Senin, 23 Januari 2012

Motor Berbahan Bakar Gas dari Tuban



Bahan bakar gas terbukti lebih irit ketimbang bahan bakar minyak (BBM). Paling tidak, hal itu dibuktikan Sapari (45) warga Desa Margomulyo, Kecamatan Kerek, Tuban yang berhasil memodifikasi sepeda motornya dengan bahan bakar elpiji.

Sepeda motor Yamaha RX Spesial keluaran tahun 1984 yang berbahan bakar premium sejak setahun lalui telah direkayasa, ganti bahan baker gas (BBG), yaitu dengan memanfaatkan elpiji ukuran 3 kilogram seperti yang dijualnya di pangkalan.
Supari menceritakan, sebelumnya ia butuh premium sekitar 3 liter untukkeliling sehari mengantarkan pesanan elpiji ke rumah-rumah pelanggan. Tapi dengan elpiji 3 kilogram, ia sudah bisa berkeliling 5 hari. “Terasa sekali, beda jauh,” ungkap Bapak dua anak ini sambil menunjukkan sepeda motor berbahan bakar elpiji karyanya.
Suami Sugiati tersebut, mendapatkan ide merubah BBG dari kebiasaannya memperbaiki kompor gas di rumah. Ya, selain menjadi penjual elpiji, Sapari memang membuka praktik servis komppor gas di rumahnya sejak. Langganannya pun sudah sangat banyak, hampir setiap ada kompor gas rusak di kawasan Kecamatan Kerek, selalu dibawa ke tempatnya untuk diperbaiki.
Sampai sekitar setahun lalu, saat pembatasan subsidi minyak tanah mulai diberlakukan oleh pemerintah, ia mencoba merubah bahan lampu petromak menggunakan elpiji. ternyata, upaya itu berhasil. Kemudian, ia semakin penasaran dan mencoba lagi merubah bahan bakar mobil pikap miliknya dengan bahan bakar elpiji yang disambungkan langsung ke karburator mobil. Ternyata, usaha ini juga berhasil, dan mobil pikap Sapari berjalan normal menggunakan bahan elpiji.
Tak hanya itu, Sapari juga menjajal penemuannya tersebut ke sepeda motor tua miliknya. Itupun berhasil total. Sepeda motor warna hitam bernopol L 4903 BS ini tetap berjalan seperti biasa menggunakan bahan bakar elpiji. “Namun, karena mobil mesinnya berada di bawah, saya menjadi kesulitan untuk memasang dan memperbaikinya. Akhirnya, mobil pikap saya, tak kembalikan lagi dengan bahan BBM,” kisahnya.
Ia memilih menggunakan bahan bakar elpiji hanya untuk sepeda motor yang saban hari digunakannya berkeliling di sekitar kawasan Kecamatan Kerek mengantarkan pesanan elpiji. “Sistem yang saya terapkan juga sama, yakni dengan menghubungkan elpiji ke karburator. Kemudian, saya pasangi alat buka tutup tekanan gas di antara tabung elpiji dan karburator sepeda motor saya ini,” imbuh Sapari.
Artinya, saat motornya berhenti, uliran sejenis regulator ditutup oleh Sapari. Dan ketika motor dijalankan, baru aliran gas dari elpiji dibuka untuk mengirim bahan bakar ke kendaraan supaya bisa menyala mesinnya dan dapat dijalankan seperti biasa.
Diceritakannya, sekitar dua bulan setelah motornya menggunakan bahan bakar elpiji, sempat ditangkap oleh petugas kepolisian lantaran dianggap berbahaya. Namun, setelah diurus, akhirnya motor tersebut bisa dikeluarkan lagi dari Polres Tuban. Dan ia tetap ngotot menggunakan motor berbahan bakar elpiji miliknya hingga sekarang dengan alasan bahwa  selama menggunakan bahan bakar elpiji, sama sekali tidak pernah ada bahaya yang mengancam dirinya dari motor tersebut.
Selain lampu petromak, mobil pikap dan sepeda motor, Sapari juga pernah memodifikasi mesin diesel menggunakan bahan bakar elpiji. Yakni mesin diesel milik warga Desa Gemulung, Kecamatan Kerek yang biasa digunakan untuk mengaliri air di sawahnya. Dan sampai sekarang, mesin diesel tersebut juga tetap bisa digunakan oleh pemiliknya dan terbukti bahan bakarnya lebih irit ketimbang menggunakan BBM seperti sebelumnya. (Jogoboyo)

0 Komentar:

Posting Komentar