(sosialnews.com) - Rumah Karaoke ala Wong Ndeso di Tuban. Heboh membicarakan pro dan kontra konser Lady Gaga yang dianggap menebarkan aroma maksiat, tidak demikian dengan di salah satu sudut Bumi Wali Tuban yang dikemas dalam musik gamelan dan karaoke koplo untuk mengiringi minum toak dirindang jajaran pohon asem di Desa Dempel Kecamatan Plumpang Kabupaten Tuban, Sabtu (02/06).
Lorong jalan beraspal yang rindang oleh jajaran pohon asem tua dan semilir angin sepoi – sepoi, berderet beberapa warung yang nampak dari luar sangat sederhana, terbuat dari dinding anyaman bambu bertiang bambu pula dengan lantai dibiarkan beralaskan tanah hitam, berderet beberapa meja dan kursi panjang. Di salah satu meja utama tersedia berbagai minuman beralkohol dari botol/pabrik sampai minuman khas lokal dari pohon siwalan yang terkenal dengan nama toak lengkap dengan gelas tradisional dari bambu, orang lokal menyebutnya centhak.
Menjelang matahari naik tinggi seiring itu pula datang satu persatu penjaja gadis belia memasuki warung-warung itu, untuk memberi servis sebagai pramu saji pada tamu yang akan berkunjung dari berbagai kota di sekitar Tuban, baik yang datang berkelompok bersama kolega maupun yang datang sendiri-sendiri. Para pengunjung datang untuk memanjakan diri menikmati berbagai macam minuman, namun yang paling laris biasanya minuman toak. Tersedia juga aneka macam camilan/makanan sebagai penghantar menemani minum-minuman yang biasa di sebut tambul.
Tidak berhenti disitu, di tempat tersebut juga mangkal sekelompok pemusik gamelan janggrung, yang beranggotakan beberapa orang laki-laki sebagai pemusik dan beberapa wanita cantik berperan sebagai penyanyi, judul lagu disesuaikan pesanan pengunjung guna menambah eksotis dan meriah syahdu suasana, sesekali terdengar gelak tawa yang membahana para pengunjung yang larut dalam tarian-tarian. Bahkan tidak sedikit yang terlihat sempoyongan tertatih-tatih. Aktivitas ini berlangsung sampai larut hari. “Kami disewa Rp 50.000/jam oleh pengunjung dan masih dibagi dengan bos warung mas, kadang juga dapat saweran dari pengunjung,“ papar Darmin 60 tahun salah satu panjak (penabuh gamelan).
Saat kontributor sosialnews.com menanyakan pada juragan pemilik warung Darmisih umur 40 tahun, ”Untuk menyambung hidup saya membuka warung disini,” ujar wanita setengah baya bertubuh sintal tersebut. “Kalau minggu ramai sampai meluber ketepian jalan mas,” tambahnya. Di tempat ini juga disediakan pemilik warung, pramusaji yang muda dan cantik agar pengunjung betah berlama-lama dan menghabiskan banyak dagangan.
Sebut saja Anggrek (nama samara) salah satu wanita muda belia yang tugasnya menemani pengunjung mengatakan, “Saya harus berpakaian seksi untuk membuat pengunjung betah berlama-lama menikmati semua yang tersedia disini,“ ujar wanita asal kota Tuban tersebut. ”Saya dibayar Rp 25.000 dari jam 11.00 – 17.00 wib oleh bos mami, namun lumayan juga, cari kerjaan ya susah, meski katanya kota ini banyak pabrik mas “ kata wanita yang suka bercelana jeans ketat tersebut. “Kadang dapat tambahan saweran, kalau disuruh menyanyi karaoke sama pengunjung, apalagi mau di colek-colek dikit mas,“ bisiknya sambil tertawa.
0 Komentar:
Posting Komentar