Desa Merdeka – Solo : Joko Widodo Walikota
Surakarta menjelaskan rencana bisnis mobil Esemka, pembangunan
transportasi Solo dan rencana tata ruang 30 tahun ke depan. Jokowi juga
menegaskan bahwa pasar tradisional adalah bagian penting kota yang
harus dilindungi. “Pasar juga adalah budaya,” kata Jokowi saat ditemui
wartawan, Sabtu pagi 4 Februari 2012.
Berikut wawancaranya.
Apa rencana Anda untuk Esemka?
Saya cerita dari awal ya. Solo adalah kota vokasi dengan 59 SMK.
Diputuskan membuat mobil karena di solo dan sekitarnya cari komponen
apa saja siap. Pelk ada di Klaten, blok mesin ada di Tegal, knalpot ada
di Purbalingga, komponen untuk mesin di Solo banyak sekali. Jok,
karpet, di Semarang ada.
Ini sudah 5 tahun. Bukan ujug-ujug. Mobilnya tidak langsung baik.
Setelah yang ketiga baik, kami langsung pamerkan. di Jakarta tiga kali,
di Bandung, Surabaya, Semarang. Di Solo entah berapa kali. Tapi
didiamkan saja, tidak ada yang perhatian, tidak ada yang bereaksi.
Hingga akhirnya muncul ide memakainya sebagai mobil dinas. Barulah
ramai.
Kenapa dipakai sebagai mobil dinas padahal belum ada platnya, belum ada izin?
Untuk saya valuenya bukan di izin, nilai ada di produk ini. Kami
usahakan sejak bertahun-tahun tempat pembelajaran ada di SMK, tapi ada
wilayah lain yang direncanakan untuk produksi massal. Empat tahun lalu
kami siapkan PT Solo Technopark. Satu setengah tahun lalu kami siapkan
PT Solo Manufaktur Kreasi (SMK).
SMK tempat belajar, sedang bisnisnya di Solo Technopark dan PT SMK.
PT SMK didirikan karena untuk uji emisi dan uji laik jalan harus
berbadan hukum. Ini yang membuat Esemka berbeda. Yang lain berhenti di
pembelajaran saja sedangkan kami siapkan untuk produksi. Tujuan kami
adalah mendapat principal mobil Indonesia dengan merk Indonesia.
Model bisnisnya?
Bukan gigantik. Ini kami siapkan bersama Direktorat Pembinaan SMK.
Bukan gigantik manufaktur seperti mobil-mobil yang produksi sampai
ratusan ribu, bukan.
Yang dimaksud produksi massal disini adalah industri rakyat.
Produksi sekitar 200 per bulan, setahun 2000-3000 mobil. Jangan pikir
ini akan jadi kompetisi, kami cuma pengen mobil dengan prinsipal
indonesia, brand indonesia.
Modalnya berapa?
Kecil, hitung sajalah. Misalnya 300 unit kali Rp 100 juta, Rp 30
miliar. Investasinya kira-kira Rp 55 miliar untuk assembling line,
finisihing line, quality control. Berpikir simpel saja. Saya sudah
melihat ke pabrik mobil-mobil yang lain seperti Mercy, Hyundai, Proton.
Kami tidak seperti itu karena ini industri rakyat.
Mobil ini terjamin kemanannya?
Kemarin saya bertemu Duta Besar Jerman. Kami minta dibantu BMW agar
semua bisa dicek dengan baik. Rakitan dicek dengan baik, finishing line
dicek dengan baik, quality control juga dicek dengan baik.
Masa iya kami mau buat mobil kayak buat gerobak. Semuanya sudah
dihitung. Nanti ada uji kelayakan, semua diuji. QC line sangat penting.
Ya kalau ada yang masih kurang-kurang, kan ini baru lahir satu hari
jangan dibandingkan dengan yang sudah ada 40 tahun. Saya marah kalau
dibandingkan begitu.
Ada yang melihat-lihat lalu bilang “lho ini kok jelek sih pak”. Wah
saya marah kalau begitu. Tapi lain kalau ada yang bilang, wah ini
diperbaiki pak finishingnya, dempulnya ditambah. Kalau memberi saran,
saya catat untuk nanti dperbaiki
Kapan?
