Jumat, 29 Juni 2012

Gadaikan BPKB Motor Tetangga, Ibu RT Dipolisikan


Anik Yulianti (31), seorang ibu rumah tangga asal Desa Widang, Kecamatan Widang, Kabupaten Tuban harus berusan dengan pihak Kepolisian. Pasalnya, Anik dilaporkan tetangganya karena diduga melakukan penggelapan berupa Sepeda Motor bersama BPKB milik korban, Jumat (29/06/2012). Korban adalah Ruslan (40), warga Desa Widang, Kecamatan Widang, Kabupaten Tuban.

Dari sejumlah informasi, kasus tersebut berawal beberapa bulan lalu saat Anik meminjam Buku Pemilik Kendaraan Bermotor (BPKB) Sepeda Motor Supra Fit S 3271 GF milik korban.

Setelah meminjam BPKB, pelaku langsung menggadaikannya untuk mengambil pinjaman uang di Finance FIF Cabang Babat yang ternyata justru juga tidak membayar angsuran dari hutangnya itu.

"Saat telah jatuh tempo pelunasan pelaku tidak membayar hutangnya di Finance, sehingga pihak Finance langsung mengambil kendaraan berupa Sepeda Motor milik korban yang digadaikan oleh pelaku sabagai jaminan. Lantaran tidak terima, korban langsung melaporkan kejadian itu kepada pihak Kepolisian," terang AKP Noersento, Kasubbag Humas Polres Tuban.

Setelah mendapatkan laporan dari korban, petugas Kepolisian langsung melakukan penangkapan terhadap pelaku untuk dilakukan penyelidikan.

"Pelaku sudah kita amankan dan sudah dilakukan penahanan. Selain menggadaikan BPKB kendaraan korban pelaku juga pernah menggelapkan uang korban senilai Rp 550.000,- kini petugas masih melakukan pengembangan terhadap kasus ini," pungkasnya.
»»  Baca Selanjutnya...

Kebakaran Hutan Jati, Jalur Pantura Diselimuti Asap


Kebakaran terjadi di kawasan Hutan Jati Peteng di Desa Sumurgeneng, Kecamatan Jenu, Kabupaten Tuban. Akibat dari kebakaran hutan tersebut jalur Pantura Tuban terganggu asap tebal, Jumat (29/06/2012).

Kebakaran tersebut meludeskan beberapa hektar tanaman yang masih berukuran sedang dan kecil. Hingga kini, belum diketahui penyebab kebakaran Hutan Jati itu.

Kini, api yang terus membesar akibat angin yang menjurus kencang, membuat petugas melakukan pemadaman dengan alat seadanya lantaran asap tebal juga mengganggu arus lalu lintas.

"Tadi saat kita patroli mengetahui ada kebakaran di hutan ini, kondisi asapnya bisa mengganggu pandangan dari para pengguna jalan raya dan bisa mengakibatkan kecelakaan, jadi kita berusaha memadamkan api yang berada di pingir jalan," terang Iptu Musa Bahktiar, Kanit Turjawali Sat Lantas Polres Tuban.

Untuk mencegah kebakaran meluas, Musa menambahkan, pihaknya akan melakukan koordinasi dengan pihak Perhutani supaya kebakaran hutan ini tidak sampai meluas merembet ke sekitaran jalan dan asapnya bisa mengganggu para pengguna jalan raya.
Dari kejadian kebakaran hutan jati itu belum diketahui jumlah pasti berapa hektar tanaman yang mengalami kerusakan karena terbakar, sementara itu saat kejadian tersebut tidak ada satupun petugas Perhutani yang terlihat di lokasi kebakaran hutan jati itu.
»»  Baca Selanjutnya...

