Rabu, 27 Juni 2012

Dua Sumber Air Putri Lanjar Di Wadung



Dua sumber mata air “Putri Lanjar” terletak di pegunungan yang jauh dari pemukiman warga, tepatnya di Desa Wadung Kecamatan Soko Kabupaten Tuban. Menurut warga setempat, area yang merupakan salah satu potensi wisata di tuban tersebut mempunyai sejuta cerita, mulai dari jaman prasejarah, sejarah hingga saat ini. Sebuah pohon besar di samping dua sumber berusia ratusan tahun menjadi saksi bisu beragam kisah yang tercipta di dua sumber mata air ini.

Konon, asal muasal adanya dua sumber tersebut di latar belakangi kisah asmara antara Putri Lanjar dengan Glondor Maindu, Glondor Maindu adalah salah satu penguasa di jamannya, dan beliau berkeinginan untuk menyunting sang  Putri. Namun, untuk mendapatkan keinginannya, Glondor Maindu harus bisa memenuhi beberapa persyaratan. Untuk bisa meminang sang Putri, harus bersedia memberikan perabot rumah tangga, alat musik dan beberapa hewan. Dengan rasa cinta yang luar biasa dan  keingin kuat untuk memiliki Sang Putri, Glondor Maindu pun bersedia memenuhi permintaan sang Putri.

Kemudian, Glondor Maindu memerintahkan para anak buahnya untuk membawa persyaratan yang diminta Sang Putri, hari itu juga Glondor Maindu melamar sang putri, dan ternyata sang Putri menolak karena mengetahui kalau Glondor Maindu mempunyai kelainan fisik (Alat Fitalnya terlalu besar, seukuran batang pohon kelapa). Dengan perasaan kecewa dan marah, akhirnya Glondor Maindu murka terhadap Sang Putri, sang Putri pun merasa bersalah dengan apa yang di perbuat terhadap Glondor Maindu, kemudian sang putri bersumpah untuk menjadi salah satu sumber mata air yang nantinya bisa diambil manfaat oleh orang banyak.

Sumpah serapah sang putri pun terwujud. Melihat sang putri telah berubah wujud menjadi sumber mata air, maka Glondor Maindu pun melakukan hal yang sama, hingga jadilah dua sumber mata air yang kini di sebut Brubulan Lanjar.

Salah satu warga Mustopo bercerita, “sampai saat ini perabot yang di bawa Glondor Maindu juga masih, tapi berupa batu, seperti Gong (alat gamelan jawa), Gajah, Pawon dsb”. Sampai sa’at tempat tersebut masih menyimpan banyak mistis dan mitos, seperti yang di ceritakan Yamidi, “Jika ada pengantin baru/lawas yang tidak harmonis hubunganya, di ambilkan dua sumber mata air tersebut, maka diyakini hubungan menjadi harmonis/patot (dalam bahasa jawanya).

Lebih lanjut Yamidi menceritakan, “memang seringkali ada orang luar kota seperti Bojonegoro mengambil air dari situ, apalagi di bulan-bulan tertentu yang sekiranya dianggap angker oleh orang jawa”,tandasnya.

Area yang seharusnya sangat potensi untuk menjadi salah satu objek wisata di Kabupaten Tuban ini, tampaknya belum terjamah dan belum mendapat perhatian dari pemerintah. Justru realitas yang diceritakan oleh warga setempat, tempat tersebut seringkali menjadi tempat praktek para pelakon mistis, dengan pembakaran menyan dan praktek – praktek mitos mistik yang lain.

Banyak warga setempat menyampaikan harapannya, agar tempat tersebut dapat dikembangkan menjadi salah satu objek wisata di Kabupaten Tuban.

0 Komentar:

Posting Komentar