Nanti tunggu uji kelayakan, emisi. Jadi saya belum produksi sekarang. Iya kalau dapet izin, kalau nggak?
Modalnya sudah ada?
Uang segitu cari gampang. Investor lokal saja cukup.
Banyak yang pakai Esemka buat pencitraan?
Ya nggak apa, tujuan saya mobil saya terpromosikan. Malah bagus, berarti saya sukses sebagai brand ambassador. (tertawa)
Tidak khawatir Solo jadi penuh mobil seperti Jakarta?
Banyak yang tanya begitu di twitter. Tidaklah, kami kan hanya
produksi sedikit. Kenapa yang dikhawatirkan SMK bukan yang lain yang
produksinya ratusan ribu. Tapi memang akan kami pakai dulu di Solo.
Penjualan perdana 200 atau seribu di Solo, lalu melebar ke Solo Raya
dengan pasar 7 juta penduduk. Jadi menghandlenya kalau ada apa-apa
lebih mudah. Sambil mempersiapkan dealer, persiapan afterservice,
bengkel-bengkel.
Dalam skala produksi, dimana peran murid SMK?
Jadi Solo Technopark itu jadi tempat training anak-anak yang telah
lulus SMK. Tapi memang yang jadi manager nanti memang orang yang sudah
berpengalaman, jebolan manufaktur besar. Bukan saya, saya kan tahunya
kayu.
Tren di kota-kota, warga tergantung ke kendaraan pribadi. Bagaimana kondisi transportasi umum di Solo?
Setiap kota harus menyiapkan transportasi massal. Kita di Solo sudah
kerjasama dengan CDIA (Cities Development Inisiatives for Asia) untuk
menyiapkan manajemen transportasi 30 tahun ke depan.
Konsepnya adalah move people not car. Menggerakkan orangnya bukan
mobilnya. Di Solo parkiran untuk mobil dan motor sudah dikurangi, dan
mendorong orang untuk naik sepeda dan jalan kaki. Yang diperlebar dan
diperbanyak trotoar dan citywalk. Bukan tempat parkir di tengah kota.
Itu yang menyebabklan macet.
Menambah fasilitas untuk mobil dan motor akan membuat orang
berbondong-bondong naik mobil dan motor. Dulu kami hampir membuat
gedung parkir bertingkat di tengah kota tapi batal. Kami juga anti tol
dalam kota. Di beberapa kota di Jepang dan Korea, tol dalam kota justru
diruntuhkan karena itu memberikan fasilitas bagi mobil untuk datang ke
sebuah tempat secara bersama-sama dengan cepat. Jadilah macet.
Pajak parkir juga harus dimahalkan untuk mobil. Kami lakukan di
Solo, pertama orang protes. Tapi kami terapkan tarif yang beda-beda.
Transportasi umumnya?
Sekarang ada Batik Solo Bus. Kami berencana membuat Rail Bus tapi
masih ada masalah sehingga sampai sekarang belum jalan. Ini trem di
atas jalan kereta yang sudah ada di tengah kota, dengan nambah rel baru
3 kilo.
Bagaimana dengan pembangunan Mal di dalam kota, misalnya kasus Saripetojo?
Jika ada yang mengajukan izin untuk mal, saya akan jawab: tidak.
Karena di Solo sudah ada 14 mal ajukan izin. Saya cuma berikan izin
satu, yang 14 nggak. Saya harus konsisten.
Sekarang ada 3 mal di solo. Ada 8 hipermarket minta izin, saya
izinkan satu. 180 minimarket minta izin, saya izinkan 12. Saya tidak
mau juga dicap anti investasi.
Ada yang ngeyel membangun minimarket tanpa izin? Di jakarta saja banyak minimarket tanpa izin.
Ah tidak berani dong. Jangankan swasta, yang propinsi aja nggak saya
kasih izin kok (tertawa). Aturan jangan kalah dengan uang, itu saja.
Ada yang memaksa, atau mencoba menyuap?
