Kamis, 14 Juni 2012

Pengrajin Batu Bata Hidup Terbata-bata



Pengrajin Batu Bata Hidup Terbata-bata. Ditengah geliat maraknya pembangunan perumahan, pengrajin batu-bata di Desa Kesamben Kecamatan Plumpang sebagai penyedia, justru tidak bisa ikut menikmati manisnya. Tumpukan batu-bata ternyata tidak mampu menghasilkan tumpukan uang yang cukup sebagai imbalan jerih payahnya.

Hari masih pagi, matahari pun baru saja menampakkan sinarnya tapi sepasang tangan Riani janda 60 tahun ini, telah kotor oleh tanah liat dengan air. Jemari perempuan itu lincah mencampur tanah liat dan air menjadi adonan yang nantinya dicetak menjadi batu-bata. Kucuran keringat di kening tak akan membuat patah semangat, ini adalah gambaran salah satu dari ratusan pengrajin batu-bata di Kabupaten Tuban.

Proses pembuatan batu bata melalui beberapa tahapan, diawali dengan mengumpulkan tanah liat/lempung lalu dijadikan bahan baku dengan di aduk-aduk menggunakan kaki atau tangan, yang terlebih dulu dicampur air sampai adonan tanah liat betul-betul siap untuk dicetak sesuai ukuran. Batu-bata yang sudah dicetak, kemudian menunggu proses pengeringan, selanjutnya ditata ke dalam tungku untuk pembakaran membutuhkan waktu sekitar satu minggu guna mencapai hasil yang maksimal. “Kalau saya sekali bakar 5000 biji,setelah sekitar seminggu lebih mencetaknya,“ cerita Riani pada Hari Minggu (03/06). “Butuh satu truck sekam, agar batu-bata matang semua,“ tambahnya.

Dari berbagai tahapan produksi batu-bata dapat ditentukan harga pokok per satu batu bata yaitu Rp. 350 dan bila diantar sampai tujuan untuk luar daerah yang jauh dari tempat produksi harganya tambah Rp 50 untuk biaya angkutan dan bongkar muat. “Biasanya masyarakat membelinya perseribuan biji, ada yang diambil ada juga yang minta diantar ketempat pemesan mas,“ ujar Sunarti 42 tahun. “Saya mempunyai dua pekerja, dan penghasilan mereka rata-rata Rp. 30.000/hari “ tambahnya. ”Sebetulnya ya mepet mas, kalau Cuma harga segitu, bagaimana lagi wong ini kerjaan yang ada,“ timpal Sumi 52 tahun janda beranak tiga tersebut. ”Kalau musim hujan ya saya nyambi kesawah buruh tani, seperti matun (bersih rumput), ngedos (merontokan padi ), yang penting ada penghasilan untuk makan anak-anak, mas,“ timpal Dasuri duda beranak dua.

Apa yang dialami para buruh pembuat batu-bata tersebut masuk dalam kategori keluarga miskin, diantara salah satu contoh realitas kehidupan yang tersebar di Kabupaten Tuban, sebagai indikator penguat masih banyak adanya penyandang masalah kesjahteraan sosial di kabupaten yang kaya akan sumber daya alam yang dieksploitasi industri besar . Kondisi seperti ini seyogyanya menjadi perhatian pemerintah untuk mendapat prioritas kemudahan tersentuh dengan program-program sosial.

Riani janda renta 60 tahun kala di kofirmasi contributor sosialnews com di lokasi kerjanya.tentang kendala dalam usahanya tersebut mengatakan, ”Gangguanya sejak ada pertambangan batu kumbung (batu-bata kapur) di gunung berdiri, pasaran dan pesanan batu-bata menurun dratis , sangat jauh jika dibandingkan sebelum adanya pertambangan gunung,“ cerita panjang lebar.

Kegiatan usaha batu bata selain menyebar di Kecamatan Plumpang,Rengel, Bancar dan Jatirogo, termasuk Kenduruan, semuanya mempunyai kesamaan tahapan produksi, pemasaran dan persaingan produk lain, namun yang membedakan adalah beberapa kualitas hasil dibarengi harga yang lebih tinggi.

”Pemakaian bahan bangunan dengan batu-bata akan dapat menekan secara drastis kerusakan pada kawasan karst (batu kapur) yang terus menyebar digali dan dipotong-potong untuk bahan bangunan, kita tahu semua kawasan pegunungan kapur adalah tandon air raksasa bawah permukaan “ kata diretur CAGAR Edy Toyibi.

“Ada dua keuntungan besar jika produksi batu-bata dari tanah liat ini didorong menjadi konsumsi bahan bangunan, yang pertama dampak tekanan lingkungan dikawasan hulu yang didominasi gunung kapur sudah jenuh oleh eksploitasi dapat dikurangi, kedua kesejahteraan keluarga miskin pekerja batu bata tanah liat dapat membaik dan nasib hidupnya tidak terbata-bata,“ papar edy dengan serius. ”Ini solusi lingkungan juga solusi sosial yang paling elegan di Tuban,“ kata aktivis lingkungan ini mengakhiri perbincangan.

»»  Baca Selanjutnya...

Langen Tayub di Tuban



Langen Tayub

Kesenian Langen Tayub sudah sangat melekat pada keseharian orang Jawa, sehingga menjadi tradisi turun temurun dalam momen-momen tertentu yang tidak bisa ditinggalkan, karena diyakini dengan mengadakan pagelaran Langen Tayub akan membawa berkah tersendiri bagi masyarakat petani .

Gerak tari dan suara dengan diiringi gamelan lengkap laras pelog, slendro yang dimainkan oleh nayoko (panjak) membuahkan suara yang khas, menjadikan budaya Langen Tayub ini turun temurun selalu banyak peminatnya. Taslim (56) warga Desa Kapu memaparkan, “Rasane ayem mas ngrunggokno gending-gending jowo seng dinyayekno poro sindir.”


Seni Tayub merupakan Seni Gambyong Istana. Namun pada perkembanganya kesenian Langen Tayub menjadi sebuah Kebudayaan Warga Tuban. Cipwanto (29) Perangkat Desa Sugihan Kecamatan Merakurak menjelaskan, 2 kali dalam setahun masyarakat Desa Sugihan selalu mengadakan acara dengan hiburan Langen Tayub, pertama di saat padi sedang berisi disebut koleman dan yang kedua setelah panen. Warga setempat menyebut manganan yang dipusatkan di Sumur Wali sebutan tempat keramat Desa Sugihan. Tradisi ini sudah turun temurun sejak lama, karena diyakini apabila ditinggalkan akan terjadi musibah dan bencana bagi masyarakat Sugihan.

Disamping pada saat momen-momen tertentu seperti sedekah bumi, kesenian Langen Tayub juga sering diadakan dalam rangka hajatan sunatan atau pernikahan. Untuk setiap satu pertunjukan tarif untuk satu sindir (waranggono) dengan yang lainya tidak sama, tarif pewaranggono tergantung senioritas dan ketenaran waranggono itu sendiri.

Wantikah (42) salah satu waranggono kenamaan asal Desa Wolutengah Kecamatan Kerek, sekali main tarifnya mencapai Rp. 3,5 juta untuk wilayah Kabupaten Tuban. Namun, jika tanggapan di luar kota tarifnya mencapai Rp.4 juta semalam. Rustam (38) warga Dsn. Bororejo Desa Kapu Kecamatan Merakurak menegaskan, “Minimal biaya yang dikeluarkan 10 juta, kalau ingin mengadakan pertunjukan Langen Tayub, itupun kalau waranggononya yang biasa, tapi kalau waranggono yang kenamaan tidak cukup.

Biaya yang mahal dari tahun-ketahun, membuat pagelaran kesenian Langen Tayub di Tuban sangat jarang diadakan, sehingga dikhawatirkan akan punah. Ditambah menjadi penari tayub tidaklah mudah seperti yang dibayangkan, selain harus mendalami berbagai macam gending juga keluwesan dalam menari. Wantikah (42) yang mengaku pertama kali menjajaki dunia langen tayub pada 1990 lalu mengatakan, “Untuk menjadi waranggono harus benar-benar menguasai bermacam-macam Gending Jawa dan lagu-lagu yang lagi ngetren pada zaman sekarang, karena sering diminta oleh para pemuda penyuka Langen Tayub, dan ditambah harus trampil dalam menari.

Di Kabupaten Tuban kata Edi Sukirno salah satu Kasi di Dinas Pariwisata Tuban mengatakan, “Untuk sementara waranggono yang telah terdaftar kurang lebih 109 orang. Harapan wantikah, terhadap Pemerintah terutama Dinas Pariwisata agar tetap melestarikan semua seni tradisional yang ada di Tuban, termasuk Langen Tayub yang sudah menjadi simbol Kota Tuban. Selain itu, diharapkan Pemkab Tuban memfasilitasi dengan memberikan wadah untuk mengapreasikan bakat seni para seniman di Tuban.
»»  Baca Selanjutnya...

Bumi Ronggolawe Tuban Terkepung AIDS/HIV



Dinas Kesehatan Tuban

Bumi Wali yang sekarang menjadi sebutan Kabupaten Tuban terkepung penyakit AIDS/HIV. Dari 20 kecamatan yang ada, hanya 3 kecamatan yang belum terdeteksi , sebaran yang terus meningkat diperlukan kewaspadaan masyarakat secara proporsional dan bijaksana.

