Jumat, 29 Juni 2012

Pemandian Bektiharjo Masih Jadi Andalan


Jum’at (29/06/2012), begitu banyaknya wahana wisata di wilayah Tuban yang tak kalah menarik dibanding daerah lain. Hari libur ini sengaja  menengok wahana wisata pemandian dan sumber mata air alami yang berfungsi sebagai sumber air minum, yang terletak sekitar 5 km ke arah selatan dari kota Tuban.

Objek wisata tersebut terletak  di Desa Bektiharjo kecamatan Semanding Kabupaten Tuban. Wisata tersebut banyak dikunjungi oleh kalangan anak-anak, remaja dan orang dewasa, untuk mengisi waktu luang dan rekreasi keluarga. Tidaklah sulit bagi kita untuk mengunjungi salah satu objek wisata unggulan di Tuban ini. Akses jalan juga cukup mudah, baik dengan menggunakan transportasi umum ataupun kendaraan pribadi.

Jika kita cermati, yang menarik dari wisata ini adalah adanya gerombolan kera yang bergelayutan di area pepohonan dan terkadang hilir mudik di antara pengunjung. Walau tampak terkesan jinak, pengunjung harus bersikap waspada dan hati-hati terhadap makhluk yang satu ini. Karena tak jarang, hewan yang menjadi salah satu icon wisata ini seringkali berusaha merebut barang-barang pengunjung.

Konon, tempat ini peninggalan Raden Danur Wendo, dari kadipaten Tuban. Beberapa tokoh setempat menceritakan, Jaman dulu Sumber atau sendang yang ada di area tersebut , terbagi menjadi 2 (dua) bagian. Dua bagian itu disebut Sendang lanang (khusus laki-laki), dan satunya lagi dengan sebutan Sendang Wadon (khusus perempuan). Namun dengan berjalannya waktu, hal tersebut sudah tidak di gubris, para pengunjung yang datang, bisa berenang secara bebas dan berbaur menjadi satu.

Salah satunya adalah Ibu Mua’ammarudin dari Kecamuatan Brondong Kabupaten Lamongan. Istri seorang anggota Polri yang bertugas di Kota Malang ini menikmati musim liburan kali ini di Bektiharjo. Perempuan ini mengisi liburan bersama anak cucunya di Pemandian Bektiharjo, “ Setiap liburan, pasti kami rekreasi ke sini mas, pemandanganya bagus, banyak kera berkeliaran, anak-anak senang sekali, suasana seperti ini kan jarang di lakukan, karena disibukan dengan kerjaan”, tandasnya.

Untuk masuk di area wisata tersebut, para pengunjung harus merogoh saku 4000 rupiah, sedangkan untuk parkir kendaraan bermotor, pengunjung harus membayar 1000 rupiah. Hal yang sama disaksikan seperti halnya di tempat wisata lain di bumi ronggolawe, selain tiket masuk wisata, pengunjung harus membayar donasi untuk bulan Dana ke PMI sebesar 1000. Namun, dalam tiket yang tertanda tangan Ir. H. Noor Nahar tersebut tertulis hanya 700 rupiah.

Dana wajib PMI yang dibebankan “paksa” kepada pengunjung area wisata itu tak pelak menjadi salah satu kejanggalan dan pembicaraan beberapa bagian masyarakat. Memang hanya beberapa ratus rupiah, namun keberadaan PMI yang tidak secara langsung memberikan sumbangsih social networking, tak pelak menimbulkan kecurigaan di masyarakat. Apalagi seperti di wisata Bektiharjo, tiket tercatat tambahan PMI 700 rupiah, pengunjung harus membayar 1000 rupiah.

Ilham, salah satu anggota Mahasiswa sebuah kampus di Tuban, pemuda Tuban semester VI tersebut mengatakan, “Aku ini heran, PMI itu dimana – mana minta dana dengan paksa lewat birokrasi. Bagaimana nggak paksa, bayar listrik ada PMI, masuk wisata harus bayar PMI, dan itu tanpa tawar menawar, secara otomatis harus dibayar. Tapi saya sendiri jadi mahasiswa, pernah beberapa waktu ikut PMI, kalau ada kegiatan PMI ada saja yang harus dibayar, nggak ada kegiatan gratis. Trus lagi jika masyarakat membutuhkan darah, tidak ada yang gratis di PMI. Lha kemana saja uang donasi tersebut. Kalau dibilang PMI dapat darah gratis namun kantongnya harus beli, itu dana – dana donasi “paksa” kan bisa buat operasional dan beli kantong.” “Kalau omongan saya dikatakan ngawur, silahkan saja. Namun sekarang ini tidak jamannya lagi masyarakat dibodohi, saatnya semua tahu dan sama – sama tahu, sehingga saling menjaga dan tidak curiga. Bagaimana pun juga masalah duit rawan.” tandas Ilham menggebu – gebu.

Di musim liburan ini para pengunjung wisata mengalami peningkatan dibanding hari-hari biasa, seperti yang dituturkan Tasiman, salah satu penjaga karcis. Tasiman mengatakan, “Ya lumayan mas, ada peningkatan di banding hari-hari biasa. Terkadang kalau datang bersamaan, kita juga sempat merasa kuwalahan. Penjaga di sini bergantian, ada 4 orang untuk menjaga loket karcis secara bergantian”, tuturnya.

Di area tersebut terlihat juga para ibu yang sedang menjajakan barang dagangannya, seperti Ban, untuk alat pembantu renang, pakaian ganti untuk para perenang serta para ibu-ibu lain yang jualan Gorengan. Ibu Sulastik, penjual Gorengan itu menuturkan, ”Kalo rame terus kayak gini ya lumayan mas, untungnya tambah banyak,  terkadang bisa sampai habis dua ember kue,”tuturnya. Namun ternyata ibu Sulastik hanya sebagai tengkulak saja, gorengan yang dijualnya dari orang lain. Untuk per biji, ia memperoleh 10% dari harga pokok, terhitung sangat minim laba yang diperolehnya.

Sunaryo beberapa waktu lalu mengatakan, bahwa konsentrasi program Pariwisata di tahun 2012 ini adalah pembangunan infrastruktur, “Setelah itu akan terus kita dorong peningkatan potensi wisata Kabupaten Tuban, dan mendongkrak program-program promo wisata, kita juga membuka lebar kepada pihak swasta dan masyarakat untuk memberikan bantuan pemikiran dan ide dalam rangka peningkatan potensi dan kunjungan wisata di kabupaten Tuban”.

0 Komentar:

Posting Komentar