Pendopo Kabupaten Tuban penuh dengan Semak Belukar


Kondisi Pendopo Krido Manunggal Sekarang

Hingga hari ini, Jum’at (29/06/2012), Pendopo Krido Manunggal masih memprihatinkan, dan di dalamnya terlihat seperti semak belukar. 14,6 Milyard yang dianggarkan untuk renovasi pendopo tersebut, hingga kepemimpinan Huda Noor lebih dari 1 (satu) tahun, Pendopo Rakyat tersebut belum bisa kembali menjadi rumah rakyat.


Pendopo Krido Manunggal Tuban merupakan salah satu kekayaan budaya dan sejarah Kabupaten Tuban. Pendopo Kabupaten yang sempat dibangun di era pemerintahan lama ini luluh lantak dalam aksi massa yang terjadi 2006 silam. Pasca tragedi pemilukada tersebut, beberapa bangunan yang menjadi sasaran amuk masa telah kembali tegak berdiri, bahkan lebih bagus dari asalnya. Termasuk salah satu hotel di Tuban yang juga merupakan pemilik sang Bupati waktu itu, tidak lama setelah kejadian Hotel megah itu pun kembali seperti semula.


Namun, pendopo Kabupaten yang merupakan salah satu kekayaan budaya di Tuban, hingga saat ini belum tersentuh. Setelah pada era kepemimpinan Bupati Heany Relawati periode pertama, pendopo tersebut dipugar total dengan bangunan baru, kemudian terbakar habis pada tragedy Pilkada,dan hingga saat ini Pendopo Krida Manunggal masih menyisakan perih.
Banyak kalangan masyarakat menyayangkan pemugaran total yang dilakukan rezim kepemimpinan Kabupaten waktu itu, Pasalnya saksi sejarah dan kebudayaan banyak yang dihilangkan. Seperti disampaikan oleh Yadi, warga kota Tuban ini mengatakan, “Kalau ngomong soal pendopo itu wis ruwet mas, itu korban arogansi dulu.” “Tiang kayu yang kokoh penuh sejarah dan budaya itu ke mana..?, rakyat kecil seperti kita ini cuma bisa membuah bibir saja. Hingga saat ini , sampai lengser pun tidak pernah jelas ke mana harta kebudayaan itu hilang”, tambahnya

Lebih lanjut Yadi mengatakan, “Sekarang Bupatinya baru,sudah lebih 1 (satu) tahun memimpin, Pendopo juga belum tersentuh. Tuban masih begini – begini saja. Padahal dulu katanya berkowar – kowar untuk pembangunan lebih baik. Saya pikir – pikir, kita ini rakyat kecil hanya jadi objek perang kekuasaan antar rezim saja.”

Pendopo Tampak dari Depan
Pendopo yang dulu pernah menjadi pusat kegiatan masyarakat, kini terkulai tanpa prestasi, rusak menjadi semak belukar. Pemerintahan Huda Noor mengalokasikan anggaran APBD sebesar Rp. 14.625.000,-. Plot anggaran tersebut tercatat dalam dokumen rancangan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS) Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) 2012. Namun hingga saat ini belum ada tanda – tanda pembangunan pendopo tersebut, sehingga masyarakat banyak yang terus menanyakan bagaimana kabar Pendopo Krido Manunggal? Anggaran sebesar itu membuat mata rakyat terus waspada dan membuka lebar telinga untuk mendengar.


Hingga saat ini, belum ada informasi detail tentang rencana pembangunan pendopo tersebut. Joni Martoyo selaku Kepala Humas Pemkab Tuban masih sulit dihubungi. Begitu pula Kepala Dinas Pekerjaan Umum (PU).  Ketika berusaha melakukan konfirmasi ke Dinas PU, salah satu staf Sekretariat Dinas PU Joko Widodo, Joko mengatakan bahwa pembangunan belum dimulai dan saat ini masih dalam tahap pematangan design.”Untuk keterangan lebih lanjut, besok atau kapan silahkan berbincang dengan Sekretaris Dinas saja. Tapi kalau sekarang belum bisa,” kata Joko.


Untuk perkembangan terkini dan gambar rencana design pembangunan, petugas yang ditemui tidak berani memberikan keterangan lebih. “Rencana pembangunan belum apa – apa kok”, ungkap Joko.

