Satrio, Rabu (20/06/2012) mengatakan, pelaksanaan pembangunan bantuan rumah miskin ini akan segera dimulai bulan depan. “Kami sudah mengumumkan CV mana saja yang akan menangani proyek ini,” jelasnya.
Satrio juga menambahkan, sebelum penentuan lokasi rumah mana saja yang akan direnovasi pihaknya melakukan koordinasi dengan Pemerintahan Desa dan Kecamatan. “Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi, diantaranya adalah tanah harus milik sendiri, bukan tanah pinjaman ataupun sewa, mereka asli penduduk desa yang bersangkutan, memiliki kartu Jamkesmas dan memang rumahnya layak untuk kita renovasi,” jelasnya.
Saat ditanya tentang kendala pada saat pelaksanaan di lapangan, Dia menjelaskan, tidak ada kendala yang berarti, namun terkadang warga yang dibantu kurang respon. “Sesungguhnya program ini untuk meringankan beban masyarakat miskin di Tuban, tapi mereka kurang tanggap. Harapan kami saat dibantu mereka antusias, misalnya  dengan membelikan tambahan semen dan lain-lain. Saya pikir kalau hal itu terjadi akan menambah semangat kami untuk selalu bekerja dengan baik,” pungkas Satrio.
»»  Baca Selanjutnya...