Ada dong. Tapi saya bilang, jangan sekarang. Solo belum siap,
mungkin tahun depan. Tahun depan mereka datang lagi, saya bilang lagi ,
jangan sekarang ya, tahun depan. Gitu terus masa ndak kerasa.
Meskipun begitu, Bank Dunia menyatakan Solo masuk 3 besar kota
terbaik untuk bisnis. Kesan seperti inilah yang harus dibangun, bukan
anti mol, minimarket dan hipermarket. Tanpa itu kan bisa bikin
restoran, yang mendukung solo sebagai kota budaya dan pariwisata. Bisa
bikin hotel, butik hotel, hotel heritage.
Hiburan boleh masuk. Trans Studio mau masuk, Jurug mau dijadikan
hiburan rakyat yang baik, silakan. Mau bikin opera house di Solo,
silakan. Semua hal yang mendukung solo sebagai kota yang berbasis
budaya.
Jika mal dibatasi, apa gantinya?
Lihat kota yang lain, paling 5 tahun bangun satu pasar. Kami dalam 5
tahun sudah bangun 17 pasar. Pasar bersih, nggak becek, nggak bau.
Pedagangnya ditraining cara melayani pembeli, cara menata dagangan,
mengucapkan selamat pagi “good morning” itu seperti apa, membuat
catatan keuangan sederhana.
Pasar itu juga tradisi, budaya. Ada interaksi penjual pembeli, ada
saling menyapa, nggak seperti mol. Pasar tradisional kan showroomnya
petani, showroom nelayan, pengrajin tempe tahu. Dimana showroom mereka?
Ya disitu. Sayur, beras, buah buahan ya disitu. Kalau pasar nggak
dibenahi, produk mereka akan kemana?
Apa latar belakang pengambilan keputusan ini?
Untuk menentukan kota mau dibawa ke mana, harus mendengarkan rakyat.
Kami ada rembug kota, 3500 orang untuk beri masukan dan kritikan akan
kebijakan kota. Ada juga rembug warga di setiap kecamatan berisi
800-1000 orang. Semua bebas ngomong, tterserah sampai rampung. Pertama
kali saya bikin ini 7 tahun lalu, isinya orang marah-marah.
Mendengarnya sampai tak kuat. Tahun kedua, sudah mulai cair, karena
mulai ada perubahan. Tinggal 30 persen yang marah-marah. Tahun ketiga
sudah hilang. Isinya yang produktif untuk kota, ide-ide kreatif untuk
memajukan kota. Saya banyak dapat ide, karena rakyat gudangnya ide.
Maka jangan di kantor! Rakyat itu gudangnya gagasan, jangan sok pinter
pemimpin itu. Kita cuma ekskutor
Saya banyak dapat ide, karena rakyat gudangnya ide. Maka jangan di
kantor! Rakyat itu gudangnya gagasan, jangan sok pinter pemimpin itu.
Juga dari media sosial?
Iya di twitter, facebook, di kaskus tapi id-nya rahasia. (tertawa)
Banyak sekali ide dan gagasan, ada juga yang marah. Penting sekali,
mendengar suara akar rumput. Kalau tidak, bisa kleru kita nanti. Rakyat
pengen ke utara kita bawa ke selatan. Kalau ada 100 rakyat, pengen ke
utara 90, dan ke selatan 10 maka 90 lah. Nggak mungkin bisa
menyenangkan semuanya.
Dari mana Anda belajar menata kota?
Saya bekerja selama 23 tahun dari kota ke kota, negara ke negara.
Dari kota kecil-kecil di Eropa Timur, Rusia, sampai Cina paling ujung
di dekat Tibet. Saya lihat penataan kota seperti apa.
Menurut penelitian, tahun 2025 70 persen orang akan tinggal di kota. Bagaimana menyiapkan itu?
Tata ruang harus dibetulkan, secara konsisten. Harus ada blueprint
untuk konsistensi. Ruang hijau dipenuhi, konsisten. Cityplan Solo sudah
ada untuk 30 tahun dengan tujuan menjadi eco cultural city. Ada ekonomi
ada budayanya. Paling penting, jangan sampai peraturan bisa dibeli
dengan amplop.
0 Komentar:
Posting Komentar