Birokrasi di bumi ronggolawe ini masih belum memiliki kesadaran yang tinggi untuk keterbukaan informasi, hal ini terbukti dengan masih seringnya ping pong meja birokrat ketika diminta informasi. Ketidakjelasan pintu informasi dalam era keterbukaan informasi publik ini juga dikarenakan masih tidak adanya Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) di hampir semua badan publik di Tuban. Padahal, seperti telah banyak dibahas pada edisi – edisi yang lalu, bahwa PPID merupakan salah satu amanat undang – undang yang harus dilakukan.
»»  Baca Selanjutnya...

Pemandian Bektiharjo Masih Jadi Andalan


Jum’at (29/06/2012), begitu banyaknya wahana wisata di wilayah Tuban yang tak kalah menarik dibanding daerah lain. Hari libur ini sengaja  menengok wahana wisata pemandian dan sumber mata air alami yang berfungsi sebagai sumber air minum, yang terletak sekitar 5 km ke arah selatan dari kota Tuban.

Objek wisata tersebut terletak  di Desa Bektiharjo kecamatan Semanding Kabupaten Tuban. Wisata tersebut banyak dikunjungi oleh kalangan anak-anak, remaja dan orang dewasa, untuk mengisi waktu luang dan rekreasi keluarga. Tidaklah sulit bagi kita untuk mengunjungi salah satu objek wisata unggulan di Tuban ini. Akses jalan juga cukup mudah, baik dengan menggunakan transportasi umum ataupun kendaraan pribadi.

Jika kita cermati, yang menarik dari wisata ini adalah adanya gerombolan kera yang bergelayutan di area pepohonan dan terkadang hilir mudik di antara pengunjung. Walau tampak terkesan jinak, pengunjung harus bersikap waspada dan hati-hati terhadap makhluk yang satu ini. Karena tak jarang, hewan yang menjadi salah satu icon wisata ini seringkali berusaha merebut barang-barang pengunjung.

Konon, tempat ini peninggalan Raden Danur Wendo, dari kadipaten Tuban. Beberapa tokoh setempat menceritakan, Jaman dulu Sumber atau sendang yang ada di area tersebut , terbagi menjadi 2 (dua) bagian. Dua bagian itu disebut Sendang lanang (khusus laki-laki), dan satunya lagi dengan sebutan Sendang Wadon (khusus perempuan). Namun dengan berjalannya waktu, hal tersebut sudah tidak di gubris, para pengunjung yang datang, bisa berenang secara bebas dan berbaur menjadi satu.

Salah satunya adalah Ibu Mua’ammarudin dari Kecamuatan Brondong Kabupaten Lamongan. Istri seorang anggota Polri yang bertugas di Kota Malang ini menikmati musim liburan kali ini di Bektiharjo. Perempuan ini mengisi liburan bersama anak cucunya di Pemandian Bektiharjo, “ Setiap liburan, pasti kami rekreasi ke sini mas, pemandanganya bagus, banyak kera berkeliaran, anak-anak senang sekali, suasana seperti ini kan jarang di lakukan, karena disibukan dengan kerjaan”, tandasnya.

Untuk masuk di area wisata tersebut, para pengunjung harus merogoh saku 4000 rupiah, sedangkan untuk parkir kendaraan bermotor, pengunjung harus membayar 1000 rupiah. Hal yang sama disaksikan seperti halnya di tempat wisata lain di bumi ronggolawe, selain tiket masuk wisata, pengunjung harus membayar donasi untuk bulan Dana ke PMI sebesar 1000. Namun, dalam tiket yang tertanda tangan Ir. H. Noor Nahar tersebut tertulis hanya 700 rupiah.

