Sejuknya udara pegunungan dan rindangnya hutan hujan tropis selalu menjadi pilihan terbaik menghilangkan stress dan kepenatan. Tak mengherankan jika kemudian pegunungan tumbuh pesat menjadi tempat tujuan wisata, sehingga tak jarang justru menimbulkan ketidak nyamanan lantaran padatnya arus kunjungan wisata di tempat-tempat tersebut.
Selain itu untuk menikmati segala fasilitas di tempat-tempat yang telah disulap menjadi obyek wisata semisal Batu, Malang, Pandaan, Bromo dan daerah pegunungan lainnya tersebut juga membutuhkan ongkos yang tidak sedikit. Karena itulah tidak salah jika Anda mencoba memilih tempat-tempat yang relative masih belum tersentuh komersialisasi sebagai tujuan berlibur Anda kali ini. Di Tuban sendiri banyak tempat-tempat yang bisa dijadikan tujuan wisata mengisi liburan sekalian menghilangkan kepenatan akibat rutinitas harian.
Kali Lohgung di Desa Mulyoagung, Kecamatan Singgahan ini salah satunya. Jernihnya air sungai yang jauh dari pencemaran industry dapat memulihkan energy yang terkuras akibat perjalanan atau rutinitas harian Anda. Dasar sungai yang bersumber dari Krawak, Desa Guwoterus, Kecamatan Montong ini agak dangkal. Dasar terdalam hanya sebatas dada orang dewasa. Selebihnya hanya sampai lutut, sehingga memungkinkan Anda berendam sepuasnya bersama anak-anak balita sekalipun, tanpa harus khawatir keamanannya.
Jika Anda khawatir, di tempat ini sudah tersedia persewaan pelampung berupa ban dalam mobil. Ongkos sewanya pun relative murah. Hanya dengan Rp 3000, Anda sudah bisa menggunakan ban pelampung itu seharian penuh, jika Anda mau. Tetapi jika Anda merasa risih dengan truk-truk, mobil pick-up dan motor yang turut serta masuk ke dalam sungai, Anda bisa kok hanya duduk-duduk di kedai yang ada di tempiannya. Sungai ini memang tidak ditetapkan sebagai tempat wisata. Jadi para pengunjung harus rela berbagi dengan penduduk setempat yang memanfaatkan sungai ini sebagai MCK dan tempat pencucian kendaraan.
Tetapi memang sayang jika tidak menikmati sejuknya air sungai yang jernih bak kaca itu, meski sekedar cuci muka, seperti yang dilakukan Sylvia Australiana dan Wahyu Amanatullah, pengunjung tempat yang lebih tepat disebut sebagai tempat singgah atau rest area itu. “Enak di sini. Airnya sejuk sekali. Segar rasanya setelah cuci muka. Katanya selain bisa mengembalikan tenaga, juga bisa membuat wajah kelihatan lebih bersinar,” kata Sylvia yang mengaku masih duduk di bangku kelas III SMP Negeri di Tuban.
Menurut Sylvia, tempat itu akan lebih bagus jika dibangun fasilitas yang memadai, sehingga akan lebih banyak menarik pengunjung. Saat ini Kali Lohgung memang nyaris tak tersentuh perubahan. Selain kedai milik Balail yang berdiri di atas tebing persis di sisi sungai, tak ada bangunan lainnya. Kedai ini pun terkesan dibangun apa adanya, semi permanen. Hanya berupa gubuk tanpa dinding dengan tiang bambu dan atap daun aren (sirap). Bambu kuning tumbuh memenuhi seluruh area kedai, berbaur tanaman pokok hutan yang masuk kawasan Perhutani KPH Parengan ini.
Menurut Balail, meski hanya ala kadarnya, setiap hari tak kurang dari 50-an orang singgah di kedainya itu. Malah banyak yang sering berlama-lama bermain di sungai yang memang sangat sejuk dan jernih itu. Balail sendiri mengaku menempati lahan itu atas ijin perhutani BKPH setempat. Sewanya pun lumayan murah, hanya Rp 100 ribu/bulan Balail menyetor uang hasil penjualan minuman dan makanannya ke Perhutani BKPH setempat. Sedang omzetnya per hari, menurut pengakuannya, mencapai Rp 250 ribu. “Pada hari libur seperti ini biasanya ramai. Kadang sampai dapat Rp 750 ribu – Rp 1 juta sehari. Itu sudah plus sewa ban dan ongkos cuci mobil atau motor. Mobil jenis truk kalau dicuci bayar Rp 5000, mobil kecil Rp 3000, kalau motor kadang Cuma dikasih Rp 1000,” papar Balail.
Sayangnya, Balail tidak banyak menyediakan menu makanan dan minuman. Selain kopi dan es buah instans, tidak ada lagi minuman yang bisa dipesan. Makanannya pun hanya makanan ringan kemasan pabrik. Kalau Anda kebetulan lapar, hanya mie instan rebus lauk telur ceplok yang bisa Anda santap.
Balail sendiri mengaku tidak berhasrat menambah menu minuman dan makanannya. Sebab kedainya itu hanya menjaring para pengguna jalan Montong-Parengan yang kebetulan ingin rehat sejenak melepas lelah. Pengunjung yang benar-benar bertujuan hendak berwisata kebanyakan memilih Air Terjun Nglirip yang hanya berjarak 1 Km dari rest area ini. “ Setelah ke Nglirip biasanya mampir ke sini. Mandi. Kalau di Nglirip kan tidak boleh mandi karena berbahaya. Kadang ya nggak singgah ke kedai, hanya mandi saja,” kata Balail.
Bagi Haji Rofi’i, pengunjung asal Blora, Jawa Tangah, sangat disayangkan bila Kali Lohgung tidak dibangun sebagai tempat tujuan wisata. Menurut H. Rofi’I, Kali Lohgung memiliki potensi besar untuk menjadi tempat wisata yang sanggup memberi dampak positif terhadap perekonomian masyarakat di sekitarnya. Lokasinya pun tak sulit dijangkau karena berada persis di tepian jalan kabupaten Tuban-Parengan via Montong. Terlebih di dekat kawasan ini terdapat goa Putri Asih, Cagar Alam Goa Nglirip dan Air Terjun Nglirip yang sudah dipromosikan sebagai tempat tujuan wisata. Hanya saja memang perlu penataan infrastruktur lebih dahulu. Jika tidak menggunakan kendaraan pribadi, akan sedikit sulit bisa sampai ke Lohgung. Hampir tidak ada mobil penumpang umum yang melewati trayek ini. Ojek dari Kota Kecamatan Montong pun lumayan mahal, Rp 30 ribu sekali jalan.
0 Komentar:
Posting Komentar