Selain itu, Parade Nusantara juga akan menggulirkan sejumlah program konkrit untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat di pedesaan. Program itu di antaranya meningkatkan produktivitas tanaman pangan berupa beras, singkong dan ubi jalar, serta kedelai.
Demikian beberapa butir hasil Musyawarah Kerja (Munas) Parade Nusantara yang diselenggarakan di Desa Wisata, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta Timur, Selasa (29/5).
Ketua Umum Presidium Dewan Pemimpin Nasional (DPN) Parade Nusantara, Sudir Santoso mengatakan, perjuangan menggolkan RUU Desa menjadi UU merupakan prioritas utama organisasinya bersama-sama seluruh perangkat desa. Pada konteks tersebut, Munas kali ini memiliki peran penting dan strategis. Pasalnya, dari sini seluruh elemen Parade Nuasantara kembali memantapkan visi dan misi dalam perjuangan.
“Buat kami, UU Desa merupakan harga mati. Tanpa UU Desa, jangan pernah bermimpi kesejahteraan masyarakat di pedesaan bisa ditingkatkan. Atas nama teman-teman perangkat desa seluruh Nusantara, saya menyampaikan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada semua pihak, khususnya bapak Rizal Ramli selaku Ketua Dewan Pembina, yang secara konsisten dan terus-menerus bersama-sama kami memperjuangkan peningkatkan kesejahteraan rakyat desa,” tutur Sudir.
Munas tersebut juga menetapkan Sudir Santoso sebagai Ketua Umum Presidium dan Rizal Ramli sebagai Ketua Dewan Pembina serta menetapkan perbaikan Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga.
Perluasan anggota
Menyangkut penetapan perbaikan AD-ART, Sudir menjelaskan hal itu dilakukan untuk mengantisipasi perkembangan situasi dan kondisi. Parade Nusantara tidak mau menjadi organisasi statis dan beku yang akhirnya tergilas oleh perkembangan zaman.
Dia melanjutkan, ada beberapa pasal yang diperbaiki guna keperluan tersebut. Salah satu di antaranya adalah tentang keanggotaan. Pada ART sebelumnya, aturan mainnya disusun cukup detil dan rijit, sehingga terkesan kaku. Secara substansi memang tidak ada perubahan yang mendasar, kecuali dimasukkannya peluang elemen masyarakat pedesaan untuk menjadi anggota Parade Nusantara. Langkah ini dimaksudkan supaya Parade Nusantara bisa merangkul potensi sumber daya pedesaan secara lebih luas lagi. Namun agar tidak terlalu membelenggu organisasi, ketentuan soal ini akan dimasukkan dalam peraturan organisasi (PO).
Produksi pangan
Sementara itu, Rizal Ramli menyatakan peningkatan konsumsi pangan dunia dan dampak pemanasan global telah menyebabkan harga pangan, khususnya beras, di pasar dunia terus merangkak naik. Bagi Indonesia dengan populasi sekitar 240 juta jiwa, kondisi ini tentu saja sangat tidak riskan. Produksi beras sering tidak mencukupi kebutuhan konsumsi dalam negeri, sehingga harus mengimpor.
“Kita sering mencari gampangnya saja. Kurang beras, diatasi dengan mengimpor. Celakanya, di tengah perubahan iklim yang tidak menentu akibat pemanasan global, harga beras di pasar internasional cenderung terus naik. Selain merugikan devisa, impor beras juga sering menjadi incaran para pemburu rente. Di satu sisi, mereka menjadi sangat kaya raya dari rente impor beras, di sisi lain sebagian besar rakyat menjadi susah. Karenanya, situasi ini harus segera dihentikan dengan cara meningkatkan produktivitas tanaman pangan,” papar Rizal Ramli.
Tokoh perubahan nasional ini menyebutkan, sebagai organisasi yang menaungi perangkat desa, sudah seharusnya Parade Nusantara menaruh perhatian secara khusus mengenai soal peningkatan produksi pangan. Itulah sebabnya salah satu program konkrit dan mendesaknya adalah membuat proyek percontohan di beberapa lokasi untuk meningkatan produksi beras, singkong dan ubi, serta kedelai. Kalau produksi pangan meningkat, sebagian persoalan bangsa ini bisa kita selesaikan.
0 Komentar:
Posting Komentar