Dana wajib PMI yang dibebankan “paksa” kepada pengunjung area wisata itu tak pelak menjadi salah satu kejanggalan dan pembicaraan beberapa bagian masyarakat. Memang hanya beberapa ratus rupiah, namun keberadaan PMI yang tidak secara langsung memberikan sumbangsih social networking, tak pelak menimbulkan kecurigaan di masyarakat. Apalagi seperti di wisata Bektiharjo, tiket tercatat tambahan PMI 700 rupiah, pengunjung harus membayar 1000 rupiah.

Ilham, salah satu anggota Mahasiswa sebuah kampus di Tuban, pemuda Tuban semester VI tersebut mengatakan, “Aku ini heran, PMI itu dimana – mana minta dana dengan paksa lewat birokrasi. Bagaimana nggak paksa, bayar listrik ada PMI, masuk wisata harus bayar PMI, dan itu tanpa tawar menawar, secara otomatis harus dibayar. Tapi saya sendiri jadi mahasiswa, pernah beberapa waktu ikut PMI, kalau ada kegiatan PMI ada saja yang harus dibayar, nggak ada kegiatan gratis. Trus lagi jika masyarakat membutuhkan darah, tidak ada yang gratis di PMI. Lha kemana saja uang donasi tersebut. Kalau dibilang PMI dapat darah gratis namun kantongnya harus beli, itu dana – dana donasi “paksa” kan bisa buat operasional dan beli kantong.” “Kalau omongan saya dikatakan ngawur, silahkan saja. Namun sekarang ini tidak jamannya lagi masyarakat dibodohi, saatnya semua tahu dan sama – sama tahu, sehingga saling menjaga dan tidak curiga. Bagaimana pun juga masalah duit rawan.” tandas Ilham menggebu – gebu.

Di musim liburan ini para pengunjung wisata mengalami peningkatan dibanding hari-hari biasa, seperti yang dituturkan Tasiman, salah satu penjaga karcis. Tasiman mengatakan, “Ya lumayan mas, ada peningkatan di banding hari-hari biasa. Terkadang kalau datang bersamaan, kita juga sempat merasa kuwalahan. Penjaga di sini bergantian, ada 4 orang untuk menjaga loket karcis secara bergantian”, tuturnya.

Di area tersebut terlihat juga para ibu yang sedang menjajakan barang dagangannya, seperti Ban, untuk alat pembantu renang, pakaian ganti untuk para perenang serta para ibu-ibu lain yang jualan Gorengan. Ibu Sulastik, penjual Gorengan itu menuturkan, ”Kalo rame terus kayak gini ya lumayan mas, untungnya tambah banyak,  terkadang bisa sampai habis dua ember kue,”tuturnya. Namun ternyata ibu Sulastik hanya sebagai tengkulak saja, gorengan yang dijualnya dari orang lain. Untuk per biji, ia memperoleh 10% dari harga pokok, terhitung sangat minim laba yang diperolehnya.

Sunaryo beberapa waktu lalu mengatakan, bahwa konsentrasi program Pariwisata di tahun 2012 ini adalah pembangunan infrastruktur, “Setelah itu akan terus kita dorong peningkatan potensi wisata Kabupaten Tuban, dan mendongkrak program-program promo wisata, kita juga membuka lebar kepada pihak swasta dan masyarakat untuk memberikan bantuan pemikiran dan ide dalam rangka peningkatan potensi dan kunjungan wisata di kabupaten Tuban”.
»»  Baca Selanjutnya...

PPDB Online 2012/2013 Dimulai 29 Juni - 03 Juli 2012

Pendaftaran Peserta Didik Baru (PPDB) secara online tingkat SMP/SMA/SMK tahun ajaran 2012/2013 telah dibuka oleh Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Kabupaten Tuban, Jumat (29/06/2012).


Kepala Bagian Kesiswaan SMP/SMA/SMK, Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Tuban, Sunaryo menyatakan, pendaftaran PPDB dimulai pada hari ini tanggal 29 Juni 2012 hingga 03 Juli 2012.

Untuk seleksi dan verifikasi data akan dilaksanakan pada tanggal 4 Juli 2012, dan pengumuman lolos verifikasi akan dilaksanakan pada tanggal 5 Juli 2012. Sedangkan daftar ulang sekolah dijadwalkan pada tanggal 5 dan 6 Juli 2012.

