Anna Luthfie Sag Msi Ketua Karang Taruna Jatim |
Minimnya peran pemuda untuk terjun mengembangkan Karang Taruna (Kartar) menjadikan organisasi kepemudaan ini sulit berkembang. Padahal dari Kartar banyak menyimpan potensi besar dalam menggerakan pembangunan di Jatim. Bagaimana Anna Lutfi, yang pada September 2011 lalu dikukuhkan sebagai Ketua Kartar Jatim akan bekerja keras agar Kartar mampu menjadi organisasi besar dan berperan dimasyarakat. Berikut hasil wawancara wartawan Bhirawa Siti Sulistyani dengan Anna Lutfhie yang juga Anggota DPRD Jatim ini tentang visi dan gagasannya dalam membangun kelembagaan Karang Taruna Jawa Timur.
Apa yang melatarbelakangi Anda tertarik untuk terjun menjadi pengurus Kartar?
Karang Taruna dilihat dari sejarahnya merupakan organisasi yang luar biasa. Namun demikian dalam perjalanannya selama ini organisasi kemasyarakatan yang menghimpun para pemuda dari usia 13 tahun hingga 45 tahun ini tidak lagi diminati oleh para pemuda. Padahal sebagai generasi muda penerus bangsa, karang taruna banyak menyimpan potensi besar sebagai modal dasar untuk menggerakan pembangunan di Jatim. Namun dalam potretnya banyak para pemuda yang mulai meninggalkan perannya dan cenderung merekaa bersikap antipati pada lingkungannya. Dari kenyataan itulah saya merasa terpanggil untuk mengembalikan kejayaan Kartar sebagaimana diamanahkan dalam Permensos agar kartar menjadi organisasi kepemudaan yang mampu meneruskan perjuangan bangsa lewat karya-karyanya.
Tapi untuk mengembalikan ini semua tentunya tidak semudah membalik tangan. Kira-kira prioritas apa yang anda lakukan untuk menjadikan organisasi kartar dicintai kembali oleh para pemuda?
Memang saat ini saya bersama teman-teman memiliki tugas yang sangat berat dalam menyadarkan para pemuda tentang arti penting keberadaan kartar. Untuk itu, dalam waktu dekat ini kami memiliki agenda untuk melakukan konsolidasi termasuk pemetaan wilayah yang semuanya dilakukan melalui kerja keras. Di mana nanti akan ada semacam pemetaan wilayah sekaligus potensi. Bagi yang kartarnya bagus nantinya akan menjadi semacam pilot project tentunya juga diimbangi dengan potensi ditiap-tiap wilayah. Apalagi kita ketahui di Jatim ini ada sekitar 10,5 juta kartar yang tersebar di 38 kabupaten/kota yang hampir lebih dari separohnya kondisinya kembang kempis untuk segera mendapatkan perhatin.
Terkait pemetaan wilayah, seperti apa nantinya yang akan dilakukan?
Seperti kita tahu, tiap wilayah atau daerah memiliki potensi sendiri-sendiri. Seperti Kartar 'Bung Tomo' di Jl Karah disini Kartarnya berkembang sangat luar biasa. Dimana para pemudanya saling bahu membahu dalam menciptakan lapangan kerja baru lewat gagasannya membuka usaha sablon, perbengkelan dan kerajinan yang semuanya dilakukan untuk menciptakan ekonomi kreatif dan produktif. Nah, pola seperti Kartar Bung Tomo ini nantinya akan kita kembangkan, yang untuk sementara dipilih delapan daerah yang masing-masing adalah Surabaya, Jombang, Madiun, Blitar, Kediri, Jember, Lumajang, Probolinggo, Bojonegoro dan Sumenep. Tentunya dalam pengembangan ini nantinya kami akan melihat potensi di daerah masing-masing. Artinya setiap daerah memiliki ciri yang khas dalam pengembangan suatu usaha dalam peningkatan perekonomian khususnya diwilayah pedesaan.
Mengapa sasarannya lebih diprioritaskan di desa ketimbang di kota?