AIDS/Acquired immunodeficiency syndrome atau HIV human immunodeficiency virus adalah penyakit yang saat ini menjadi momok masyarakat dunia merupakan penyakit menular dengan jalan tertentu yang sulit disembuhkan bahkan belum ada obatnya yang mujarab di dunia. Semakin hari semakin meningkat baik jumlah maupun penyebarannya, hingga sampai di Kota Tuban Jawa Timur. Dari catatan Dinas kesehatan Kabupaten Tuban dari 1991 sampai 2012 mencapai angka yang signifikan yaitu 24 penderita yang menyebar di 17 Kecamatan dari 20 kecamatan di Tuban. Dari perempuan sampai laki-laki.


Penyakit AIDS/HIV ibarat gunung es yang setiap saat dapat mengancam menuju kematian, sebab gejalanya yang muncul diantaranya gejala mayor dan gejala minor, gejala mayor antara lain berat badan dapat turun !0%, diare terus menerus selama 1 bulan walau sudah diobati, daya tahan tubuh turun drastis, sementara gejala minor adalah adanya jamur di kulit, lidah dan rongga mulut, gangguan kelenjar liver dan sarcoma Kaposi (tumor yang disebabkan oleh virus).
Sementara HIV menular melalui:
  1. Bersenggama yang membiarkan darah, air mani, atau cairan vagina dari orang HIV-positif masuk ke aliran darah orang yang belum terinfeksi (yaitu senggama yang dilakukan tanpa kondom melalui vagina atau dubur; juga melalui mulut, walau dengan kemungkinan kecil).
  2. Memakai jarum suntik bekas pakai orang lain, dan yang mengandung darah yang terinfeksi HIV.
  3. Menerima transfusi darah yang terinfeksi HIV.
  4. Dari ibu HIV-positif ke bayi dalam kandungan, waktu melahirkan, dan jika menyusui sendiri terdapat air susu ibu (ASI).
HIV terdapat dalam sebagian cairan tubuh, yaitu:
  1. Darah,
  2. Air mani,
  3. Cairan vagina,
Menurut data dinas kesehatan Tuban, melalui kepala dinas Dr.H.saiful Hadi pihaknya mengatakan “Kami terus melakukan pemantauan dan konseling kepada para penderita, juga rujukan untuk penanganan pada rumah sakit luar kota Tuban yang memiliki fasilitas untuk itu.“ Saiful menambahkan “Dari 24 penderita ada yang sudah dirujuk, penanganan di rumah penderita dan bahkan tidak sedikit yang sudah meninggal, dan ada lho mas yang waria,“ ujarnya dengan hati-hati.

Daerah-daerah domisili penderita pada beberapa tempat, Nampak tidak terjadi apa-apa, “Alamat dan identitas penderita kami rahasiakan agar tidak menimbulkan kepanikan di masyarakat juga demi si penderita dan keluarganya,“ tambah Saiful. “Penyakit AIDS/HIV tidak menular jika hanya jabat tangan, makan bersama, MCK dan berbicara,“ ujarnya meyakinkan.

Tidak hanya di Tuban di kota sekitar seperti di Bojonegoro ada 60 penderita, di Lamongan ada 50 penderita. Di sela keteranganya dengan marak penderita AIDS/HIV di Tuban kata Saiful, “Diantaranya adalah dampak industrialisasi dengan para pendatang, maraknya tempat hiburan malam, juga rentannya hubungan berganti-ganti pasangan, maka saya sarankan untuk memakai pelindung (kondom) jika berhubungan selain pasangan, agar tidak terus bertambah penderitanya,“ bisiknya. Saiful sempat beberkan teori estimasi penyebaran dengan di kali 10, “Kalau penderita 24 orang maka tinggal dikalikan 10 X menjadi 240 penderita suspek AIDS/HIV,” mengakhiri pembicaraan. Pada Kantor Dinas Kesehatan Tuban sangat minim ditemui pamflet atau sejenisnya tentang keterangan AIDS/HIV.
»»  Baca Selanjutnya...

Membiasakan Anak Merokok Sejak Dini



Pepatah mengatakan, “Bahwa mengajarkan sesuatu di masa kecil, ibarat menulis di atas batu,” memperkenalkan rokok walau hanya dalam bentuk mainan di waktu dini, sama dengan membiasakan anak merokok di waktu besar, “kita telah meracuni otak anak-anak.”

Merokok dalam perspektif positifis, memang tak akan pernah menemui titik pembenarannya. Karena secara pertimbangan akali, rokok tidak memberikan dampak yang baik, bahkan cenderung membawa dampak buruk (bad effect). Hanya karena pertimbangan cultural dan apologis indivialis-lah, kemudian menjadikan merokok sebagai hal yang wajar dan biasa. Terlebih saat ada pelumeran alasan bahwa merokok hanya untuk orang dewasa, dan diperbolehkan, kecuali di tempat-tempat tertentu. Ini menunjukkan bahwa merokok adalah sesuatu yang lazim dilakukan.


Akan tetapi, bagaimana jadinya jika rokok dimodifikasi pebisnis dalam bentuk makanan ringan (permen), lantas dipasarkan untuk golongan anak-anak. Kejadian ini pernah penulis temui saat berada di kampung halaman, tepatnya di daerah pinggiran Kabupaten Tuban. Saat itu penulis tengah melihat seorang anak laki-laki berumur 6 tahunan, memegang sebatang rokok dan menirukan gaya merokok lazimnya orang dewasa. Dijepit dengan dua jari, antara jari telunjuk dan tengah, serta mimik muka yang memonyong-monyongkan bibir seperti mengepulkan asap. Penulis sempat terkecoh mengira bahwa si anak benar-benar merokok. Hanya saja tidak dijumpai gumpalan asap keluar dari mulutnya.

Pemandangan tersebut sebenarnya bukan hal yang bombastis, toh merokok bukan hal yang langka, dan untuk ukuran anak kecilpun kita sudah pernah menjumpai, seperti Sandi si anak Malang yang memiliki kebiasaan merokok, hingga beritanya menggemparkan media masa beberapa saat lalu. Tapi jika kita mau menggunakan empati kita sedikit saja maka ada kegetiran yang sangat, manakala menyadari bahwa rokok telah benar-benar menggeser pola pikir (mind set) akan sesuatu yang jelas-jelas tidak benar menjadi wajar, terlebih lagi adanya dukungan pasar.

Secara lebih mendalam maka kita jumpai adanya stigmanisasi sistemik pada rokok.  Dengan merubah kuantitas tembakau menjadi permen tanpa merubah tampilan luarnya, maka  tiada bedanya dengan kita mengelabui  anak-anak. Ibarat meminumkan obat yang pahit dengan air gula. Lebih parahnya lagi, konsumen dari rokok abal-abal ini adalah anak-anak, maka tak usah menunggu Kak Seto pasang muka masam atau psikolog Tika Bisono berargumen panjang lebar, tanpa terlisanpun kita bisa mendengar, “karena masih kecil maka merokoknya pake yang permen aja, nanti kalau sudah gede baru rokok yang beneran” macam itulah mungkin pesan yang hendak disampaikan si pembuat rokok mainan.

Penulis : Khoirul Hidayati, alumnus mahasiswa IAIN SUNAN AMPEL Surabaya angkatan 2011, aktif di organisasi Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII). Belajar menulis dengan bergabung di Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) ARRISALAH IAIN Sunan Ampel Surabaya. Saat ini tengah bekerja pada salah satu media cetak di Surabaya.
»»  Baca Selanjutnya...

Sumpah Pocong Solusi Hukum



Di salah satu sudut makam Sunan Bejagung Lor (utara) Tuban, terdapat tiang untuk sumpah pocong bagi penyelesaian akhir masalah oleh masyarakat guna mencari kebenaran di luar jalur hukum. ketika jalur hukum formal tidak mampu memberikan kepastian hukum yang adil.

Tiang berukuran panjang 3 m, tinggi 2 m terbuat dari kayu jati, berada di sebelah barat daya masjid Sunan Bejagung lor (utara) Desa Bejagung Kecamatan Semanding Tuban, dipercaya ampuh oleh masyarakat guna menyelesaikan persoalan antar masyarakat untuk mencari kebenaran, jika tidak dapat diselesaikan melalui saluran yang ada, baik saluran musyawarah maupun norma hukum yang berlaku di Indonesia.


Menurut Ketua ISHI (Ikatan Sarjana Hukum Indonesia) Cabang Tuban, Sudjarwoto Tjondronegoro mengatakan, “Sumpah pocong memang tidak diatur dalam hukum positif, hukum adat maupun hukum Islam di Indonesia, namun demikian memberi solusi alternatif bagi yang mempercayainya untuk pembuktian kebenaran para pihak yang bersengketa,“ ujar lelaki yang juga dosen negeri yang diperbantukan di perguruan swasta Tuban itu. “Saya setuju hal ini dilakukan, jika semua saluran jalur hukum yang ada sudah buntu, karena akan memberi dampak sosial religius yang luar biasa bagi yang bersangkutan, di tengah masyarakat dapat mengikat sebagai sangsi moral,“ imbuhnya.