“Hari ini kita sudah mulai melayani PPDB secara online untuk tingkat SMP/SMA/SMK, setelah pendaftaran sekolah yang berstandar Rintisan Sekolah Berbasis Internasional (RSBI) itu selesai,” ujar Sunaryo.


Dalam proses PPDB tersebut, siswa yang akan masuk sekolah tingkat SMP dan SMA, harus telah dinyatakan lulus SD untuk yang mau masuk SMP, dan telah lulus SMP untuk yang mau masuk SMA, memiliki ijazah atau Surat Tanda Tamat Belajar (STTB), Surat Tanda Kelulusan (STK) dan Surat Keterangan Hasil Ujian Nasional (SKHUN), serta usia maksimal 18 tahun untuk masuk SMP dan SMA maksimal 21 tahun.


Selain harus memenuhi persyaratan yang telah disebutkan di atas, Peserta Didik Baru (PDB) juga harus memenuhi nilai yang telah ditentukan sesuai dengan jenjang masing-masing. Untuk tingkat SD melanjutkan SMP Nilai Ujian Nasional (NUN) dikalikan 300. Sedangkan untuk tingkat SMP melanjutkan SMA NUN dikalikan 225. Sehingga nantinya kelulusan siswa akan diukur sesuai skor yang telah dikalikan tersebut.


Saat dikonfirmasi lebih lanjut mengenai jumlah kuota siswa luar Kabupaten Tuban yang mau mendaftar di Kabupaten Tuban, Sunaryo menyatakan, tidak ada kuota dalam bentuk apapun. Kuota hanya ditentukan oleh sekolah, yaitu kuota setiap kelas hanya diisi 36 siswa saja, tidak boleh lebih.


“Kita tidak mematok kuota untuk siswa luar kota Tuban yang mau mendaftar ke Kabupaten Tuban, namun perkalian skornya nanti lebih rendah, yaitu untuk tingkat SD melanjutkan SMP, NUN hanya dikalikan 250. Sedangkan untuk SMP melanjutkan SMA, NUN hanya dikalikan 200,” terangnya.


Sunaryo menambahkan, kalau ada siswa yang mendapatkan peringkat 1, 2, dan 3 dalam Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (O2SN), Olimpiade Sains Nasional (OSN), serta Festival Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N), semua siswa tersebut akan dinyatakan lolos tanpa perkalian skor.


“Nanti kalau siswa PDB ini ada yang mendapatkan juara dalam perlombaan tingkat nasional, seperti O2SN, OSN, dan FLS2N dengan menunjukan piagamnya, maka siswa tersebut dinyatakan langsung lulus tanpa perkalian skor,” pungkas Sunaryo.

Di tempat yang terpisah, Kepala Disdikpora Kabupaten Tuban, Drs Sutrisno M.Pd, menjelaskan dalam PPDB di Kabupaten Tuban menggunakan sistem obyektivitas, transparansi, akuntabilitas, tidak diskriminatif, dan kompetitif dengan maksud semua peserta didik baru bisa mempunyai peluang untuk memperoleh pendidikan yang diinginkannya.


“Dalam PPDB ini tidak ada sepeserpun pungutan yang dibebankan pada para siswa PDB dan orang tua siswa, kalua ada yang masih meminta pungutan, maka kami tidak segan-segan memberi sanksi pada yang bersangkutan,” tegas Sutrisno.

Diketahui, pendaftaran PPDB ini dimulai sejak tanggal 29 Juni 2012 hingga tanggal 03 Juli 2012. Dan untuk seleksi dan pengolahan data akan dilaksanakan pada tanggal 04 Juli 2012. Dan pengumuman dilakukan pada 05 Juli 2012. Sedangkan daftar ulang sekolah dijadwalkan pada 5 dan 6 Juli 2012.
»»  Baca Selanjutnya...