Kendati tidak lagi menjadi daerah pencatat inflasi versi Badan
Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Timur (Jatim), Pemerintah Kabupaten
(Pemkab) Tuban harus tetap mewaspadai kondisi pasar, terutama untuk
komuditi-komuditi yang rentan perubahan harga. Laju inflasi di kota pesisir
Laut Jawa ini masih tergolong tinggi.
Menurut laporan BPS Kabupaten Tuban, Kamis (5/7), laju inflasi
komulatif Kabupaten Tuban bahkan melampaui laju inflasi komulatif Provinsi Jawa
Timur. Artinya, dari angka inflasi komulatif tercatat di Provinsi Jawa Timur,
Kabupaten Tuban menjadi daerah penyumbang tertinggi.
Catatan BPS Kabupaten Tuban, selama tahun 2011 lalu, Kabupaten
Tuban mengalami inflasi lumayan tinggi, dengan anka laju inflasi komulatif
4,42%. Sedang Provinsi Jawa Timur pada tahun yang sama laju inflasi komulatif
tercatat hanya 3,62%. “Laju inflasi komulatif Tuban tahun 2011 itu justru jauh
lebih tinggi dibanding laju inflasi komulatif nasional yang hanya tercatat
2,78%,” terang Hendro Dwi Sukisno, Kepala Bidang Statistik Distribusi BPS
Kabupaten Tuban.
Tahun ini, sejak Januari hingga Juni kemaren, laju inflasi
komulatif tercatat telah mencapai 1,58%. Menurut Dwi Hendro Sukisno, angka
tersebut masih dimungkinkan naik sebab perkembangan harga-harga kebutuhan terus
menunjukkan gejala naik. Terlebih lagi mendekati Ramadhan dan Hari Raya Iedul
Fitri yang jatuh pada Juli-Agustus. Tren naik harga kebutuhan pokok selalu
terjadi pada saat menjelang dan selama puasa Ramadhan dan Hari Raya Iedul
Fitri. Namun Dwi Hendro Sukisno optimis laju inflasi tidak sampai melebihi 5%.
“Pemerintah Provinsi maupun Pemkab, saat ini sudah menyiapkan program untuk
mengendalikan harga-harga kebutuhan. Ini akan sangat berpengaruh terhadap
tingkat inflasi,” kata Dwi hendro Sukisno.
Tujuh kelompok komuditi, lanjut Dwi Hendro Sukisno, yang menjadi
pembangun inflasi tahun ini, yakni pangan, makanan jadi, sandang, perumahan,
pendidikan, transportasi dan kesehatan. Dari tujuh kelompok ini, beras tercatat
menyumbang angka inflasi tertinggi, 1,07%, jauh lebih tinggi dibanding sektor
perumahan yang semula dikhawatirkan bakal memberi kontribusi lumayan besar
terjadinya inflasi. Sektor ini hanya tercatat menyumbang angka 0,64%
terhadap inflasi selama Januari-Juni.
Pertengahan Juli hingga awal Agustus mendatang, diperkirakan
kelompok pangan bakal lebih besar kontribusinya terhadap laju inflasi. Makanan
kemasan yang saat ini masih tercatat menyumbang inflasi sebesar 0,72%,
bakal naik hingga 2 % lebih. Hal sama juga bakal terjadi pada kelompok sandang.
Saat ini kelompok sandang tercatat hanya menyumbang 0,62% terhadap inflasi,
namun mendekati pelaksanaan Hari Raya Iedul Fitri, Agustus mendatang,
diprediksi bakal naik sampai mendekati angka 4%.
0 Komentar:
Posting Komentar