Kegiatan sumpah pocong yang terakhir dilakukan di tiang keramat tersebut tentang sengketa masalah tanah, antara pihak salah satu pegawai bank asal dalam kota Tuban dengan warga asal plumpang dipimpin oleh KH. Adullah faqih langitan (almarhum) proses sumpah pocong diawali dengan memasuki cungkup Sunan Bejagung Lor, lalu kedua belah pihak melewati dengan memutar sebanyak tiga kali kemudian dikafani seperti orang meninggal lengkap dengan tali pocong tiga, dan di talkin di masjid seperti mayat di liang lahat.

Juru kunci Mbah Kolik (56 th) mengatakan, “Kalau akan sumpah pocong harus ada persetujuan dari MUSPIKA setempat, jika tidak kami tidak berani melaksanakan, disamping demi keamanan juga pemangku wilayah agar mengetahui mas,“ ujar bapak tua yang tempat tinggalnya tak jauh dari komplek makam tersebut. “Dari pengalaman yang sudah terjadi tidak sampai satu minggu yang berbohong akan menemui ajalnya, dengan berbagai sebab,“ tambahnya. Ketika di Tanya wartawan sosialnews dengan maraknya korupsi di tanah air yang tak kunjung tuntas, tempat keramat sumpah pocong tersebut apakah bisa menyelesaikan itu? Mbah Kolik menjawab, “Bisa mas, untuk memberantas koruptor di Negara ini, aku juga geregetan kog hasilnya muter-muter terus, biar sing becik ketitik, sing salah bakal mlumah (yang benar akan kelihatan dan yang betul salah akan terlentang/mati) ujarnya meyakinkan.

Salah satu kiai ustad Ainur Rofiq pondok langitan asisten Gus Ubaidilah Faqih pewaris pemangku pondok langitan sepeninggal beliau, mengatakan “Dalam Agama Islam yang syah dalam sumpah itu ada dua, “ BILLAHI dan WALLAHI, semua atas nama ALLAH, dan yang lain itu keyakinan atau tradisi,“ jelasnya. “Namun demikian sumpah pocong syah-syah saja, karena itu dianggap keyakinan dan tradisi masyarakat mas,“ mengakhiri penjelasanya.

»»  Baca Selanjutnya...

Mucikari Gulung Tikar, Bos Karaoke Maju Tak Gentar


( sosialnews.com )  -  Ada gula ada semut, ada permintaan ada persediaan, ada Tuhan ada setan, begitu juga geliat prostitusi dan hiburan malam di Kabupaten Tuban, sang mucikari dan anak perinya pontang-panting diobrak-abrik operasi, akhirnya mucikari pada gulung tikar namun para bos karaoke maju tak gentar. Selasa (05/06).

Seribu kali operasi dilakukan penyelenggara pemerintahan atas dasar ketertiban dan kemaksiatan, melibatkan berbagai sector dan Satpol PP sebagai liding sektornya. Namun lagi-lagi itu tidak menuntaskan masalah penyakit masyarakat berupa prostitusi, narkoba dan minuman keras, tiga komponen yang terhubung benang merah tersebut akan tambah runyam yang di perlakukan beda oleh aparat.

Dalam hal penuntasan prostitusi aparat main babat tanpa melihat, sehingga banyak mucikari dan PSK menjadi sekarat. dilihat setelah keluar dari Kota Babat sampai pada Kecamatan Bancar di ujung barat. Aroma prostitusi juga meluber hampir di seluruh wilayah kota kecamatan ada, yang berkoloni dalam jumlah besar yang sering disebut komplek pelacuran ada yang bergerombol beberapa rumah saja dengan kegiatan terselubung warung makan atau minum yang biasa degan sebutan warung remang remang. Untuk pola-pola seperti ini sering dilakukan operasi rutin atau mendadak oleh petugas pemerintah daerah, sehingga banyak para mucikari dan PSKnya di gelandang untuk diproses selanjutnya, baik berupa pembinaan maupun tindakan melawan hukum sebagai perbuatan asusila. Hal ini yang membuat para mucikari lama-kelamaan gulung tikar/bangkrut.

Pemandangan berbeda dapat dijumpai di pusat-pusat rumah hiburan yang biasa di sebut karaoke, kegiatan usaha hiburan malam yang dibungkus dengan mendendangkan lagu-lagu tersebut, juga menyediakan jasa wanita pemandu tamu/pengunjung, yang rawan akan kegiatan menjurus ke arah prostitusi, peredaran narkoba dan sajian minuman keras. Rumah-rumah hiburan dapat dijumpai dari timur Kabupaten Tuban dari Desa Mrutuk dan Pakis sampai pada barat kota tepatnya Desa Sugihwaras yang terkenal dengan julukan Ndasin, rumah hiburan karaoke berjumlah puluhan tersebut mempekerjakan wanita pendamping, yang biasa disebut purel sampai menembus angka ratusan, yang datang dari hampir beberapa kota di jawa. Hal ini terus menjamur seiring dengan para pekerja pendatang maupun para masyarakat pencari hiburan malam.

Dari pola atau model sajian hampir sama dengan para mucikari dengan PSKnya, namun aktifitas rumah hiburan yang biasanya dimiliki seseorang yang biasanya di sebut Bos karaoke, seolah tak tersentuh oleh operasi penyakit masyarakat secara maksimal sehingga para Bos-bos karaoke tetap tegar maju tak gentar. “Tetap saja beraktivitas rumah karaoke itu, meski kadang ada opersi dilakukan, karena bayar pajaknya mahal mas,“ ujar salah seorang yang tidak mau disebutkan identitasnya disekitar lokasi hiburan di salah satu malam barat Kota Tuban pada Kamis (31-05) malam.

Kenapa fenomena itu terjadi ?
Dari penelusuran sosialnews.com ada beberapa indikasi diantaranya: rumah hiburan malam karaoke sering digunakan untuk melepas penat dari rutinitas pekerja, tempat pilihan untuk melakukan persamuan/entertaince kolega usaha atau lainya, terindikasi ada oknum orang kuat yang berada di belakangnya secara tidak langsung, adanya fasilitas free room bagi seseorang atau kelompok karena jabatan dan profesinya /konflik interest, dan masih banyak indikasi lain.

»»  Baca Selanjutnya...

Rumah Karaoke ala Wong Ndeso di Tuban

(sosialnews.com) - Rumah Karaoke ala Wong Ndeso di Tuban. Heboh membicarakan pro dan kontra konser Lady Gaga yang dianggap menebarkan aroma maksiat, tidak demikian dengan di salah satu sudut Bumi Wali Tuban yang dikemas dalam musik gamelan dan karaoke koplo untuk mengiringi minum toak dirindang jajaran pohon asem di Desa Dempel Kecamatan Plumpang Kabupaten Tuban, Sabtu (02/06).

Lorong jalan beraspal yang rindang oleh jajaran pohon asem tua dan semilir angin sepoi – sepoi, berderet beberapa warung yang nampak dari luar sangat sederhana, terbuat dari dinding anyaman bambu bertiang bambu pula dengan lantai dibiarkan beralaskan tanah hitam, berderet beberapa meja dan kursi panjang. Di salah satu meja utama tersedia berbagai minuman beralkohol dari botol/pabrik sampai minuman khas lokal dari pohon siwalan yang terkenal dengan nama toak lengkap dengan gelas tradisional dari bambu, orang lokal menyebutnya centhak.

Menjelang matahari naik tinggi seiring itu pula datang satu persatu penjaja gadis belia memasuki warung-warung itu, untuk memberi servis sebagai pramu saji pada tamu yang akan berkunjung dari berbagai kota di sekitar Tuban, baik yang datang berkelompok bersama kolega maupun yang datang sendiri-sendiri. Para pengunjung datang untuk memanjakan diri menikmati berbagai macam minuman, namun yang paling laris biasanya minuman toak. Tersedia juga aneka macam camilan/makanan sebagai penghantar menemani minum-minuman yang biasa di sebut tambul.


Tidak berhenti disitu, di tempat tersebut juga mangkal sekelompok pemusik gamelan janggrung, yang beranggotakan beberapa orang laki-laki sebagai pemusik dan beberapa wanita cantik berperan sebagai penyanyi, judul lagu disesuaikan pesanan pengunjung guna menambah eksotis dan meriah syahdu suasana, sesekali terdengar gelak tawa yang membahana para pengunjung yang larut dalam tarian-tarian. Bahkan tidak sedikit yang terlihat sempoyongan tertatih-tatih. Aktivitas ini berlangsung sampai larut hari. “Kami disewa Rp 50.000/jam oleh pengunjung dan masih dibagi dengan bos warung mas, kadang juga dapat saweran dari pengunjung,“ papar Darmin 60 tahun salah satu panjak (penabuh gamelan).

Saat kontributor sosialnews.com menanyakan pada juragan pemilik warung Darmisih umur 40 tahun, ”Untuk menyambung hidup saya membuka warung disini,” ujar wanita setengah baya bertubuh sintal tersebut. “Kalau minggu ramai sampai meluber ketepian jalan mas,” tambahnya. Di tempat ini juga disediakan pemilik warung, pramusaji yang muda dan cantik agar pengunjung betah berlama-lama dan menghabiskan banyak dagangan.

Sebut saja Anggrek (nama samara) salah satu wanita muda belia yang tugasnya menemani pengunjung mengatakan, “Saya harus berpakaian seksi untuk membuat pengunjung betah berlama-lama menikmati semua yang tersedia disini,“ ujar wanita asal kota Tuban tersebut. ”Saya dibayar Rp 25.000 dari jam 11.00 – 17.00 wib oleh bos mami, namun lumayan juga, cari kerjaan ya susah, meski katanya kota ini banyak pabrik mas “ kata wanita yang suka bercelana jeans ketat tersebut. “Kadang dapat tambahan saweran, kalau disuruh menyanyi karaoke sama pengunjung, apalagi mau di colek-colek dikit mas,“ bisiknya sambil tertawa.
»»  Baca Selanjutnya...

