Minggu, 17 Juni 2012

Pekerjaan Alternatif Warga Bektiharjo


Gunung Kapur di Kabupaten Tuban telah dikenal dan terkenal. Penambangan batu kapur di Kabupaten ini telah menjadi pekerjaan alternatif di beberapa daerah di Tuban. Batu Kapur menjadi salah satu kekayaan alam Kabupaten Tuban yang menjadi salah satu daya ungkit pergerakan industrialisasi di Tuban.
Lokasi penambangan batu kapur di desa Bektiharjo Kecamatan Semanding Kabupaten Tuban. Dalam kesempatan ini, ada beberapa penambang batu kapur bekerja mengubah batu kapur menjadi batu kumbung, jenis batu yang menjadi bahan pembuat dinding seperti batu bata.
Dia biasa dipanggil dengan nama mas Heri (41). Lelaki asli daerah Kecamatan Palang Kabupaten Tuban ini sedang bergelut dengan peralatan tambang sederhana, bersama 5 orang kawannya untuk menambang batu kumbung di areal bukit kapur seluas + 1 hektar yang dimilikinya.
Heri menceritakan bahwa di daerah asalnya, Kecamatan Palang, Heri juga sudah lama berprofesi sebagai penambang batu kapur. Kemudian areal yang dimilikinya di sana sudah habis, dan sekarang sedang mulai mengerjakan tambang batu kapur di Desa Bekti Harjo, yang dibelinya dari warga setempat dengan harga 125 juta.
Heri mengaku bahwa dirinya baru memulai penambangan di tempat baru ini sekitar 3 minggu. “Ini lahan baru mas, baru saya mulai sekitar 3 minggu, jadi hasilnya juga belum pasti,” kata Heri. Lebih lanjut Heri menceritakan bahwa untuk saat ini batu kumbung yang dihasilkan baru sekitar 700 s.d 1000 biji. Heri mengungkapkan, “Memang sekarang ini masih lebih banyak pengeluarannya mas daripada pemasukannya. Tapi nanti kalau sudah mencapai kedalaman 1 atau 2 meter, hasil produksi kita akan meningkat tajam, dan omset kita sudah mulai bisa dihitung dan dipastikan.”
1 batu kumbung umumnya dijual kepada tengkulak dengan harga 500 rupiah / biji. Kemudian, batu itu akan dijual lagi dengan harga 700 s.d 900 rupiah. Di daerah yang masih penuh dengan hutan dan perbukitan ini, sebagian besar warga berprofesi sebagai penambang batu kapur.
Salah satunya adalah Wanto (45), lelaki baya ini mengatakan, “Di sini hampir 60 % gunung kapur di tambang. Begitu juga warga sekitar sini, tua maupun muda, kebanyakan bekerja sebagai penambang batu kapur atau kumbung.
Lebih lanjut Wanto menuturkan, “Lumayanlah mas, daripada cari pekerjaan sulit, pekerjaan sebagai penambang batu kumbung ini bisa menjadi alternatif warga sini. Meskipun tidak punya karena tidak mampu membeli areal tambang sendiri, warga bisa menjadi buruh tambang batu kumbung kepada orang – orang yang mempunyai areal tambang.
Soal ongkos yang didapat, Wanto mengaku, “Ongkos tergantung orangnya dan beragam mas, untuk tenaga ahlinya, bisa sampai 70 ribu. Untuk kuli tambangnya, rata – rata 30 ribu s.d 45 ribu.”
Setelah melihat beberapa aktiftas penambangan batu kapur, tim Ekspedisi Kuda Hitam sempat melihat dan memasuki salah satu kawasan Goa di daerah tersebut, yang sudah banyak berlubang karena diambil kandungan batu fosfatnya. Menurut warga sekitar yang ditemui tim ekspedisi, fosfat di sini kadarnya 14 s.d 17, dan sudah sejak dulu ditambang warga sekitar.
Terkait perijinan tambang dan tata peraturan yang ada di sini, Karto salah satu warga desa mengatakan,”Nggak ada ijin apa – apa mas. Ini pertambangan rakyat. Ya begini ini, seperti yang mas lihat. Siapa yang punya lahan di sini bebas menambang sesukanya. Bagi yang punya duit, bisa menggunakan mesin. Namun bagi orang – orang yang terbatas, penambangan dilakukan secara manual dengan menggunakan gergaji biasa.”
Di sepanjang jalan, selain tampak titik – titik pertambangan batu kapur, beberapa tanaman juga tampak tumbuh subur di area bukit kapur. Tampak di perbukitan itu tanaman jagung, Lombok, kacang dan yang pasti kayu – kayu Jati yang masih muda.
Tingkat ekonomi warga sekitar lokasi tersebut bisa dikatakan menengah ke bawah. Meskipun daerah tersebut tempat penambangan batu kumbung, banyak rumah – rumah warga yang hanya terbuat dari bambu.
Darmi, salah satu warga mengatakan, “Sebenarnya kita juga berharap kesejahteraan yang lebih baik mas. Mengandalkan suami kerja sebagai buruh tambang, sebenarnya sangat terbatas. Namun bagaimana lagi, untuk mendapatkan penghasilan yang layak juga tidak mudah.” “Dulu katanya kalau Bupatinya ganti, rakyat akan sejahtera, dan pekerjaan yang layak untuk masyarakat akan banyak. Buktinya hingga hari ini sama – sama saja. Nggak ada perubahan yang bisa membuat kami sejahtera mas,” tambah Darmi sambil diamini beberapa warga desa.

0 Komentar:

Posting Komentar