Minggu, 20 Mei 2012

Alokasi Dana Desa Tidak Adil, Anggaran Kurang Berbasis Kewilayahan


Pembagian anggaran Alokasi Dana Desa (ADD) di Kabupaten Tuban yang dirasa hingga saat ini belum adil banyak dirasakan oleh para Kepala Desa. Pasalnya dalam penentuan anggaranya terkesan tidak berbasis kewilayahan.
Sehingga tidak jarang Desa yang memiliki luas wilayah lebih besar dan jumlah penduduk lebih banyak mendapatkan ADD tidak jauh beda dengan desa yang secara sosial, geografi berada jauh dibawahnya.
Salah satunya seperti diungkapkan Kades Prunggahan Kulon, Kec. Semanding, Tuban, Liek Surito, Jum’at (18/05/2012) malam, di Pendopo Krido Wicaksono, Balai Desa setempat bahwa pajak yang disetor dari desanya kepada Pemkab Tuban tiap tahun tidak kurang dari Rp. 127 Juta.
Di desa yang menjadi cikal-bakal Kabupaten Tuban ini terdapat 5 Dusun dengan jumlah penduduk sekitar 15.000 jiwa. Dan yang sudah memiliki hak pilih sekitar 11.000 suara. Namun hal ini dirasa kurang adil karena ADD yang diterima desa hanya Rp. 60 juta. Sedangkan desa lainya dengan jumlah penduduk dan pajak yang disetor jauh lebih sedikit mendapatkan ADD jauh lebih banyak.
Dicontohkan, Desa yang menyetor pajak Rp. 50 juta mendapatkan ADD Rp. 40 juta,”kalau dibanding desa lainya maka prosentasenya kita dapat ADD jauh lebih kecil. Hal ini sudah saya sampaikan kepada pihak-pihak terkait, namun belum mendapatkan anggaran,” jealsnya.
Tidak hanya itu, di desa ini tiap tahunya juga digelar acara tembang moco pat dengan menggugah kembali semangat Ronggolawe. Hal ini dilakukan sebagai upaya pelestarian budaya Tuban agar tidak terkikis zaman. Namun meski demikian rasanya juga belum mendapatkan perhatian lebih dari Pemkab Tuban.
Selain itu, juga agar para generasi penerus saat ini tetap memiliki semangat Ronggolawe dalam membangun Kabupaten Tuban,”disini bagian dari cikal bakal Tuban sudah seharusnya mendapatkan perhatian,” tegasnya.
Kondisi serupa juga terjadi untuk kegiatan Posyandu di Kabupaten Tuban. Desa yang jumlah penduduknya lebih besar mendapatkan jatah anggaran yang sama dengan desa yang penduduknya sedikit. Hal ini mengakibatkan hampir semua kegiatan Posyandu yang wilayah desanya besar mendapat kendala cukup berarti dalam menangani kegiatan untuk balita.
Foto : Kades Prunggahan Kulon, Kec. Semanding, Kab. Tuban, Liek Surito, SH
»»  Baca Selanjutnya...

Penggemar Sepeda Tua Hadiri Event Nasional Di Jombang


Komunitas Sepeda Tua Indonesia (Kosti) Koordinasi Wilayah Tuban akan mengikuti event Nasional di Jombang, Jawa Timur. Acara pecinta sepeda ontel tua ini akan berlangsung di lapangan Kota Jombang, yang akan diikuti oleh seluruh komunitas sepeda tua se-Indonesia, Minggu (20/05/2012).
Dalam acara akbar tingkat Nasional ini termasuk acara rutin yang diadakan oleh Kosti Pusat, dalam rangka meningkatkan solidaritas sesama penggemar sepeda ontel tua seluruh Indonesia. Dikesempatan kali ini acara yang rencananya dihadiri oleh ribuan anggota komunitas sepeda tua, Kosti Korwil Tuban juga ikut serta meramaikannya, sebagai bentuk kesetia kawanan antar kominitas dan juga sebagai ajang silaturrahim.
Direncanakan Kosti Ronggolawe sebutan para penggila sepeda tahun 1945-an bertolak ke Jombang, dalam temu komunitas lainya. Kosti Ronggolawe akan diikuti oleh 10 club diantaranya adalah Ronggolawe sepedah onto (Ronggo Seto) club, Sepedah Lawas Ronggolawe (Selarong) club, Ronggolawe Sepedah lawas (Rosela) club, Gaseboe club, Pantura club, Pastugel club dari Rengel,Kones club dari Singgahan, Kosel club dari  Gedong Ombo, P2SK club dari Latsari, Solar Club dari Plumpang.
Dari beberapa komunitas yang tergabung dalam Kosti Korwil Tuban ini sedikitnya ada  350 anggota yang terdaftar secara resmi dan aktif dalam semua kegiatan yang diadakan. Sebagian besar jenis sepeda tua yang digunakan adalah jenis sepeda Gasele buatan Belanda tahun 1950, Pongres buatan Belanda tahun 1952, Simplex buatan Belanda tahun 1950, Batavus dan Hamber buatan Inggris tahun 1952.
Sepeda tua ini beragam bentuk dan jenisnya, tergantung seri pembuatannya, terkadang sesama Merk buatan negara yang sama namun berbeda bentuk dan motif sepedanya. Terlihat mulai dari tahun pembuatannya,  jenis accesories diantaranya adalah bentuk lampu, bentuk rangka, bentuk stang setir, bentuk sadel, bentuk boncengan, hingga bentuk bell dan bentuk alat pengganti gigi pedalnya.
“Karena sudah tergolong langka, sepeda 1 Simplex Original saja mencapai hingga puluhan juta rupiah,” ungkap salah satu anggota Kosti.
Koordinator event Kosti Ronggolawe, Sandodjo, kepada seputartuban.com, Sabtu (18/05/2012) menjelaskan dengan mengikuti event dapat menambah pengalaman dan meningatkan solidaritas sesama penghobi sepeda tua diseluruh tanah air.
“Kami mempunyai 12 club sepeda tua yang tergabung dalam Kosti Ronggolawe, namun kali ini yang berangkat hanya 10, yang 2 tidak bisa ikut karena ada acara lain,” jelasnya.
Foto : Beberapa anggota Kosti Tuban
»»  Baca Selanjutnya...