Sebenarnya banyak tempat yang bisa dijadikan destinasi wisata di Tuban. Sungai Banyu Langse di Desa Boto, Kecamatan Semanding, salah satunya. Tempat ini sangat eksotis. Dua air terjun mengalir deras dari bongkahan batu-batu cadas, membelah bukit kapur bagai liukan seekor naga. Dua tebing tegak mengapit aliran sungai. “Karena bentuknya yang meliuk seperti ular besar itu sungai ini disebut Banyu Langse. Langse artinya meliuk-liuk,” kata Samsul, tokoh masyarakat setempat, Minggu (29/7).
Cerita Samsul, konon sungai Banyu Langse ini menjadi jalan masuk para wali penyebar agama Islam di Tanah Jawa untuk menuju ke Goa Gembul. Di Goa Gembul itu para wali tersebut mengadakan musyawarah menyusun strategi da’wah. Samsul sendiri mengaku belum pernah membuktikan, tetapi ia percaya goa yang ada di atas sungai itu tembus ke Goa Gembul.
Keberadaan Banyu Langse sebagai destinasi wisata, kata Samsul, sebenarnya sudah sangat lama. Sekitaran tahun 1980-an, bahkan tempat ini sangat terkenal dan banyak dikunjungi wisatawan. Tentu saat itu kondisi Banyu Langse tidak gersang seperti sekarang. Ratusan pohon siwalan masih berdiri kokoh di atas dua tebingnya, berbaur dengan pohon jati dan ploso. Batu-batu pun belum banyak berserakan di dasar sungai. “Di sini sering longsor karena kurang terawat. Batu-batu besar di tengah sungai itu longsoran dari atas sana,” kata Samsul.
Rindangnya hutan dan indahnya panorama tentu mengundang pasangan muda-mudi. Pengunjung destinasi wisata ini pun kebanyakan muda-mudi yang sengaja mencari tempat beromantis ria. Sampai sekarang pun di Banyu Langse masih sering telihat pasangan muda-mudi beromantis-romantisan, meski tidak begitu banyak. Inilah yang menurut Samsul menjadi sebab Banyu Langse makin lama makin terpuruk. Kehadiran pasangan muda-mudi itu tentu sedikit mengganggu pandangan. Terlebih sungai itu menjadi pusat aktivitas masyarakat di sekitarnya. Mulai dari mandi, mencuci, buang hajat, memandikan ternak, semua dilakukan di sungai tersebut. Bahkan untuk memenuhi kebutuhan air bersihpun masyarakat mengambilnya dari sungai Banyu Langse. Airnya memang jernih dan 100% bebas pencemaran, kecuali kandungan kapurnyan yang relatil tinggi.
“Sudah lama, Mas, Banyu Langse terkenal sebagai tempat pacaran. Mungkin itu yang membuat masyarakat sini nggak suka. Jadinya ya nggak terawat begini,” kata Yudi, warga lain yang bertemu sosialnews.com di tempat itu.
Dulu pernah, kata Yudi, Pemerintah merencanakan pembangunan Banyu Langse agar lebih layak sebagai destinasi wisata. Jalan menuju ke lokasi itu juga sudah teraspal bagus, termasuk jalan setapak di punggung tebing menuju bagian atas sungai. Tetapi Yudi tidak mengerti mengapa hingga sekarang belum ada tindak lanjut. Yudi sendiri sangat berharap tempat molek ini bisa benar-benar menjadi destinasi wisata. Selain membawa dampak ekonomis langsung masyarakat sekitarnya, ditetapkannya Banyu Langse sebagai tempat wisata akan memelihara aliran air dan lingkungannya. “Air Banyu Langse ini menjadi sumber kehidupan warga sini. Kalau nggak kerawat, lingkungannya rusak, kan ya kita yang rugi,” kata Yudi.
Bagi pengunjung sendiri, bila tidak untuk kebutuhan bercinta yang memerluka dukungan tempat romantis, Banyu Langse kurang menarik. Tidak ada apa-apa yang bisa ditemui di tempat ini selain batu, tebing padas dan air jernih. Pemandangan menarik satu-satunya adalah kerumunan gadis-gadis setempat yang sedang asyik mandi atau sekedar mencuci pakaian di sungai. Menuju ke tempat ini pun lumayan sulit karena tidak ada angkutan umum dari kota yang menuju ke sini. Jika tidak menggunakan kendaraan pribadi, angkutan satu-satunya adalah ojek. Bisa dari kompleks Masjid Al-Falah, Jl Wahidin Sudiro Husodo, atau dari perempatan patung sebelah gedung DPRD Tuban. Tapi ongkosnya lumayan mahal, Rp 15 ribu. Jarak Banyu Langse dari kota sekitar 13 KM, melewati jalanan desa yang padat dan sempit.
Makanan dan minuman juga tidak tersedia di sini. Anda harus mempersiapkannya sendiri. Legen atau towak muda dan siwalan memang banyak diproduksi warga sekitar, tetapi kebanyakan mereka menjualnya ke tempat-tempat wisata di kota seperti Makam Sunan Bonang dan Goa Akbar. Tetapi bermacam kekurangan itu tentu bukan masalah jika anda menyukai wisata petualangan atau pengagum kemolekan alam. Meski tak terawat, Banyu Langse masih terlihat molek, hanya kurang bedak dan sedikit make up. Masuk ke lokasi ini juga tak dipungut tiket, termasuk parkirnya, semua gratis. Tetapi anda harus benar-benar mengunci rapat kendaaan anda, demi keamanan.
0 Komentar:
Posting Komentar