Dinas Kesehatan Tuban |
Bumi Wali yang sekarang menjadi sebutan Kabupaten Tuban terkepung penyakit AIDS/HIV. Dari 20 kecamatan yang ada, hanya 3 kecamatan yang belum terdeteksi , sebaran yang terus meningkat diperlukan kewaspadaan masyarakat secara proporsional dan bijaksana.
AIDS/Acquired immunodeficiency syndrome atau HIV human immunodeficiency virus adalah penyakit yang saat ini menjadi momok masyarakat dunia merupakan penyakit menular dengan jalan tertentu yang sulit disembuhkan bahkan belum ada obatnya yang mujarab di dunia. Semakin hari semakin meningkat baik jumlah maupun penyebarannya, hingga sampai di Kota Tuban Jawa Timur. Dari catatan Dinas kesehatan Kabupaten Tuban dari 1991 sampai 2012 mencapai angka yang signifikan yaitu 24 penderita yang menyebar di 17 Kecamatan dari 20 kecamatan di Tuban. Dari perempuan sampai laki-laki.
Penyakit AIDS/HIV ibarat gunung es yang setiap saat dapat mengancam menuju kematian, sebab gejalanya yang muncul diantaranya gejala mayor dan gejala minor, gejala mayor antara lain berat badan dapat turun !0%, diare terus menerus selama 1 bulan walau sudah diobati, daya tahan tubuh turun drastis, sementara gejala minor adalah adanya jamur di kulit, lidah dan rongga mulut, gangguan kelenjar liver dan sarcoma Kaposi (tumor yang disebabkan oleh virus).
Sementara HIV menular melalui:
- Bersenggama yang membiarkan darah, air mani, atau cairan vagina dari orang HIV-positif masuk ke aliran darah orang yang belum terinfeksi (yaitu senggama yang dilakukan tanpa kondom melalui vagina atau dubur; juga melalui mulut, walau dengan kemungkinan kecil).
- Memakai jarum suntik bekas pakai orang lain, dan yang mengandung darah yang terinfeksi HIV.
- Menerima transfusi darah yang terinfeksi HIV.
- Dari ibu HIV-positif ke bayi dalam kandungan, waktu melahirkan, dan jika menyusui sendiri terdapat air susu ibu (ASI).
HIV terdapat dalam sebagian cairan tubuh, yaitu:
- Darah,
- Air mani,
- Cairan vagina,
Menurut data dinas kesehatan Tuban, melalui kepala dinas Dr.H.saiful Hadi pihaknya mengatakan “Kami terus melakukan pemantauan dan konseling kepada para penderita, juga rujukan untuk penanganan pada rumah sakit luar kota Tuban yang memiliki fasilitas untuk itu.“ Saiful menambahkan “Dari 24 penderita ada yang sudah dirujuk, penanganan di rumah penderita dan bahkan tidak sedikit yang sudah meninggal, dan ada lho mas yang waria,“ ujarnya dengan hati-hati.
Daerah-daerah domisili penderita pada beberapa tempat, Nampak tidak terjadi apa-apa, “Alamat dan identitas penderita kami rahasiakan agar tidak menimbulkan kepanikan di masyarakat juga demi si penderita dan keluarganya,“ tambah Saiful. “Penyakit AIDS/HIV tidak menular jika hanya jabat tangan, makan bersama, MCK dan berbicara,“ ujarnya meyakinkan.
Tidak hanya di Tuban di kota sekitar seperti di Bojonegoro ada 60 penderita, di Lamongan ada 50 penderita. Di sela keteranganya dengan marak penderita AIDS/HIV di Tuban kata Saiful, “Diantaranya adalah dampak industrialisasi dengan para pendatang, maraknya tempat hiburan malam, juga rentannya hubungan berganti-ganti pasangan, maka saya sarankan untuk memakai pelindung (kondom) jika berhubungan selain pasangan, agar tidak terus bertambah penderitanya,“ bisiknya. Saiful sempat beberkan teori estimasi penyebaran dengan di kali 10, “Kalau penderita 24 orang maka tinggal dikalikan 10 X menjadi 240 penderita suspek AIDS/HIV,” mengakhiri pembicaraan. Pada Kantor Dinas Kesehatan Tuban sangat minim ditemui pamflet atau sejenisnya tentang keterangan AIDS/HIV.
0 Komentar:
Posting Komentar