Uang 52 Juta Milik Juragan Gabah Raib Digondol Maling



Kali ini korbanya seorang pengusaha gabah yang baru saja keluar dari Bank BCA cabang Babat-Lamongan, dengan membawa uang sebesar lima puluh juta rupiah (Rp 52.000.000) yang akan dipakai untuk membeli Gabah di Kecamatan padangan, raib digondol maling. Kamis (14/06) seitar jam 15.00 sore tadi.

Saat kejadian korban Sapari warga Desa Banjartal Kecamatan Balen-Bojonegoro. yang menumpang Truck S 8477 B, bersama Safi’i pengemudi trucknya warga Desa Ngadiluhur, Kecamatan Balen, Bojonegoro keluar dari Bank BCA Cabang Babat Kabupaten Lamongan, berjalan ke arah barat menuju Kecamatan Padangan, Kabupaten Lamongan.

Baru sampai setengah perjalan tepatnya di kecamatan Balen, dua orang yang diduga pelaku memberi tahu kepada korban kalau roda trucknya sebelah kiri gembos, namun korban tetap melanjutkan perjalanannya dan baru berhenti setelah sampai ditempat penambal ban, di Desa Dalenrejo Kecamatan Balen, untuk melihat kondisi roda trucknya, ternyata benar apa yang dikatakan oleh dua orang tak dikenal tadi, kemudian Safi’i meminta pada Zainal Arifin tukang tambal ban ditempat tersebut untuk melepas, dalam proses pelepasan ban yang bocor sedang dilakukan oleh korban dan Safi’i dan dibantu oleh Zainal Arifin, tiba-tiba korban mendengar ada yang menutup pintu sebelah kanan truck miliknya.

Karena merasa curiga dengan uang sebesar 52 juta rupiah yang baru saja diambil dari Bank BCA, yang akan dipakai untuk membeli gabah ditaruh di belakang kursi (jok) sopir, kemudian korban berusaha untuk memeriksanya, saat dilakukan pemeriksaan, korban sudah tidak menemukan lagi uang tersebut di tempat semula. “Saat itu saya sedang perjalanan menuju ke barat untuk mengambil gabah, mungkin pelakunya adalah orang yang mengingatkan saya tadi, ada dua orang dengan mengendarai motor Megapro,” ucap Safi’i sopir truck saat dilakukan pemeriksaan di Mapolsek Balen.

Dengan adanya kejadian ini Polres Bojonegoro mengerahkan pasukanya untuk mengejar pelaku dan melakukan olah TKP yang di lakukan Tim identifikasi, setelah dilakukan pemeriksaan, di salah satu roda truck ditemukan ada Tiga paku plat baja yang biasa dipakai para pelaku lainya saat beraksi dengan sasaran para nasabah Bank.

Akp, Soesilo Teguh, Kapolsek Balen saat dikonfirmasi di lokasi, membenarkan adanya tindak kejahatan curat, dengan korbanya seorang pengusaha gabah, pelaku melancarkan aksinya dengan cara membuntuti calon korbannya yang baru keluar dari sebuah Bank, kemudian saat dalam perjalanan, pelaku menembak roda kendaraan yang digunakan korban, dengan menggunakan paku yang terbuat dari plat baja berbentuk leter U, “Saat kita lakukan pemeriksaan di roda belakang sebelah kiri kita temukan paku yang masih menancap, dan saat ini masih kita lakukan pemeriksaan pada korban dan saksi-saksi saat kejadian,” kata Soesilo.

Pihaknya juga menghimbau pada masyarakat luas, “Bila dalam perjalanan dengan membawa barang berharga atau uang, saat di tengah perjalanan ada yang mengingatkan roda ban kempes dan mncurigakan sebaiknya segera mencari tempat aman dan meminta bantuan petugas terdekat untuk mengamankan,” imbuh Kapolsek. “Selain itu juga tidak ada pungutan biaya dari pihak petugas, dan silahkan meminta bantuan,” ucapnya.
»»  Baca Selanjutnya...

Pemkab Tuban Berencana Genjot Produksi Buah Melon



Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tuban melalui Dinas Pertanian, Peternakan dan Kehutanan (DPPK), berencana menggenjot produksi buah melon. Upaya ini dilakukan menindaklanjuti kebijakan Pemerintah Propinsi (Pemprop) Jawa Timur (Jatim) yang melarang masuknya buah-buahan impor per April lalu. “Gubernur sudah mengeluarkan Surat Keputusan tentang larangan produk holtikultura, yakni buah dan sayur-sayuran impor masuk Jatim,” jelas Ir. H. Koesno Adiwijoto, Kepala DPPK Tuban, Senin (11/6).

Menurut Koesno, kebijakan itu sangat tepat untuk melindungi produk buah lokal yang semakin terdesak buah-buahan impor. Padahal buah impor yang beredar di pasaran tersebut, kata Koesno, kurang baik dikonsumsi lantaran mengandung zat berbahaya. Setidaknya ada empat zat yang membahayakan kesehatan pada buah impor, yakni toksin jamur, perafin, merkuri dan pestisida. Semua zat itu, terutama perafin, ditengarai sangat berbahaya bagi usus.

Ditambahkan, Ada 60 jenis buah impor dari 40 negara yang masuk ke Indonesia. Jatim adalah satu dari enam pintu masuknya buah-buah impor tersebut, padahal produksi buah local juga potensial. “Agar potensi prosuksi buah yang besar itu bisa member mafaat ekonomis langsung pada petani, ya kita harus cegah intervensi buah impor ke pasaran local,” jelas Koesno.

Untuk Tuban sendiri, lanjut Koesno, akan diprioritaskan sebagai wilayah produksi melon. Pertimbangannya, kondisi tanah di Tuban sangat cocok untuk budidaya buah yang memiliki nama latin Curcumis melo ini. Selain kandungan kapurnya lumayan tinggi, curah hujan di Tuban relative rendah. Tidak main-main, rencananya budidaya melon ini bakal dilakukan di seluruh penjuru kabupaten Tuban. Diharapkan upaya tersebut mampu meningkatkan produksi melon hingga permintaan pasar tetap bisa terpenuhi kendati melon impor yang kebanyakan didatangkan dari Cina distop. “Rencananya awal Juni program melonisasi ini sudah kita mulai. Tapi cuaca masih belum memungkinkan. Masih sering hujan,” tambah Koesno.

Namun sejumlah pihak mengaku kurang sependapat apabila program melonisasi tersebut dipaksakan di semua tempat. Suwoto, Kepala Unit Pelaksana Tehnis (UPT) Dinas Perekonomian dan Pariwisata untuk wilayah Kecamatan Semanding,Kecamatan Rengel dan Kecamatan Grabagan, menilai program itu bisa jadi boomerang bagi petani dan Pemkab sendiri jika dilaksanakan serentak di seluruh wilayah Kabupaten. Menurut Suwoto, lebih baik apabila Pemkab membudidayakan berbagai jenis buah yang sesuai dengan kondisi tanah di Tuban, bukan satu jenis buah saja, sehingga tidak mendorong timbulnya over supply melon akibat tingginya produksi. “Apa tidak lebih baik pakai model one village one product? Kalau masing-masing tempat punya produck buah unggulan, pasar tidak terganggu dan malah meningkatkan posisi tawar petani terhadap pasar,” kata Suwoto beralasan.

Suwoto sendiri mengaku belum mengetahui secara pasti berapa kebutuhan buah per hari-nya di Tuban. Sampai hari ini, kata Suwoto, belum ada data resmi mengenai hal itu. Demikian halnya dengan berapa serapan pasarnya, juga belum ada data yang bisa dijadikan acuan. Padahal menurutnya, data-data tersebut sangat penting untuk menghitung potensi produksi dan permintaan pasarnya, sehingga program peningkatan produksi buah local itu tidak justru memperlemah posisi tawar petani buah. “Jika hal ini terjadi, maka petani pun akan kembali enggan menaman buah, terutama melon. Dengan kata lain, proyek ini akan gagal,” kata Suwoto.
»»  Baca Selanjutnya...

