Asal-Usul
Tuban
Sebuah
daerah di Indonesia seluruhnya memiliki sebuah nama seperti halnya manusia.
Hutan, sungai, daerah pertanian, air terjun, jurang, kota, desa dan lembah
semua memiliki nama. Penamaan sebuah daerah di Indonesia di dasarkan pada
adanya sebuah tempat terkenal di daerah tersebut, Selain itu juga didasarkan
pada sebuah tanaman di sebuah daerah, dan semua itu dikaitkan dengan sebuah
legenda yang terjadi di daerah itu.
Pemberian
nama Tuban didasarkan pada beberapa hal, yaitu Legenda, Ciri khas daerah Tuban,
Tanaman khas yang terdapat di daerah Tuban.
Pertama
legenda, kisah legenda yang diangkat terjadi pada masa kerajaan Majapahit.
Ketika itu Kerajaan Majapahit sedang jatuh ke tangan Raden Patah Sultan Demak,
Benda-benda beharga kerajaan Majapahit semua dipindahkan ke Demak. Ketika
proses pemindahan, seluruh kekayaan berupa emas dan benda pusaka telah diangkut
menggunakan kereta kuda. Namun, dari sekian banyak benda rampasan terdapat dua
batu pusaka yang tertinggal, dan seluruh prajurit tidak mampu membawa batu
tersebut. Maka, Raden Patah kemudian meminta bantuan burung bangau untuk
memindahkan batu pusaka itu. Batu pusaka kemudian dibawa terbang burung bangau
menuju Demak. Ketika terbang melintas di daerah pesisir, terdapat anak-anak
gembala yang melihat burung bangau itu terbang sangat aneh, kemudian anak-anak
gembala mengejek burung bangau. Burung bangau marah karena ejekan tersebut,
sehingga burung bangau kehilangan konsentrasi dan kemudian batu pusaka tersebut
di wilayah itu. Wilayah tempat jatuhnya batu pusaka itu kemudia dinamakan
dengan Tuban, Kepanjangan dari waTu tiBan (Batuh Jatuh).
Selain
cerita bangau yang menjatuhkan batu pusaka dari Majapahit ke Demak, nama Tuban
juga di dasarkan pada cerita pendirian wilayah Tuban. Cerita ini dimulai ketika
Raden Arya Dandang Wacana membuka hutan Papringan untuk dijadikan kadipaten
baru, secara tidak sengaja kemudian keluar sumber air sangat deras, Kemudian,
tempat itu dinamakan Tuban dari asal kata meTu Banyu (Keluar Air).
Secara
etimologi Tuban berasal dari kata tuban (bahasa kawi) yang artinya Jeram.
Menurut S. Prawiroatmojo dalam Bausastra Jawa Indonesia berarti air lata, air
terjun. Nama ini dicetuskan karena adanya beberapa air terjun di daerah
Kabupaten Tuban, seperti air terjun Nglirip Kecamatan Singgahan, air terjun
Banyulase Kecamatan Semanding, sementara air lata terdapat di Ngerong Kecamatan
Rengel. Keseluruhan tempat tersebut merupakan pusat keramaian daerah Tuban pada
masa kerajaan dan Rengel menjadi pusat pemerintahan sebelum dipindahkan ke daerah
Tuban sampai saat ini. Hal itu di dasarkan pada penemuan benda-benda bersejarah
di daerah Ngerong Kecamatan Rengel berupa Arca Nandhim dan Arca Matahatula yang
merupakan ciri dari Kerajaan Singosari. Selain itu di Rengel juga ditemukan
Prasasti Malenga dan Banjaran yang berangka 1052 Masehi. Rengel sebagai pusat
keramaian juga dikuatkan dengan letak Geografis daerah itu. Rengel terletak di
tepi Bengawan Solo yang pada jaman dulu merupakan sarana perhubungan utama. Di
Rengel juga terdapat persawahan yang subur.
Menurut Drs.