Perlu disadari bahwa kasus urbanisasi atau perpindahan dari desa ke kota, dikarenakan di kota banyak menjanjikan terutama soal lapangan kerja. Tak ayal setiap tahunnya, puluhan ribu orang di desa berbondong-bondong ke kota hanya sekedar mengadu nasib. Ini semua diakibatkan di desa tidak ada pekerjaan yang menjanjikan. Kalaupun ada, paling-paling jadi buruh tani atau pabrik (itupun jumlahnya terbatas). Karena itu tak heran setiap orang akan memendang di kota adalah gudang pekerjaan. Nah, pemikiran tersebut akan segera diubah, diantaranya menciptakan lapangan kerja di desa dengan mengoptimalkan keberadaan karang taruna, tentunya dengan didukung pendanaan atau stimulan agar mereka dapat berkarya diantaranya dengan membuka usaha ternak, perbengkelan atau apapun namanya yang disesuaikan dengan kondisi dan potensi dimasing-masing wilayah. Bahkan kami akan membuat Gerakan Cinta Desa (GCD) yang diharapkan mampu membuat para pemudanya tak tertarik berkunjung ke kota, karena di desa itu nantinya akan dijadikan basis pembangunan perekonomian di masyarakat.
Bagimana dengan pengawalan dan pengawasannya?. Mengingat ada banyak kasus saat stuimulan diluncurkan, namun karena tidak ada tenaga pendamping membuat dana bantuan yang disalurkan tak tepat sasaran alias menguap?
Untuk yang satu ini kami sudah menyiapkan tenaga pendamping yang nantinya bertugas memberikan penyuluhan sekaligus pembinaan. Kebetulan kami sudah membuat tim kecil yang beranggotakan sembilan orang yang rata-rata berasal dari tokoh pengusaha, tokoh koperasi dan UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) yang selama ini dikatakan berhasil dalam menjalankan usahanya. Dengan begitu diharapkan bantuan dana tersebut dapat berkembang sekaligus dapat menciptakan lapangan kerja baru sehingga memungkinkan arus urbanisasi dapat ditekan, karena di desa sangat menjanjikan. Selain dilakukan pengawasan oleh sejumlah pengurus kartar di Jatim agar dana yang ada benar-benar tepat sasaran tentunya dengan dilakukan pengawalan secara ketat, transaparan dan bertanggungjawab.
Soal pendanaan. Kita tahu APBD Jatim maupun kabupaten/kota sangatlah terbatas. Apa nantinya yang dilakukan Kartar Jatim?
Kita akui, selama ini untuk membiayai seluruh kegiatan yang jumlahnya mencapai ratusan ini tidak mungkin akan dibebankan pada APBD. Karena itu, kami akan membuat semacam pola kemitraan diantaranya dengan menggandeng seluruh pihak ketiga, diantaranya BUMN atau swata untuk mampu memberikan anggarannya melalui program CSR (Corporate Service Responbility) dalam membantu tumbuhkembangnya kartar dimasing-masing wilayah.
Dan kami merasa senang karena pihak Petrokimia, PTPN serta Bank Indonesia sudah menyatakan siap untuk mengucurkan bantuan CSRnya kepadakegiatan Kartar. Dengan keikutsertaan pihak ketiga ini diharapkan keberadaan kartar lebih dipandang di masyarakat. Dan yang terpenting dari Kartar ini mampu mendukung jalannya perekonomian di jatim serta menurunkan angka pengangguran yang di Jatim tercacat hampir 5 juta orang. Sementara APBD Jatim hanya mampu memberikan bantuan hanya sekitar Rp1,5 miliar per tahun.
Kembali soal hasil, ketika setiap Kartar mampu memproduksi sesuatu bagaimana dengan pemasarannya?
Setelah semua ditata, paling tidak ada target yang akan Anda capai terkait dengan perbaikan mutu Kartar?
Kalau keinginan, pastilah kami berharap pada pertengahan 2012 ini pengembangan potensi perekonomian kerakyatan yang bersumber dari para pemuda yang masuk dalam wadah kartar sudah selesai. Namun karena banyaknya jumlah kartar yang di Jatim sampai tembus pada angka 10,5 juta tentunya tidak mudah bagi kami untuk menyelesaikan tugas berat ini. Tapi apapun namanya, karena duduknya saya sebagai Ketua Kartar merasa tertantang ingin mengembalikan wajah kartar sebagai organisasi sosial serta penguatan penyiapan generasi muda, maka saya akan berusaha untuk menjadikan kartar sebagai organisasi yang mampu menggerakan perekonomian di Jatim lewat intrumen penajaman dan penguatan basis pembagunan di masyarakat . Karena itu kedepannya, kami akan menggandeng RT/RW untuk menciptakan kelompok usaha bersama.
0 Komentar:
Posting Komentar