Buntut Kisruh Kwan Sing Bio, FPPTIT Demo Kemenag Dan DPRD


Forum Peduli Penyelamat Tempat Ibadah Tridharma (FPPTIT) Kwan Sing Bio dan Tjoe Ling Kiong Tuban melakukan aksi unjuk rasa untuk menyampaikan sejumlah tuntutanya, di Kantor Kementrian Agama Kab. Tuban, dan DPRD, Kamis (14/06/2012).
Aksi demo yang diikuti puluhan warga tionghoa dengan menggunakan sejumlah spanduk bernada kecaman serta dilengkapi soud system ini menyampaikan adanya ketidak beresan dalam proses pemilihan Pengurus dan Penilik TITD Kwan Sing Bio Tuban.
Ketua Forum FPTTIT, Go Tjong Ping dalam orasi dan selebaranya menyampaikan bahwa Majelis Tinggi Agama Kong Hu Cu (MATAKIN) dinilai sudah terlalu jauh terlibat dan turut campur dalam kepengurusan TITD Kwan Sing Bio.
Sedangkan MATAKIN bukan merupakan bagian dari Kwan Sing Bio, melainkan sebuah organisasi keagamaan yang terpisah dengan kepengurusan di Klentheng. Sehingga dituntut agar membuat tempat ibadah sendiri, agar tidak turut campur kepengurusan Kwan Sing Bio.
“Matakin agar membuat tempat ibadah sendiri, jangan ikut campur dalam TITD Kwan Sing Bio, yang telah bertahun tahun tidak ada gejolak, malah sekarang tidak karuan,” kecam Tjong Ping.
Selain itu, pendemo juga menyoal proses pemilihan kepengurusan harian dan penilik yang dinilai tidak sesuai dengan aturan yang berlaku, dan adanya campur tangan dari pihak lain. Panitia pemilihan Pengurus dan Penilik TITD Kwan Sing Bio dan TLK Tuban periode 2012 – 2015 harus diganti.
Pasalnya ketentuan yang telah ditetapkan bahwa tanggal 15 mei 2012 dan pemilihan pada tanggal 5 Juni 2012 batal dilakukan tanpa alasan yang jelas.
Di Kantor Kementrian Agama Kab. Tuban, para pendemo ditemui langsung oleh Kepala Kemenag Tuban, Drs. H. Leksono, M.Pdi dan dihadiri Kasubbag Humas Dan KOB Kementrian Agama Wilayah Jatim, dr. Fatkhul Arif.
Dalam hearing tersebut Fatkhul Arif menuturkan bahwa apa yang disampaikan oleh para aksi demo akan ditampung dan dilihat apakah tuntutan aksi demo itu benar atau hanya dugaan. Kemudian Kemenag Tuban akan nelakukan hearing dengan Matakin yang dianggap telah melakukan intimidasi dan kecurangan.
“Kami akan melakukan mediasi antara kedua belah pihak, kalau memang Matakin ada pelanggaran maka kita mediasi dengan baik, sebaliknya apabila tidak maka tuntuta merekan salah.” jelasnya.
Sedangkan menurut Kepala Kemenag Tuban, Leksono mengatakan bahwa, pihaknya akan selalu memberikan fasilitas komunikasi kepada semua agama yang disahkan oleh pemerintah, karena semuanya memiliki hak yang sama.”Kami akan selalu membimbing adanya kerukunan antar umat beragama,” jelasnya.
Sementara itu, saat FPPTIT menggelar aksi di DPRD Tuban mendapat tanggapan dari anggota Komisi C DPRD Tuban. Berjanji akan mempertemukan antara pendemo dengan Matakin.”Kami kan sudah bilang sebelumnya, bahwa kami akan melakukan mediasi dengan pihak terkait, agar terjalin kesepakatan,”ungkap Suwarto, Anggota Komisi C.
Foto : Anggota FPPTIT saat menggelar aksi unjuk rasa di Kemenag Tuban
»»  Baca Selanjutnya...

Paranormal Tuban Prediksi Kroasia Juara Euro 2012


Pertandingan sepakbola untuk memperebutkan Piala Eropa (Euro) 2012 yang akan dimulai pada tanggal 8 Juni 2012. Sejumlah pecinta bola sudah memiliki jago tersendiri dan mulai memprediksikan untuk tim dari negara mana yang akan mampu menjadi juara. Rata-rata, mereka menjagokan tim-tim dari negara besar untuk menjadi juara.

Namun, berbeda dengan apa yang telah diprediksikan oleh salah satu paranormal di Kabupaten Tuban. Paranormal yang juga menjadi penggila bola tersebut memprediksikan dalam Euro 2012 ini akan menjadi kesempatan bagi tim-tim kecil yang akan mampu menjadi juara.

"Itungan dari sejarah kalau prediksi saya untuk tahun 2012 ini yang akan menjadi juara dalam piala Euro adalah tim yang masih kecil dan tidak diperhitungkan, juaranya adalah tim yang 'Nggladrah' (masih belum diperhitungkan)," ujar Ki Sukoco Duto Wardoyo, Kamis (07/06/2012).

Selain itu, Sukoco menerawang bahwa selama pertandingan piala Euro 2012 ini akan banyak tim sepakbola yang sudah besar mengalami kekalahan akibat dari faktor cuaca. Faktor lain adalah banyak pemain yang semangatnya akan kendor sehingga tidak bisa untuk menjadi juara.

"Yang jelas untuk tim besar seperti tim Spanyol tidak akan bisa menjadi juara pada tahun ini. Paling hanya bisa masuk delapan besar. Saya memprediksi yang akan menjadi juara adalah tim negara Kroasia," pungkas Paranormal yang tinggal di Kelurahan Doromukti, Kecamatan Kota Tuban itu.
»»  Baca Selanjutnya...

Laptop Branded Masih Jadi Incaran Pembeli


Beragam merek Laptop bermunculan yang menawarkan berbagai keunggulan. Namun, masyarakat Tuban ternyata masih banyak yang memilih Laptop dengan merek yang sudah terkenal.
Seperti yang diungkapkan Imam, pemilik toko komputer, Rabu (13/06/2012) mengatakan konsumenya  lebih banyak yang memilih Laptop dengan merek suda ternama. Meskipun harganya lebih mahal jika dibandingkan dengan merek yang baru muncul.“ Yang paling banyak peminatnya merek Accer sama Toshiba,” ujarnya.
Ternyata para konsumen juga tidak terlalu memilih spesifikasi komputer jinjing yang akan dibeli. Namun, biasanya yang paling banyak dicari adalah processor core I3 dan core I5. ”Saat ini dua itu yang paling canggih, Orang carinya yang itu . Untuk fitur lain nggak terlalu penting,” Imbuh Imam.
Harga Laptop dibandrol Rp. 6 Juta sampai 15 juta. Namun, menurut dia, yang paling sering dibeli konsumen adalah Laptop Accer dengan harga Rp 5 juta dengan cash ataupun kredit.
“Meski kami melayani kredit , kebanyakan pembeli membayar cash, hari ini saja kami sudah menjual 19 Laptop kepada pembeli,” kata Iman.
»»  Baca Selanjutnya...

Ayo, Budayakan Minum Susu !


Susu memiliki kandungan nutrisi lengkap dan mudah diserap oleh tubuh. Namun sayang konsumsi susu di Tanah Air masih tergolong rendah. 

Berdasarkan hasil Survei Euromonitor & Internal Tetra Park 2011, konsumsi susu Indonesia hanya 12,8 liter per kapita per tahun.Jumlah ini jauh di bawah Malaysia yang mencapai 50,8 liter per kapita per tahun, India 47,1 liter,bahkan Vietnam 14,3 liter.

“Jika dirata-ratakan,orang Indonesia hanya minum susu sembilan hari sekali.Konsumsinya masih rendah,padahal kandungan gizinya sangat banyak,”ujar dokter spesialis gizi klinik dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Dr dr Fiastuti Witjaksono MSc MS SpGK saat media outing Ultra Milk Low Fat High Calcium bertajuk Be Smart & Healthy - the Natural Way di Jadul Village,Bandung,Jawa Barat.

Fiastuti memaparkan,susu mengandung semua zat gizi bahan pembangun tubuh.Karbohidrat misalnya,berbentuk laktosa yang tidak terlampau manis.Selain sebagai sumber tenaga,laktosa susu tidak merusak gigi.Ada protein,yang penting untuk pertumbuhan anak, mengganti bagian sel yang rusak,serta memproduksi hormon dan enzim dalam tubuh. Susu juga mengandung lemak.

Lemak susu adalah sumber vitamin larut lemak,seperti vitamin E,A,D, dan sumber asam lemak esensial serta hormon.Minuman berwarna putih ini kaya vitamin B1,B2,B6,dan niacin.Susu juga mengandung vitamin C yang penting untuk mencegah kerusakan pembuluh darah,tulang rawan,otot,dan tulang. Masih banyak kandungan gizi lain yang penting dalam susu.Sebutlah kalsium dan fosfor yang baik untuk pertumbuhan tulang dan gigi.Magnesium yang penting untuk pembentukan tulang,protein,dan fungsi syaraf.

Zincmineral penting untuk pertumbuhan,meningkatkan daya tahan tubuh,dan mempercepat penyembuhan luka. Dengan begitu ”membeludaknya” zat gizi penting dalam susu,dia menuturkan, tidak benar jika mengonsumsi susu membuat gemuk.”Dalam 100 gram susu,kalorinya hanya 65 kkal.

Sementara,tempe bisa sampai 200 kkal.Tidak tepat jika susu memicu kegemukan,mungkin makanan lain yang membuat naiknya berat badan,” ucap Fiastuti. Intinya,kata Fiastuti,susu diperlukan semua kelompok umur atau life cycle,mulai bayi hingga kakek-nenek. Bayi yang baru lahir misalnya,minum susu penting untuk pembentukan dan perkembangan fisik dan otak.Bagi anak-anak,remaja,orang dewasa, dan lanjut usia,susu menjadi sumber protein,kalsium,dan vitamin B12.

Dia mengungkapkan,susu bermanfaat dalam menjaga kesehatan tulang dan mencegah osteoporosis karena kandungan kalsiumnya.Diketahui, kepadatan tulang manusia akan berangsur memudar seiring usia. Setelah mengalami puncak pada usia 30 tahun,tubuh tidak cukup mampu lagi membentuk tulang baru. Bisa juga karena penyerapan tulang yang sudah berusia tua terlalu banyak,maka terjadilah osteoporosis.

