Selasa, 15 Mei 2012

Sarapan Telur Bisa Menunda Lapar


Mengawali pagi hari dengan mengonsumsi telur bisa menjadi pilihan bagi Anda yang ingin menahan rasa kenyang lebih lama. Protein dalam telur diketahui akan membuat perut kenyang dibandingkan dengan protein dalam gandum.


Sebutir telur besar memiliki sekitar 70 kalori dan berisi sekitar 6 gram protein, 5 gram lemak, dan 186 miligram kolesterol.



"Diet dengan protein kualitas tinggi dapat meningkatkan rasa kenyang, menyebabkan pemenuhan yang lebih baik dan keberhasilan diet penurunan berat badan," kata peneliti, Nikhil Dhurandhar, PhD, seorang profesor di departemen infeksi dan obesitas, Pennington Biomedical Research Center di Baton Rouge, La.



Dalam penelitiannya, Dhurandhar melibatkan 20 orang dengan kelebihan berat badan atau obesitas. Kemudian partisipan dibagi dalam dua kelompok, satu kelompok diberi sarapan yang mengandung telur dan lainnya diberi sereal selama satu minggu. Meskipun telur dan sereal memiliki kandungan protein yang berbeda, namum dalam hal kalori, karbohidrat, protein, dan lemak mereka sama.



Sayangnya tidak disebutkan bagaimana telur diolah, berapa banyak jumlahnya, atau apakah ada makanan lain yang juga disertakan saat sarapan.



Pada hari pertama dan minggu terakhir masa pengujian, masing-masing partisipan diberi makan siang. Peneliti juga mengukur bagaimana rasa lapar atau kenyang sebelum dan sesudah sarapan dan makan siang, dengan merekam berapa banyak kalori yang dikonsumsi saat makan.



Peneliti mengambil sampel darah untuk menentukan tingkat ghrelin, hormon yang merangsang rasa lapar, dan PYY3-36, hormon yang memberi sinyal kenyang.



Para peneliti menemukan bahwa orang yang mengonsumsi telur di pagi hari merasa lebih kenyang sebelum makan siang dan mereka juga makan lebih sedikit makanan ketimbang peserta yang mengonsumsi sereal.



Peserta yang mengonsumsi telur juga memiliki tingkat ghrelin lebih rendah dan jumlah yang lebih tinggi PYY3-36 selama tiga jam antara sarapan dan makan siang.



Untuk mengetahui efek jangka panjang dari kebiasaan sarapan dengan telur terhadap penurunan berat badan memang perlu dikaji lebih lanjut. Namun paling tidak telur bisa menjadi alternatif sarapan sehat untuk Anda yang ingin sarapan praktis dan sehat.
»»  Baca Selanjutnya...

Anak Perempuan Lebih Gampang Sakit Karena Terlalu Bersih


Anak perempuan biasanya lebih banyak menghabiskan waktu dengan bermain boneka di dalam rumah, sedangkan anak laki-laki lebih suka main sepak bola di lapangan bersama teman-temannya.


Kebiasaan bermain di area yang bersih tersebut ternyata membuat anak perempuan memiliki sistem kekebalan tubuh yang lebih lemah daripada anak laki-laki.



Menurut hipotesis kebersihan di negara barat, penyakit yang umumnya terjadi karena sistem kekebalan tubuh yang buruk termasuk asma, alergi, dan rheumatoid arthritis, mungkin disebabkan oleh seseorang yang hidup di lingkungan yang terlalu bersih.



Sedangkan negara-negara bagian timur yang umumnya memiliki tingkat sanitasi yang masih buruk dan tingkat kebersihan yang lebih rendah, memiliki penduduk yang memiliki sistem imun yang kuat.



Jika seseorang telah beberapa kali terserang penyakit yang disebabkan oleh kuman, maka tubuh secara otomatis akan membentuk perlindungan.



Ketika kuman yang sama datang menyerang lagi, sistem imun tubuh telah akrab dengan kuman tersebut dan akan kebal terhadap penyakit.



Sebuah studi yang dilakukan oleh Sharyn Clough, yang diterbitkan dalam jurnal Social Science and Medicine, menyatakan berdasarkan data mengenai hipotesis kebersihan, penyakit karena lemahnya kekebalan tubuh seseorang dapat disebabkan oleh perilaku masa kecilnya meliputi aspek-aspek perilaku dan psikologis.



"Anak perempuan cenderung berpakaian lebih bersih dan lebih suka bermain di dalam ruangan daripada anak laki-laki. Permainan anak perempuan juga lebih sering diawasi oleh orang tuanya," kata Clough seperti dilansir dari health, Minggu (13/5/2012).



Sehingga ada perbedaan yang signifikan dalam jenis dan jumlah kuman pada anak perempuan dan anak laki-laki, dan ini mungkin menjelaskan beberapa perbedaan kesehatan antara pria dan wanita. Wanita cenderung lebih lemah dan mudah sakit dibanding pria.
»»  Baca Selanjutnya...

Perut Buncit Rentan Kematian Mendadak


Ini adalah peringatan bagi mereka yang memiliki perut buncit. Riset terbaru mengindikasikan, mempunyai timbunan lemak di perut berkaitan dengan risiko mengalami kematian jantung mendadak atau sudden cardiac death.


Ilmuwan dari University of Minnesota Minneapolis, Amerika Serikat, Selcuk Adabag, mengatakan bahwa rasio pinggang atau pinggul yang lebih besar jauh lebih penting ketimbang indeks massa tubuh dalam memperhitungkan risiko kematian jantung mendadak. Obesitas atau kegemukan adalah faktor risiko moderat untuk kematian jantung mendadak yang biasanya berjalan seiring dengan lemak di perut.



