Selasa, 31 Januari 2012

Pemkab Tuban Harus Tegas terhadap Bengkok Sekdes

Menurut SK Mendagri No.900/1301/SJ Tanggal 16 April 2009 dalam edaran itu ditegaskan, terhitung sejak mendapatkan SK Pengangkatan PNS maka Sekdes dilarang menerima Penghasilan tetap dari tanah bengkok. Walaupun demikian Pemkab Tuban belum memberikan kepastian tentang masih bolehkah sekdes menggarap tanah bengkok.

Dalam PP 72/2005 Pasal 69 disebutkan, sumber pendapatan desa terdiri atas tanah kas desa, pasar hewan, pasar desa, tambatan perahu, dan bangunan desa. Maka untuk sekdes yang telah diangkat menjadi PNS, maka sumber pendapatannya langsung ditanggung negara. Kalau sampai masih menggarap bengkok, berarti mereka mendapatkan dua sumber pendapatan. Ini tidak boleh alias dilarang. Maka pemerintah daerah setempat perlu menarik, dikembalikan menjadi aset desa karena kalau tidak maka masalah tersebut akan memicu kecemburuan diantara Perangkat Desa.
»»  Baca Selanjutnya...

Bupati Tuban Sesudah Masa Kemerdekaan



»»  Baca Selanjutnya...

Asal-usul Aksara Jawa

Aksara Jawa Klasik ( Ha Na Ca Ra Ka )

Aksara Jawa Hanacaraka termasuk ke dalam kelompok turunan aksara Brahmi, sebagaimana semua aksara Nusantara lainnya. Aksara ini memiliki kedekatan dengan aksara Bali. Aksara Brahmi sendiri merupakan turunan dari aksara assiria.
Pada bentuknya yang asli, aksara Jawa Hanacaraka ditulis menggantung (di bawah garis), seperti aksara Hindi. Namun demikian, pengajaran modern sekarang menuliskannya di atas garis.
Aksara Jawa Hanacaraka memiliki 20 huruf dasar, 20 huruf pasangan yang berfungsi menutup bunyi vokal, 8 huruf "utama" (aksara murda, ada yang tidak berpasangan), 8pasangan huruf utama, lima aksara swara (huruf vokal depan), lima aksara rekan dan lima pasangannya, beberapa sandhangan sebagai pengatur vokal, beberapa huruf khusus, beberapa tanda baca, dan beberapa tanda pengatur tata penulisan (pada).
Pada aksara Jawa hanacaraka baku terdapat 20 huruf dasar (aksara nglegena), yang biasa diurutkan menjadi suatu "cerita pendek":
  • ha na ca ra ka
  • da ta sa wa la
  • pa dha ([dha]) ja ya nya ([ɲa])
  • ma ga ba tha ([ʈa]) nga ([ŋa])
Berikut ini adalah Huruf Dasar (aksara nglegena):

Huruf pasangan (pasangan)

Pasangan dipakai untuk menekan vokal konsonan di depannya. Sebagai contoh, untuk menuliskan mangan sega akan diperlukan pas
angan untuk "se" agar "n" pada mangan tidak bersuara. Tanpa pasangan "s" tulisan akan terbaca manganasega.
Tatacara penulisan Jawa Hanacaraka tidak mengenal Spasi, sehingga penggunaan pasangan dapat memperjelas kluster kata.
Berikut ini adalah daftar pasangan:

Huruf utama (aksara murda)

Huruf vokal depan (aksara swara)

Huruf tambahan (aksara rèkan)

hanacaraka gaya jawa dan hanacaraka versi bali

from : www.id.wikipedia.org

»»  Baca Selanjutnya...