Soekarto Tuban berasal dari kata “tubo” yaitu sejenis tanaman yang bisa
dijadikan racun. Arti kata “tubo” juga sama dengan Arti dari nama daerah
disebelah barat Tuban, yaitu Jenu. Dengan demikian Tuban ada kaitannya dengan
Jenu.
Sejarah Hari
Jadi Tuban
Kabupaten
Tuban pada zaman kerajaan merupakan daerah penting, karena tuban merupakan
daerah pelabuhan besar pada masa itu. Disisi lain daerah tuban juga melahirkan
pejuang-pejuang kerajaan, Mulai dari kerajaan Jenggala sampai kerajaan
Majapahit. Karena, wilayah tuban sangat penting bagi kerajaan yang ada di Jawa
Timur, maka banyak pula bukti-bukti sejarah menceritakan keberadaan wilayah ini
pada masa lampau. Bukti-bukti sejara yang ditemukan kemudian dijadikan acuhan
dalam menentukan hari jadi kota Tuban.
Bukti-bukti
sejarah yang dijadikan acuhan dalam menentukan hari jadi Kabupaten Tuban
diantaranya adalah; Prasasti, naskah-naskah kuno dan berita dari asing (China).
Prasasti, prasasti yang ditemukan di wilayah tuban antara lain Prasasti Kambang
Putih, Prasasti Malenga, tertulis 974 saka atau 21 Agustus 1052, Prasasti
Banjaran(bertuliskan angka 974 saka atau 31 Agustus 1052, dan Prasasti Tuban (I
dan II berangka 1355). Naskah-naskah Kuno yang menceritakan tentang tuban yaitu
Kidung Ranggalawe pupuh XXV/22 dan 23, Kidung Harsya Wijaya, Piagam Kudadu,
Piagam Penanggungan (1296) dan Kitab Pararaton. Sedangkan berita asing yang
menceritakan tentang keberadaan Tuban adalah Berita China oleh Ma Hua dalam
buku Ying Yai Shing Lan karya Ma Hua.
Dari
sumber-sumber yang ditemukan, sumber yang digunakan dalam menentukan hari jadi
Kota Tuban adalah Kidung Ranggalawe pupuh XXV/22,23, Kidung Harsa Wijaya dan
Piagam Kudadu. Kidung Ranggalawe pupuh XXV 22 menceritakan tentang kepulangan
Ranggalawe dari Madura ke Tuban, Sedangkan pupuh XXV 23 menceritakan bahwa
ketika pengangkatan Raden Wijaya diikuti pula pengangkatan tujuh pengikut
setianya, salah satunya adalah Ronggolawe. Kidung Harsa Wijaya menceritakan
tentang pengangkatan raden Wijaya menjadi Raja Majapahit yaitu pada 12 November
1293 beserta para punggawa-punggawa. Kisah pada Kidung Harsa Wijaya kemudian
diperkuat dengan adanya Piagam Kudadu yang berisikan tentang punggawa-punggawa
Majapahit.
Punggawa-punggawa
Majapahit yang tertulis pada Piagam Kudadu tidak terdapat nama Ranggalawe. Dari
tiga Rakaian Menteri (Adipati Manca Nagara) yang disebut adalah Pranaraja, Arya
Adikhara, Arya Wiraraja. Mengingat jasa Ranggalawe seharusnya beliau
mendapatkan jabatan di Majapahit. Namun, berdasarkan beberapa sumber yang ada,
Nama Ranggalawe adalah nama pemberian dari Raden Wijaya atas jasa-jasa yang
telah dibuatnya. Nama Ranggalawe sebenarnya adala Arya Adikhara, hal ini
disebutkan di Kidung Pararaton dan Kidung Ranggalawe.
Penentuan 12
November 1293 M sebagai hari jadi Tuban telah sesuai jika dibandingkan dengan
tanggal-tanggal yang ada pada sumber-sumber yang lain. Karena Tuban disini
sudah sebagai wilayah yang setara dengan kabupaten. Tokoh yang diangkat, yakni
Ronggolawe merupakan tokoh bersejarah yang dianggap oleh Masyarakat Tuban
sebagai seorang pahlawan.