"Arti penting dari studi ini adalah bahwa temuan ini menunjukkan, perut buncit merupakan faktor risiko independen untuk kematian jantung mendadak, bahkan setelah memperhitungkan faktor-faktor seperti diabetes, hipertensi, dan penyakit jantung koroner," kata Adabag, yang juga seorang electrophysiologist jantung di Veteran Administrasi Medical Center, Minneapolis.



Kematian jantung mendadak bertanggung jawab atas lebih dari 250.000 kematian di Amerika Serikat setiap tahun, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC). Kematian jantung mendadak didefinisikan sebagai kematian yang terjadi satu jam setelah gejala awal. Selain obesitas, faktor risiko yang turut memengaruhi antara lain penyakit jantung koroner dan masalah irama jantung.



Untuk penelitian ini, Adabag melibatkan lebih dari 15.000 relawan dengan usia rata-rata 54 tahun yang terdaftar dalam pengkajian Atherosclerosis Risk in Communities Study. Selama lebih dari 13 tahun masa studi, peneliti menemukan ada lebih dari 300 peserta mengalami kematian jantung mendadak.



Setelah Adabag memperhitungkan usia, jenis kelamin, ras, pendidikan, status merokok, dan riwayat keluarga penyakit jantung, ia menemukan bahwa indeks massa tubuh, lingkar pinggang, dan rasio pinggang-pinggul, kesemuanya terkait dengan kematian jantung mendadak.



"Saya berharap akan ada hubungan dengan semua faktor yang diukur," katanya.



Akan tetapi, ketika peneliti memperhitungkan hubungannya dengan kondisi seperti diabetes, tekanan darah tinggi, gagal jantung, dan LDL tinggi, rasio pinggang atau pinggul ternyata  masih memiliki hubungan yang lebih tinggi terhadap risiko kematian jantung mendadak.



Adabag mengatakan, sampai saat ini belum ada alasan yang dapat menjelaskan mengapa orang dengan lemak di perut berisiko lebih tinggi mengalami kematian jantung mendadak. Namun, ia berspekulasi bahwa di mana lemak disimpan, hal itu akan menjadi penting untuk risiko jantung.



"Lemak di perut memuntahkan zat inflamasi. Peradangan ini terkait dengan masalah jantung," tutur Adabag yang mempresentasikan penelitian ini pada pertemuan tahunan Heart Rhythm Society di Boston.



Dr Suzanne Steinbaum, seorang ahli jantung dan Direktur Women and Heart Disease di Lenox Hill Hospital, New York City, menilai  temuan ini sebagai hal yang menarik.



"Kami memiliki pemahaman bahwa rasio pinggang-pinggul tinggi berhubungan dengan kondisi seperti diabetes dan tekanan darah tinggi. Akan tetapi, kita belum pernah dengar sebelumnya bahwa hal ini juga memiliki asosiasi dengan kematian jantung mendadak," kata Steinbaum.



"Yang biasa kita lakukan adalah mencegah obesitas dengan olahraga dan diet-gaya hidup sehat," sambung Adabag.



"Olahraga sangat penting," kata Steinbaum. Mereka dengan perut 'panci', tambahnya, mungkin terlalu banyak mengonsumsi karbohidrat sederhana, seperti yang ditemukan dalam makanan manis olahan.



Di Amerika Serikat, dua pertiga orang dewasa dan sepertiga anak-anak dilaporkan mengalami kegemukan atau obesitas.
Peneliti menegaskan bahwa meskipun hasil temuan menemukan hubungan antara lemak perut dan risiko jantung,  hal itu tidak membuktikan hubungan sebab-akibat.
»»  Baca Selanjutnya...

DPR Terus Upayakan Perangkat Desa Jadi PNS


JEMBER (12/05/2012) – Para perangkat desa terus didorong agar bisa menjadi pegawai negeri sipil (PNS). Wakil Ketua DPR Taufik Kurniawan mengatakan,penaikan status menjadi PNS merupakan salah satu cara untuk menyejahterakan para perangkat desa yang saat ini nasibnya masih terkatung- katung.

“Salah satu caranya yakni dengan mengakomodasi dan segera melakukan pembahasan RUU (Rancangan Undang- Undang) Desa yang salah satunya mengatur tentang diperhatikannya kesejahteraan para perangkat desa,” ujar Taufik saat menyosialisasikan RUU Desa di hadapan para perangkat desa, di Kabupaten Jember,Jawa Timur,kemarin. Taufik yang juga Ketua Dewan Pembina Persatuan Perangkat Desa Indonesia (PPDI) ini menyatakan, RUU Desa nantinya juga harus memuat konsep khusus membuat dan membangun kota dari desa.

Sekretaris Jenderal (Sekjen) DPP Partai Amanat Nasional (PAN) ini menambahkan, dengan anggaran kurang lebih Rp6 triliun, bukan hal yang sulit untuk memperhatikan kesejahteraan para perangkat desa melalui perubahan status menjadi PNS. Anggota Panitia Khusus (Pansus) RUU Desa DPR Hermato mengutarakan,RUU Desa harus mampu mendorong terwujudnya kesejahteraan rakyat dan hadirnya tata kelola desa yang baik,transparan dan akuntabel.

Harapannya, pembangunan desa dapat berjalan baik dan hasilnya benar-benar dirasakan oleh masyarakat. “RUU desa harus memberikan dorongan bagi masyarakat desa untuk tumbuh,berdaya, dan mengembangkan potensi sumber daya lokal. Desa memiliki posisi strategis untuk mewujudkan cita-cita bangsa, yakni mewujudkan masyarakat adil,makmur, dan sejahtera,” tukasnya
»»  Baca Selanjutnya...