Meski terlihat super,susu juga punya kelemahan.Minuman sehat ini mudah mengalami kerusakan karena paparan bakteri.Pada suhu kamar, susu hanya bertahan maksimal empat jam setelah pemerahan. Karena itu,untuk memperpanjang daya simpan dan keamanan pangan, susu perlu perlakuan khusus.

Misalnya didinginkan,dipanaskan, dipasteurisasi atau disterilkan,serta pengemasan yang tidak mudah rusak. Ada juga proses UHT (ultra high temperature).Ini adalah proses pemanasan susu hingga 135–140 derajat Celsius selama 2–4 detik saja. Tindakan pemanasan ini efektif untuk mensterilkan susu dengan membunuh semua bakteri,baik patogen maupun pembusuk,tanpa merusak kandungan gizi susu tersebut.

”Susu UHT yang disimpan secara aseptik dapat bertahan lama di suhu ruangan selama enam sampai sepuluh bulan selama kemasan belum dibuka.Jika sudah kemasan sudah dibuka,harus di simpan di lemari pendingin,”imbuh Fiastuti. Ultra Milk Low Fat High Calcium adalah satu contoh produk susu UHT produksi PT Ultrajaya Milk Industry Tbk yang bercita rasa murni dan alami tanpa bahan pengawet.

“Ultra Milk Low Fat High Calcium adalah solusi tepat bagi pribadi modern karena merupakan susu cair murni hasil proses UHT dengan kandungan nutrisi dari alam tanpa penambahan zat artifisial untuk tubuh yang sehat dan kuat, tanpa takut gemuk.Masyarakat harus tahu bagaimana cara untuk hidup yang lebih sehat dengan teliti dalam menentukan pilihan yang tepat,”kata Siska Susryaman,Head of Marketing PT Ultrajaya Milk Industry Tbk.
»»  Baca Selanjutnya...

Manfaat Susu Bagi Tubuh


Sebagai sumber kalsium, fosfor, magnesium, dan protein, susu sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan tulang dan gigi. Selain itu susu juga mempunyai manfaat sebagai berikut:

Mengurangi tekanan darah 
Penelitian menunjukkan bahwa mengonsumsi tiga gelas susu setiap hari, disertai dengan lima porsi buah dan sayuran, terbukti dapat mengurangi tekanan darah.

Memperkecil risiko diabetes 
Kebiasaan minum susu low fatdapat membantu mengurangi risiko terserang penyakit diabetes yang bisa menyerang orang dewasa, remaja, ataupun anak-anak.

Mencegah kanker 
Penelitian terkini di Swedia menunjukkan bahwa laki-laki yang minum dua gelas susu atau lebih, memiliki risiko terkena kanker 35% lebih kecil daripada mereka yang mengonsumsi susu lebih sedikit. Kalsium dan lemak alami pada susu yang disebut Conjugated Linoleic Acid (CLA) juga telah diakui sebagai komponen pelindung tubuh dari bahaya kanker kolon.

Mempercantik kulit 
Susu dapat menjaga kelembutan dan kehalusan kulit. Susu sangat baik bagi Anda yang memiliki jenis kulit kering. Kandungan asam laktat dalam susu dikenal bisa menghilangkan sel kulit mati sehingga dapat meremajakan kulit.

Penetral racun 
Susu dapat menetralkan racun, seperti logam, timah, dan cadmium dari bahan makanan lain yang diserap oleh tubuh.

Mencegah insomnia 
Kandungan susu dapat merangsang hormon melatonin sehingga mata akan cepat mengantuk.

Menjaga kesehatan pencernaan 
Susu bisa dijadikan sebagai minuman pembuka yang baik dengan semua kandungan nutrisi di dalamnya. Buat Anda yang sering terlambat makan, bisa mengawalinya dengan segelas susu hangat agar kesehatan pencernaan tetap terjaga.
»»  Baca Selanjutnya...

Tak Dipakai untuk DPT, E-KTP Sia-Sia


SURABAYA – Program E-KTP yang ditargetkan selesai akhir 2012 harus dapat dipakai sebagai dasar penetapan DPT (Daftar Pemilih Tetap) Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jatim 2013 mendatang. Jika tidak, program E-KTP dinilai sia-sia. 

Anggota KPU Jatim Nadjib Hamid berharap data DPT ditetapkan berdasarkan hasil e-KTP. Agar peluang keberadaan pemilih ganda dapat diminimalisir. ”Kalau e-KTP tidak dipakai untuk DPT,maka program e-KTP sia-sia,” ujarnya kemarin. Dia memperkirakan, pelaksanaan Pilgub Jatim pada bulan September atau Oktober 2013. Dengan demikian, diperkirakan penetapan DPT sudah dilakukan pada awal tahun 2013. Jika e-KTP Jatim rampung sebelum penetapan DPT oleh KPU Jatim, maka kemungkinan besar DPT Pilgub memakai hasil e-KTP sebagai basis datanya.

Namun jika penetapan DPT dilakukan sebelum e-KTP rampung, maka kemungkinan besar DPT ditetapkan berdasarkan jumlah penduduk yang tercatat di Dinas Penduduk dan Catatan Sipil (Dispendukcapil) Jawa Timur. Untuk Pilgub 2013 mendatang, pihaknya berharap hasil e-KTP dijadikan sebagai dasar penetapan DPT.Agar amburadulnya DPT tidak terjadi dalam Pilgub Jatim kali ini. ”Semoga tidak seperti Pilgub DKI Jakarta yang DPT-nya bermasalah. Kami ingin Pilgub Jatim berjalan lancar dan sukses,” tandas pria asal Lamongan ini.

Terpisah,Kepala Biro Administrasi Pemerintahan Setdaprov Jatim Suprayitno mengatakan masih belum dapat memastikan apakah DPT Pilgub 2013 akan menggunakan hasil e-KTP atau tidak. Untuk memastikannya, harus ada pembahasan terlebih dahulu antara Pemprov Jatim, DPRD Jatim, dan KPU (Komisi Pemilihan Umum) Jatim sebagai pihak penyelanggara. ”Nanti akan kami bahas bersama dulu. Kami juga belum tahu, kapan KPU Jatim akan memulai tahapan Pilgub,”kata dia.

Suprayitno mengatakan, ada beberapa kabupaten/kota yang sudah menyelesaikan program e-KTP. Namun, sampai saat ini masih belum ada satupun yang melaporkan hasilnya.” Kami masih belum menerima laporan hasil e-KTP,” tandasnya. Untuk seluruh Jatim yang terdiri dari 38 kabupaten/kota, ditargetkan program e-KTP selesai pada akhir tahun 2012 ini.Namun kemungkinan molor masih ada karena sejumlah kendala. ”Ada beberapa kabupaten/ kota yang kekurangan mesin. Sekarang saja kami fasilitasi peminjaman 14 unit mesin e-KTP dari Kota Surabaya untuk Lumajang dan Jember,” terangnya.

Sementara itu,dalam Koordinasi Pelaksanaan dan Penyelesaian Program e-KTP yang digelar April lalu di Gedung Negara Grahadi,Kementerian Dalam Negeri mencatat minimnya pencapaian target di dua kabupaten di Madura,yakni Sampang dan Pamekasan. Meski sudah menyatakan selesai, namun program e-KTP di Sampang hanya terealisasi 55,59% dan Pamekasan hanya 86,87% saja.

”Tapi kami mengakui data kami akurasinya masih diragukan,” akunya. Selain itu, ada juga yang justru over target seperti Kota Blitar 100,88%,Kota Pasuruan 102,32%, Kota Mojokerto 101,19%.
»»  Baca Selanjutnya...

Kasus Pencurian Kayu di Bojonegoro Tertinggi


BOJONEGORO – Kasus pencurian kayu di wilayah Bojonegoro menduduki peringkat pertama di Jawa Timur. Kasus pembalakan liar itu selain menimbulkan kerugian material juga berdampak merusak lingkungan. 

“Kasus pencurian kayu di kawasan hutan Bojonegoro tertinggi di Jatim,” ujar Administratur Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Bojonegoro, Abdul Hasan,kemarin. Kerugian akibat penjarahan hutan di wilayah Bojonegoro pada tahun 2011 lalu mencapai Rp2 miliar atau sebanding dengan 4.265 pohon jati. Kerugian itu naik sekitar 200% bila dibandingkan dengan tahun 2010 yang mencapai Rp573 juta atau sebanding dengan 3.300 batang pohon jati.

Menurut Abdul Hasan,kawasan hutan yang paling rawan terjadi pencurian yakni hutan di Dander, Gondang, dan Clebung. Pohon jati yang dicuri berumur sekitar 20-30 tahun dengan diameter rata-rata sekitar 15-20 sentimeter. Berbagai upaya dilakukan oleh Perhutani KPH Bojonegoro untuk menekan kasus penjarahan hutan. Di antaranya melakukan patroli bersama polisi di hutan, melibatkan warga sekitar hutan ikut menjaga hutan, hingga pengawasan pengiriman kayu yang diperketat. Upaya untuk menekan kasus pencurian kayu itu mulai ada hasil.

