Jumat, 06 Juli 2012

Laju Inflasi Komulatif di Tuban Lampaui Jatim


Kendati tidak lagi menjadi daerah pencatat inflasi versi Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Timur (Jatim), Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tuban harus tetap mewaspadai kondisi pasar, terutama untuk komuditi-komuditi yang rentan perubahan harga. Laju inflasi di kota pesisir Laut Jawa ini masih tergolong tinggi.

Menurut laporan BPS Kabupaten Tuban, Kamis (5/7), laju inflasi komulatif Kabupaten Tuban bahkan melampaui laju inflasi komulatif Provinsi Jawa Timur. Artinya, dari angka inflasi komulatif tercatat di Provinsi Jawa Timur, Kabupaten Tuban menjadi daerah penyumbang tertinggi.

Catatan BPS Kabupaten Tuban, selama tahun 2011 lalu, Kabupaten Tuban mengalami inflasi lumayan tinggi, dengan anka laju inflasi komulatif 4,42%. Sedang Provinsi Jawa Timur pada tahun yang sama laju inflasi komulatif tercatat hanya 3,62%. “Laju inflasi komulatif Tuban tahun 2011 itu justru jauh lebih tinggi dibanding laju inflasi komulatif nasional yang hanya tercatat 2,78%,” terang Hendro Dwi Sukisno, Kepala Bidang Statistik Distribusi BPS Kabupaten Tuban.

Tahun ini, sejak Januari hingga Juni kemaren, laju inflasi komulatif tercatat telah mencapai 1,58%. Menurut Dwi Hendro Sukisno, angka tersebut masih dimungkinkan naik sebab perkembangan harga-harga kebutuhan terus menunjukkan gejala naik. Terlebih lagi mendekati Ramadhan dan Hari Raya Iedul Fitri yang jatuh pada Juli-Agustus. Tren naik harga kebutuhan pokok selalu terjadi pada saat menjelang dan selama puasa Ramadhan dan Hari Raya Iedul Fitri. Namun Dwi Hendro Sukisno optimis laju inflasi tidak sampai melebihi 5%. “Pemerintah Provinsi maupun Pemkab, saat ini sudah menyiapkan program untuk mengendalikan harga-harga kebutuhan. Ini akan sangat berpengaruh terhadap tingkat inflasi,” kata Dwi hendro Sukisno.

Tujuh kelompok komuditi, lanjut Dwi Hendro Sukisno, yang menjadi pembangun inflasi tahun ini, yakni pangan, makanan jadi, sandang, perumahan, pendidikan, transportasi dan kesehatan. Dari tujuh kelompok ini, beras tercatat menyumbang angka inflasi tertinggi, 1,07%, jauh lebih tinggi dibanding sektor perumahan yang semula dikhawatirkan bakal memberi kontribusi lumayan besar terjadinya inflasi.  Sektor ini hanya tercatat menyumbang angka 0,64% terhadap inflasi selama Januari-Juni.

Pertengahan Juli hingga awal Agustus mendatang, diperkirakan kelompok pangan bakal lebih besar kontribusinya terhadap laju inflasi. Makanan kemasan yang saat ini masih tercatat menyumbang inflasi sebesar  0,72%, bakal naik hingga 2 % lebih. Hal sama juga bakal terjadi pada kelompok sandang. Saat ini kelompok sandang tercatat hanya menyumbang  0,62% terhadap inflasi, namun mendekati pelaksanaan Hari Raya Iedul Fitri, Agustus mendatang, diprediksi bakal naik sampai mendekati angka 4%.

0 Komentar:

Posting Komentar