Sepanjang tahun 2012, kasus pencurian kayu di Hutan Bojonegoro cenderung menurun. Wilayah hutan KPH Bojonegoro yakni meliputi Bojonegoro, Parengan, Padangan, dan Jatirogo.“Kini polisi hutan dibantu polisi intens melakukan patroli di hutan untuk mencegah pencurian,” tukas Abdul Hasan. Kepala Kejaksaan Negeri Bojonegoro,Yuliardi,mengatakan, kasus pencurian yang telah diproses hukum cenderung turun tahun ini. Kasus pencurian kayu kebanyakan kasus kecil dengan barang bukti satu hingga puluhan batang kayu.

“Meski barang buktinya sedikit tetap diproses. Sebab, satu batang kayu jati tetap ada nilainya,” ujarnya. Tersangka kasus pencurian kayu jati pada tahun 2009 tercatat sebanyak 86 orang. Sedangkan, tersangka kasus pencurian kayu pada 2011 sebanyak 47 orang.Para pelaku penebangan liar atau illegal logging itu dijerat dengan Undang- Undang No19/2004 tentang Kehutanan dengan ancaman hukuman lima tahun penjara.
»»  Baca Selanjutnya...

Jalan Kaki ke Jakarta Bawa 50 Botol Lumpur

SIDOARJO – Seperti tak mengenal lelah, korban lumpur Lapindo terus memperjuangkan hak-hak mereka. Hari ini, Hari Suwandi, 44, korban lumpur Lapindo asal Desa Kedungbendo, Kecamatan Tanggulangin, Sidoarjo, berencana berangkat ke Ibu Kota dengan berjalan kaki. 


Hari akan dilepas ratusan korban lain pada pukul 11.00 WIB dari tanggul penahan lumpur di Porong. Dia akan menempuh perjalanan sejauh 827 kilometer. Selama perjalanan Hari akan ditemani Harto Wiyono, 42, korban lumpur asal Desa Jatirejo, Kecamatan Porong. Harto siap mengawal Hari dengan mengendarai sepeda motor. Hari tak banyak membawa bekal untuk perjalanan melewati jalur pantai utara yang akan melalui 17 kabupaten/ kota di Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat itu.

Dia hanya membawa 50 botol berisi Lumpur yang akan diberikan kepada setiap pimpinan daerah yang dilaluinya. Untuk membiaya perjalanannya, Hari akan menjual VCD yang mengisahkan penderitaan, duka dan nestapa para korban lumpur. ”Istri sudah ikhlas kalau saya jalan kaki ke Jakarta.Ini merupakan salah satu perjuangan untuk penyelesaian jual beli aset saya yang terendam lumpur,” ujar Hari Suwandi, yang kini tinggal di Desa Kejaksan, Kecamatan Tulangan, Sidoarjo, kemarin.

Sribati, istri Hari,mengaku ikhlas melepas suaminya ke Jakarta demi misi yang mulia yaitu menuntut pembayaran lahan warga yang tergenang lumpur. Selain ke Istana Negara dan Gedung DPR,Hari juga akan mendatangi Wisma Bakrie.“ Saya akan terus di Jakarta hingga mendapat kepastian bahwa ganti rugi untuk para korban lumpur sudah dilunasi,” ujar Hari. Kesabaran warga korban lumpur dalam penantian panjang mereka sepertinya telah mencapai garis batas. Sampaisampai muncul ancaman dari warga kepada Aburizal Bakrie, pemilik Bakrie Grup yang menguasai saham mayoritas Lapindo.

Pitanto,korban lumpur asal Desa Renokenongo,Kecamatan Porong, mengatakan, jika pembayaran aset korban lumpur belum diselesaikan,mustahil korban lumpur akan memilih Ical (Aburizal Bakrie). Dia mengatakan, Ical memang berhak mencalonkan diri dalam pemilihan presiden (Pilpres) 2014.Tapi warga korban lumpur juga berhak tak memilihnya.“ Jadi tidak mungkin kami memilihnya sebagai presiden jika pembayaran jual beli aset kami belum diselesaikan,” ujarnya.

Kekecewaan korban lumpur memuncak setelah enam tahun tanah dan rumah mereka terendam Lumpur, namun Lapindo belum menyelesaikan kewajibannya. Kekecewaan itu bisa dilihay dari banyak poster-poster bertebaran yang menghujat Aburizal Bakrie disekitar kawasan Lumpur beberapa waktu lalu. Bahkan dalam unjuk rasa beberapa waktu lalu, korban lumpur memblokade Jalan Raya Porong dan menurunkan baliho Aburizal Bakrie lalu membakarnya.Aksi ini sebagai bentuk kekecewaan korban lumpur yang selama ini, dijanjikan pembayaran tapi seringkali diingkari.

Korban lumpur berharap ada sosok pemimpin yang bisa mengayomi rakyatnya. Demikian, ketika permasalahan lumpur belum tuntas, jika Aburizal Bakrie berniat maju sebagai Capres harusnya pembayaran segera diselesaikan dan berupaya mengambil hati korban lumpur. ”Kami juga berpikiran, jangan-jangan pelunasan pembayaran aset kami sengaja diberikan menjelang Pilpres, dengan harapan korban lumpur bersimpati. Kami tahu mana yang baik dan tidak, mana yang sekedar mencari simpati atau yang benar-benar tulus,” kata Pitanto.

Musibah lumpur tidak akan pernah dilupakan korban. “Kami akan tetap ingat penderitaan akibat lumpur. Kalau Aburizal Bakrie maju capres, jangan salahkan kami jika tak memilihnya,”ujar Pitanto.

APBNP Harus Digugat 

Sementara itu, kucuran anggaran melalui APBNP 2012 untuk membantu korban semburan lumpur Lapindo harus digugat.Sebab para korban seharusnya menjadi tanggung jawab penuh Lapindo. Direktur Eksekutif Nasional Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Abetnego Tarigan mengatakan, Lapindo sebagai perusahaan eksploitator yang menyebabkan terjadinya semburan lumpur panas tersebut harus bertanggung jawab.

“Bagi kami, tetap PT Lapindo harus bertanggung jawab penuh menangani korban. Kalau tidak, ini akan menjadi preseden buruk bagi penanganan masalah eksploitasi pertambangan di Indonesia. Eksploitasi yang dilakukan perusahaan haruslah dibarengi dengan tanggung jawab penuh, jika ada akibat yang merugikan masyarakat dan lingkungan,” katanya di Jakarta kemarin.

Untuk mengantisipasi terulangnya hal serupa,Abetnego mengingatkan bahwa masyarakat yang bermukim di setiap perusahaan pengeboran dan eksploitasi harus solid dan terkonsolidasi. Banyak perusahaan eksploitasi yang memanfaatkan celah permainan hukum manakala masyarakat tidak terkonsolidasi dengan baik.
»»  Baca Selanjutnya...

Jatim Jadi Contoh Penanganan Lokalisasi


Keseriusan Jawa Timur dalam mengikis keberadaan lokalisasi membuahkan hasil. Jatim dijadikan sebagai percontohan nasional dalam model penanganan lokalisasi.

Kepala Biro Kesejahteraan Masyarakat (Kesra) Jatim Bawon Adhy Witoni mengatakan, penanganan wanita tuna susila (WTS) dan lokalisasi di Jatim dinilai cukup bagus. Terkait dengan model penanganan, Bawon menjelaskan, berdasarkan Surat Edaran (SE) Gubernur Jatim Nomor 460/16474/031/2010 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Prostitusi serta Perdagangan Perempuan dijelaskan bahwa menutup lokalisasi harus dilakukan dengan bertahap.

Cara yang dilakukan adalah dengan memberikan pelatihan secara mental maupun spiritual. Serta untuk menunjang kehidupan mereka melalui pelatihan keterampilan dan pemberian modal usaha. Gubernur juga meminta supaya mencegah bertambahnya jumlah penghuni baru di lokalisasi termasuk mencegah bertambahnya rumah yang dijadikan sebagai kegiatan prostitusi.

SE itu juga dipertegas lagi dengan SE Nomor 460/15612/- 031/2011 tentang Penanganan Lokalisasi WTS di Jatim yaitu dengan melibatkan segenap elemen masyarakat yang peduli terhadap penanganan lokalisasi dan WTS.Juga meningkatkan kerja sama antardaerah yang menjadi tujuan WTS dan juga daerah asal WTS. ”Jadi dalam penanganan WTS di Jatim juga diperlukan kerja sama dan kemauan kuat dari kabupaten dan kota. Kami akan terus mendorong kegiatan mereka dalam penanganan WTS,” ujar Adhy, 30 Mei 2012.

Lebih lanjut dijelaskan, pada 2011 lalu, pihaknya sudah memulangkan 345 WTS.Di antaranya 224 orang dari Blitar dan 121 orang dari Surabaya. Sedangkan pada 2012 ini ditargetkan bisa memulangkan 701 WTS ke tempat asal mereka. Langkah ini sudah dimulai dengan memulangkan 51 WTS yang biasa mangkal di lokalisasi Tambaksari dan Dolly serta Jarak. Sehingga dari jumlah WTS yang didata pada 2011 sebanyak 7.127 orang, saat ini masih menyisakan 6.731 orang.

Meski demikian, lanjut Bawon, pihaknya tidak bisa menargetkan sampai kapan program penanganan WTS bisa tuntas. 

”Yang penting adalah kualitas dari penanganan ini bukan dari sisi kuantitasnya,” ujarnya. 
Sebelumnya, Kepala Dinas Sosial M Idrus mengatakan,sejumlah lokalisasi akan dijadikan sebagai kawasan pusat perdagangan. 

”Untuk program pemulangan, kami juga memberikan pelatihan keterampilan, seperti salon kecantikan, menjahit dan lainnya. Selain itu juga memberikan uang modal bagi mereka,” tandasnya.

Ketua Komisi E DPRD Jatim Sugiri Sancoko meminta Dinsos membentuk kelompok kerja (pokja) pengawasan terhadap mantan PSK.Tujuannya agar mantan PSK tidak kembali ke lokalisasi.
»»  Baca Selanjutnya...

Madura Tolak Jadi Tempat Relokasi Lokalisasi


Usulan Direktur Jenderal Rehabilitasi Sosial Kementerian Sosial Syamsudi untuk merelokasi lokalisasi Pekerja Seks Komersial (PSK) di Jatim ke wilayah kepulauan mendapat tentangan keras anggota DPRD Jatim, khususnya dari Pulau Madura.

Anggota DPRD Jatim dari Daerah Pemilihan (Dapil) XI Madura Malik Effendi menilai, usulan tersebut tidak bermoral. Terlebih lagi jika relokasi dilakukan di ke Pulau Kangean. Malik mengatakan, Dirjen Rehabilitasi Sosial Syamsudi tidak memahami kultur masyarakat Jatim, khususnya Madura. 

”Saya berani bicara atas nama masyarakat Madura karena saya dari dapil Madura. Masyarakat Madura akan menentang usulan tersebut,” tandas Malik.

Polisi Partai Amanat Nasional (PAN) ini mengatakan, relokasi tempat prostitusi secara tidak langsung melegalkan prostitusi. Sementara Jatim sendiri secara berlahan terus melakukan upaya pemberantasan prostitusi. Tidak hanya itu, dikhawatirkan jika terjadi relokasi lokalisasi maka juga akan ada lokasi perjudian dan lainnya. Anggota DPRD Jatim dari Madura lainnya Badrut Tamam juga menentang keras relokasi tersebut, terlebih lagi jika ditujukan ke kawasan Madura.

”Madura sebagai kesatuan integral dari Jatim yang memiliki nilai nilai sosiologi yang khas dan meletakkan Islam sebagai spirit hidup, pasti akan menolak jika relokasi dilakukan di kawasan Kangean,” ujarnya. 

Bahkan dia juga mengancam, PKB bersama dengan para kiai akan melakukan aksi besar-besaran untuk menolak relokasi lokalisasi ke kawasan Madura.

Badrut juga menyatakan siap mundur dari anggota DPRD Jatim jika relokasi lokalisasi benar-benar dilakukan di kawasan Madura atau Pulau Kangean.”Saya akan terus berjuang supaya Madura tetap sebagai pulau yang Islami dan jauh dari tempat perzinaan dan kemaksiatan,” tegasnya. 

Sebelumnya, Dirjen Rehabilitasi Sosial Kementerian Sosial Syamsudi mengusulkan relokasi lokalisasi ke kawasan kepulauan.

Namun dia tidak menyebutkan pulau maka yang akan digunakan sebagai relokasi. Usulan tersebut disampaikan setelah melakukan pertemuan dengan Gubernur Jatim Soekarwo di Gedung Negara Grahadi. 

Meski demikian, Syamsudi menandaskan untuk mengatasi masalah lokalisasi ini tidak bisa hanya melihat dari atas. Artinya dari kalangan pejabat pemerintahan saja. Melainkan juga harus melibatkan unsur lain seperti pelaku PSK sendiri, tokoh masyarakat dan agama, perguruan tinggi,pemerintah daerah dan yang lainnya.

Gubernur Jatim Soekarwo sendiri juga tidak setuju dengan adanya usulan relokasi tersebut. Menurutnya, langkah yang tepat dilakukan adalah dengan melihat masalah yang terjadi sebenarnya, kemudian mencarikan solusi yang tepat.
»»  Baca Selanjutnya...

Ratusan PSK Tulungagung Demo Tolak Penutupan Lokalisasi



Para Pekerja Seks Komersial (PSK) di Desa Ngujang, Kecamatan Kedungwaru, Kabupaten Tulungagung terancam menganggur dan meninggalkan wisma. Pasalnya, tempat mereka biasa mangkal akan ditutup untuk selamanya. Padahal, jumlah PSK ditempat ini jumlahnya ratusan. 

Pagi itu, mereka sengaja tidak berdandan. Tidak ada bedak tebal, gincu merah, bau parfum yang merangsang, baju seksi ataupun ekspresi genit penuh jurus rayuan. Sudah sekitar setengah jam, para PSK ini hanya duduk-duduk santai di lantai Desa Ngujang. 

Beberapa diantaranya, bahkan asik ngobrol dengan tawa cekikikan. Ada yang memperbincangkan tamu yang berkantong tebal serta royal. Adapula yang mengeluh kecapekan karena menerima banyak tamu semalaman. 

Usia mereka bervariatif, mulai delapan belasan hingga tiga puluhan. Di sudut lain, perempuan yang separo hidupnya hanya untuk berdandan dan setengahnya lagi melepas pakaian itu, mengeluhkan tingkah para pelanggannya yang nakal. Datang dengan mulut berbau minuman (alkohol), kasar dan enggan membayar. 

Jika sudah demikian, biasanya berakhir dengan aksi kekerasan. Sepintas, orang-orang ini memang tidak terlihat sebagai sekumpulan orang yang kecewa. Tidak ada teriakan lantang lazimnya massa yang berunjuk rasa. Tidak ada caci maki dan sejenisnya.

Namun kendati demikian, keberadaan mereka di Balai Desa Ngujang pagi itu merupakan wujud perjuangan hidup. Mereka tengah melawan kebijakan yang mereka anggap sebagai bentuk kesewenang-wenangan kekuasaan. Atas nama moral dan kebijakan, seluruh tempat lokalisasi di Kabupaten Tulungagung akan ditutup total. Tidak terkecuali lokalisasai Ngujang. 

"Kami tidak siap jika tahun ini (2012) lokalisasi harus ditutup," keluh Mami Mega (38), salah seorang mucikari. 

Hampir satu jam, 10 orang perwakilan PSK berada di dalam ruang Kepala Desa. Selain mucikari dan PSK, beberapa perwakilan di dalam ruangan tersebut adalah warga setempat.

Menurut Mami Mega, lokalisasi tidak hanya memberi hidup bagi para penghuni yang ada di dalamnya. Pada sisi ekonomis komplek pelacuran itu juga sudah menjadi pusat kegiatan ekonomi. Tidak sedikit warga sekitar yang turut mengambil manfaat dari sana. Mulai bekerja sebagai penjaga parkiran kendaraan tamu, hingga membuka lapak-lapak yang memperdagangkan makanan dan minuman. 

"Hubunganya saling menguntungkan. Jika ini ditutup, tentunya akan banyak warga yang kehilangan mata pencaharian. Tidak hanya para PSK dan mucikari seperti saya," terangnya.

Seperti diketahui, selain lokalisasi Ngujang, Kabupaten Tulungagung juga memiliki komplek pelacuran legal Kaliwungu yang berada di Kecamatan Ngunut. Total penghuni kedua lokalisasi tersebut mencapai 350 orang, dengan 36 orang diantaranya asli warga Tulungagung.  

Secara geografis, kedua tempat pelacuran ini berada di tengah permukiman penduduk. Meskipun dalam sejarah, lokalisasi lebih dulu ada dibandingkan permukiman warga. Pemkab Tulungagung berencana melakukan penutupan pada tahun 2012 ini. Selain memberikan pembinaan, pemkab juga menjanjikan uang tali asih sebesar Rp5 juta kepada masing-masing eks PSK. 

Untuk program ini Bupati Tulungagung Heru Tjahjono pernah menyatakan, Pemerintah Daerah (Pemda) telah menyiapkan anggaran sebesar Rp12 miliar untuk membersihkan lokalisasi.

Menurut Mega, penutupan yang direncanakan hanya setahun itu terlalu cepat. Harusnya pemkab menyediakan waktu lebih lama. Disisi lain, Pemda juga tidak pernah melakukan pembinaan seperti yang dijanjikan. 

"Kami baru bersedia ditutup jika sudah berjalan 10 tahun lagi. Perlu anda ketahui, menjadi PSK bukan cita-cita. Tapi sebuah pilihan terakhir, karena tidak ada pilihan hidup lain yang lebih baik," tegasnya. 

Hal senada disampaikan Rudi, salah seorang Ketua RT setempat. Jika ditutup tahun ini, dirinya khawatir akan banyak warga yang kehilangan mata pencaharian. "Lagipula tanah yang digunakan sebagai lokalisasi itu berstatus sebagai tanah desa. Kenapa pemerintah daerah memaksakan," keluhnya.

Hasil pertemuan, Kades Ngujang Eko Purnomo akhirnya bersedia menandatangani surat pernyataan yang intinya menolak penutupan. Surat tersebut rencananya akan disampaikan ke DPRD dan pemerintah daerah setempat. Namun dalam hal ini Eko berdalih, apa yang dilakukannya hanya sebagai bentuk menyampaikan aspirasi warganya. 

"Sebagai kades saya tidak dalam kapasitas menerima atau menolak. Kapasitas saya hanya menyampaikan aspirasi warga saya," pungkasnya.
»»  Baca Selanjutnya...